Home / Pernikahan / Terjebak Pesona Tuan Johnson / Bab 3; Sudah Punya Kekasih?

Share

Bab 3; Sudah Punya Kekasih?

Suasana di luar ruangan Danurdara tampak riuh. Mereka mulai bergosip tentang kemungkinan-kemungkinana yang terjadi karena tiba-tiba perwakilan perusahaan Johnson datang. Tadi pagi, bagian resepsionis di luar tampak bingung karena ada tamu yang tidak terjadwal. Sekretaris Danurdara sendiri yang akhirnya menyusul rombongan Johnson yang datang. Jadilah berita itu menyebar dengan cepat.

            “Runa, kamu sungguh tidak tahu apa yang terjadi?” bisik salah satu rekan kerjanya yang duduk di sebelah kursi gadis manis itu.

            “Tidak tahu.” Aruna juga menjawab dengan wajah serius dan terlihat sedikit khawatir. Pasalnya hampir tiap malam orang tuanya menyuruh gadis itu untuk berkenalan dengan anak laki-laki keluarga Johnson, tapi hari ini mereka malah datang ke kantornya. Aruna merasa ada masalah yang harus dia tahu.

            “Menurutmu apa yang akan terjadi?” tanya temannya lagi pada Aruna. Dia adalah baru di kantornya yang umurnya tidak jauh dari Aruna, jadi mereka berteman.

            “Apa ya? Mungkinkah mereka melakukan kerja sama?” gumam Aruna.

            “Kamu kenapa terlihat khawatir begitu?” Aruna memang tidak bisa berbohong dengan wajah ayunya. Gadis itu terlihat semakin pucat dan panik. Bahkan jika dibandingkan harus presentasi proyek baru atau menaikkan sales produk, kondisi sekarang lebih membuatnya panik.

            “Bagaimana ya? Tiap kita ada rapat divisi atau bahkan personal dari ayah, Johnson tidak pernah disebut di dalamnya. Kami tidak pernah memikirkan akan melakukan kerjasama dengan pihak Johnson. Bukankah ini aneh?” tanya Aruna. Meski isi kepalanya bukan itu, setidaknya tidak akan terjadi keributan jika tidak ada yang tahu tentang rencana perjodohannya.

            “Benar juga, kenapa ya mereka datang ke sini?” gumam rekan Aruna, gadis itu bernama Celine.

            “Duh aku tidak tahu! Sebentar lagi makan siang, bukankah lebih baik kita pikirkan menu makan siang saja?” tanya Aruna membuka ponselnya untuk memeriksa aplikasi pesan antar makanan. Gadis di meja sebelah setuju dan segera menyelesaikan pekerjaannya lalu  bergabung dengan Aruna mencari menu makanan.

            Celine adalah salah satu yang membuat Aruna senang menjalani magang di kantornya. Sebab gadis yang usianya 25 tahun itu sudah mengenal Aruna lebih dulu. Mereka dulu pernah menjadi teman di salah satu komunitas pemerhati bisnis. Mereka berkenalan karena Celine akan melakukan pertukaran pelajar ke kampus Aruna di luar negeri. Lalu mereka pernah berkeliling bersama selama beberapa hari. Setelah itu, mereka tidak pernah bertemu lagi dan hanya menanyakan kondisi melalui media sosial. Seolah sudah jalannya, rupanya Celine bekerja di kantor Danurdara dan bertemu Aruna si anak magang. Celine baru tahu kalau Aruna adalah anak pengusaha sukses setelah mendengar gosip di kantor. Padahal menurut gadis itu, Aruna seperti tidak menunjukkan kalau dirinya kaya raya saat bertemu dulu.

            Perhatian mereka teralih ke arah pintu masuk ruang divisi saat jam istirahat makan siang berbunyi. Para staf langsung berdiri dan menyapa ramah. Pasalnya kini ada Danurdara, istrinya, dan beberapa orang di belakangnya. Itu adalah para staf perusahaan Johnson, mereka sedang berpura-pura melakukan kunjungan dan pengenalan kantor. Di sudut sana, wajah Aruna tampak semakin bingung.

            “Selamat makan siang semuanya, ini beberapa staf dari perusahaan Johnson. Sepertinya kita akan melakukan kerja sama dalam waktu dekat. Kalau mereka membutuhkan bantuan, tolong segera bantu mereka,” ujar Danurdara tersenyum, orang-orang Johnson termasuk Sean juga tersenyum ramah.

            Para staf di ruang bisnis dan penjualan itu sedikit bingung, tapi segera mengangguk dan tersenyum ramah. Aruna menatap keluarganya dengan tatapan tidak suka. Apalagi dia melihat Sean yang saat ini menatapnya juga. Gadis itu merasa ada yang tidak benar dengan sikap ayahnya yang tiba-tiba seperti ini.

            “Aruna, kemari sebentar!” Ibu Aruna memanggil gadis itu yang langsung terkejut dan mendekat. Sebelumnya gadis itu meminta maaf pada Celine karena sepertinya hari ini tidak bisa makan bersama.

            “Nikmati makan siang kalian yaa, kami permisi dulu,” ujar Danurdara keluar ruangan bersama yang lain. Aruna menghela napas panjang mengikuti langkah mereka menjauhi ruangan divisinya itu. Mereka menuju rooftop gedung yang merupakan kafe untuk pegawai.

            “Kenalkan, ini anak perempuanku satu-satunya, Aruna,” ujar Danurdara menunjuk anaknya dengan senyuman setelah duduk di kursi dengan desain minimalis itu.

            “Selamat siang,” jawab Aruna pelan sambil membungkuk kecil. Para staf Johnson saling adu pandang, kecuali Sean yang langsung ikut mengangguk kecil.

            “Dia sedang magang menjadi asisten staf marketing di ruang divisi yang tadi,” terang Danurdara lagi.

            “Magang?” Sekretaris Johnson menatap bingung dengan ucapan Danurdara.

            “Iya, dia tidak mau langsung bekerja. Katanya karena kurang pengalaman, jadi kami membiarkan dia terbiasa dengan lingkungan kerja dengan magang lebih dulu.” Danurdara menjawab sambil tersenyum menatap puterinya. Aruna semakin merasakan keanehan yang ada pada ayahnya. Kenapa mereka melakukan ini?

            “Ohh begitu, bagus sekali!” Sekretaris Johnson tersenyum mengangguk pada Aruna. Gadis itu kemudian hanya menunduk kecil menunggu makanannya datang. Ada beberapa perbincangan kecil yang mereka lakukan, tapi gadis itu tidak ikut menanggapi.

            Aruna sekarang mengenakan pakaian berwarna putih dengan kerah Vneck dan rok panjang berwarna biru tua. Rambut panjang yang dibuat bergelombang itu dikuncir kuda dengan pita yang juga berwarna biru. Ada sedikit rambut yang disisakan di bagian pinggir dan poninya agar gadis itu tampak lebih anggun. Tubuhnya yang tidak kurus dan juga tidak gemuk itu membuat gadis itu pantas memakai apa pun. Gadis itu cantik.

            “Oh iya Aruna, kamu sudah berkenalan dengan Sean?” tanya ayahnya tiba-tiba setelah makanannya datang. Aruna tahu pertanyaan ini akan datang, tapi bingug kenapa ayahnya selalu membuatnya kehilangan selera makan.

            “Belum, Ayah,” jawab Aruna terseyum.

            “Kalau begitu nanti setelah jam makan siang usai, kalian di sini saja dulu untuk berkenalan. Kami ada urusan sebentar yang harus segera diselesaikan.” Danurdara tersenyum dan menyilakan makan tanpa membiarkan Aruna membantah. Gadis itu tahu hal ini akan terjadi meskipun setiap hari melontarkan penolakan atas perjodohan yang direncanakan.

            Setelah beberapa makanan habis dan beberapa sesi percakapan basa-basi, mereka sungguhan meninggalkan Aruna dan Sean, hanya berdua. Dua orang itu hanya diam sambil memandangi ponselnya masing-masing untuk beberapa waktu.

            “Salam kenal, saya Aruna,” ujar Aruna memecah keheningan setelah menarik napas panjang.

            “Salam kenal, kamu bisa panggil saya Sean,” jawab laki-laki itu kini menatap Aruna.

            “Maaf sebelumnya, saya harusnya bekerja tapi ayah justru menyuruh saya di sini. Jadi saya ingin menanyakan sesuatu.”

            “Iya?”

            “Beberapa waktu yang lalu ayah saya menyuruh saya menikah, dan itu dengan anda. Apa anda sudah mendengar terkait hal itu?” tanya Aruna malu, tapi dia tetap berusaha tampak tidak panik. Gadis itu menggenggam gelas es dingin di tangannya agar tidak terlihat gemetara.

            “Iya saya sudah tahu, ayah saya juga mengatakan hal serupa,” jawab Sean mengangguk dengan ekspresi datar. Perlu Aruna akui, laki-laki itu memang tampan.

            “Mohon maaf lagi, jujur saya belum siap menikah dan kurang tertarik dengan hal-hal seperti perjodohan, jadi saya harap anda bisa bekerja sama dan mempertimbangkan terkait masalah ini lagi.” Aruna membungkuk sedikit tanda menghormati. Mau tidak mau dia harus mengatakan hal itu karena takut akan semakin runyam kalau dia pendam sendiri. Sean tampak menghembuskan napas panjang.

            “Sebenarnya saya juga kurang tertarik.” Ada jeda lama dalam ucapan Ocean, tapi itu berhasil membuat Aruna menatap padanya lagi.

            “Saya juga sudah punya kekasih,” lanjut laki-laki itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status