Share

Bab 4; Sementara

Wajah Aruna memerah ketika sampai di rumahnya. Gadis itu membersihkan diri dan merapikan kamar besarnya sambil terus-terusan tersenyum lega. Sepertinya hal buruk tidak akan menimpanya jika dia berhasil memberanikan diri. Gadis itu bermain ponselnya sejenak sebelum turun untuk makan malam bersama keluarganya.

            Tradisi makan malam di keluarga Danurdara memang seperti itu. Mereka ingin agar suasana keluarga tampak harmonis dan selalu akur. Saat sesi makanlah mereka akan mendiskusikan masalah-masalah. Mulai dari cerita di sehari-hari, masalah kantor, dan lain sebagainya. Ruang makan keluarga Danurdara seolah menjadi tempat konsultasi. Aruna menyukai kebiasaan itu, karena itu membuatnya yang anak tunggal jadi memiliki teman untuk berbagi cerita di rumah. Aruna sudah hidup dengan kebiasaan itu sejak lama, jadilah dia anak yang terbuka dekat dengan kedua orang tuanya.

            “Bagaimana perkenalanmu dengan Sean tadi, Sayang?” tanya sang ibu setelah melihat anak gadisnya yang cantik itu menghabiskan makanannya dengan baik.

            “Biasa saja,” jawab Aruna mengangkat bahu. Dia tahu pembahasan ini akan masuk ke dalam topik makan malamnya.

            “Dia baik?” Ibunya bertanya lagi, dia menduga Aruna mulai tertarik dengan Sean karena terus tersenyum sejak tadi.

            “Ya biasa saja, dia tidak banyak bicara,” jawab Aruna jujur.

            “Lalu? Kalian sudah menentukan kapan akan bertemu lagi?” lanjut ayahnya yang bertanya, dia juga tertarik dengan cerita Aruna terkait laki-laki penerus keluarga Johnson itu.

            “Tidak, tentu kami tidak melakukannya,” Aruna masih tersenyum sambil mengangkat bahu. Kedua orang tuanya saling tatap bingung.

            “Kenapa begitu, Sayang? Bukankah kalian harus mengenal lebih lanjut?” Ibunya semakin penasaran.

            “Sepertinya tidak perlu lagi, Bu. Aruna tidak bisa menikah dengan Sean, dan kalian juga tidak bisa memaksa Aruna atau Sean melakukan itu,” ujar gadis itu tersenyum semakin lebar.

            “Kenapa begitu?”

            “Si Ocean Mallory Johnson itu sudah punya kekasih, tadi dia bilang sendiri padaku. Jadi kami tidak mungkin menikah,” jawab Aruna tersenyum sumringah. Orang tuanya mengerutkan alis. Pasalnya kepala keluarga Johnson tidak pernah mengatakan hal ini pada mereka. Kepala keluarga Johnson hanya mengatakan ingin menikahkan anak laki-laki Johnson dengan satu-satunya penerus Danurdara.

            “Kamu serius?” tanya ayahnya dengan wajah tak kalah serius.

            “Tentu saja! Runa kan tidak pernah bohong, tadi Sean sendiri yang bilang begitu,” jawab Aruna mengangkat bahu lagi. Kedua orang tuanya kembali mengerutkan alis dan saling pandang. Ada sedikit rasa kesal dalam diri mereka.

            “Ayah dan Ibu tentu tidak ingin punya anak yang merusak hubungan orang lain, kan?” tanya Aruna menegaskan.

            “Sayang, kepala keluarga Johnson tidak pernah mengatakan hal itu pada kami. Apakah kamu yakin Sean tidak berbohong?” tanya ibunya dengan wajah serius.

            “Runa tidak tahu, tapi dilihat dari wajahnya memang laki-laki itu tidak ingin menikah dengan Aruna. Toh mana mungkin seorang penerus keluarga Johnson yang seperti itu dengan usia sudah 30an itu tidak punya kekasih?” terang Aruna. Wajah Ocean yang tegas dan perawakannya yang tinggi, mapan, dan usianya yang matang telah cukup untuk menjadikan seorang Ocean menjadi dambaan para perempuan. Melihat kondisi ini, Aruna yakin sebenarnya banyak juga tawaran dari keluarga lain yang ingin memiliki menantu seorang penerus Johnson. Tidak mungkin laki-laki seperti itu tidak punya pacar. Tidak mungkin kalau dia kelainan, kan?

            “Baiklah kalau begitu, nanti kami sampaikan pada Johnson kalau tidak bisa menerima lamaran itu karena Ocean sudah memiliki kekasih. Kita tidak bisa membiarkan anak kita menjadi perebut kekasih orang lain, kan?” seru ibunya meminta persetujuan pada ayahnya. Laki-laki berwajah sedikit lembut itu diam sejenak, lalu mengangguk. Kontrak kedua tentang pernikahan itu belum ditetentukan, namun jelas sebagai orang tua yang baik, Danurdara tidak akan membiarkan anaknya menjadi perusak hubungan orang. Biarlah nanti dia diskusikan lebih lanjut dengan pihak Johnson. Aruna berteriak penuh kegirangan dalam dirinya. Aruna sepertinya perlu membatalkan rencana berkuliah lagi karena kemungkinan besar pernikahannya tidak jadi dilakukan.

            “Kamu pergi saja ke kamar kalau sudah selesai, kamu kan perlu istirahat,” ujar ibunya menatap Aruna. Gadis itu tersenyum dan segera berdiri.

            “Selamat malam.” Aruna berjalan mendekat dan mencium orang tuanya sebelum berjalan girang menuju kamarnya. Dia merasa sangat bahagia hari ini.

            Sayangnya, sepertinya kebahagiannya hanya berlangsung di malam itu. Esok harinya, matanya terasa langsung buram saat sudah sampai kantor. Di depan ruang divisinya kini berdiri tiga orang yang sudah dia kenal. Mereka adalah sekretaris ayahnya, lalu salah satunya adalah sekretaris Johnson yang kemarin makan siang bersamanya, dan satunya lagi adalah Ocean. Aruna mengusir pikiran negatifnya dan buru-buru memikirkan hal yang positif. Lagipula urusan perjodohannya tidak perlu dipusingkan lagi.

            “Selamat pagi, Aruna,” sapa laki-laki itu dengan senyuman tipis. Aruna ikut tersenyum kecil.

            “Selamat pagi.”

            “Kamu datang bersama ayahmu?” tanya sang sekretaris.

            “Tidak, mungkin Ayah akan sampai beberapa menit lagi.” Aruna merasa ada yang aneh dengan perilaku orang-orang ini. Kenapa mereka rajin sekali pagi-pagi ke kantor orang lain dan bukan ke kantor mereka sendiri? Ayahnya yang bisa dibilang tuan rumah saja masih belum sampai di kantor. Gadis itu memang jarang pergi persama ayahnya karena sudah memiliki supir sendiri.

            “Baiklah kalau begitu, selamat bekerja, Aruna!” Sekretaris laki-laki yang usianya terpaut jauh dari Aruna itu tampak ramah.

            “Terima kasih, tapi apa boleh saya bertanya sesuatu? Sebenarnya apa bentuk kerja sama antara perusahaan milik Johnson dan Danurdara?” tanya Aruna lagi. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya.

            “Oh, ayahmu tidak memberitahumu?” Sekretaris itu tampak bingung dan menatap bosnya lebih dulu.

            “Ayah belum mengatakan apa-apa terkait kerja bersama Johnson, apa ada proyek yang akan kita kerjakan bersama?” Aruna tampak terarik. Dirinya suka dengan pekerjaan proyek, apalagi jika kali ini berhubungan dengan perusahaan lain, Aruna senang akan mendapat pengalaman baru. Apalagi urusan pernikahannya harusnya tidak akan dibahas lagi.

            “Sebenarnya Johnson dan Danurdara—“

            “Iya, ada proyek yang harus dikerjakan oleh perusahaan Johnson, dan kami merasa perusahaan Danurdara cocok untuk dijadikan partner dalam urusan ini.” Sean memotong ucapan sekretarisnya setelah membaca situasi. Laki-laki itu paham Danurdara menyembunyikan masalah sebenarnya pada Aruna dan hanya membahas tentang pernikahan mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status