Zoyya duduk di tepi ranjang rumah sakit.
Sudah semingu penuh dia di rawat. Dalam waktu 7 hari kini Zoyya sudah di perbolehkan pulang. Selain karena koma nya hanya 1 bulan dan tak terlalu mempengaruhi saraf ataupun lain nya. Itulah mengapa kesehatan Zoyya makin pesat dan di bolehkan pulang saat ini. Di bantu dengan dua maid, Zoyya sudah bisa pulang. Walaupun harus pulang tanpa ada Caleb di sisinya. Pria itu tengah melakukan perjalanan bisnis, itulah mengapa ia tak bisa mengantar Zoyya pulang. Zoyya turun dari kasur di sisi nya ada maid yang sudah siap dengan barang bawaan miliknya selama berada di rumah sakit. "Mari nyonya, kita kembali pulang." ujar maid itu menunduk. Zoyya mengangguk dan berjalan keluar memakai switter rajut dengan celana levis semata kaki. Memakai sepatu pantofel nya Zoyya berjalan lebih dulu. Banyak suster berlalu. Juga dokter tampan dan perawat laki-laki yang cukup tampan bagi nya. Menjadi hal yang akan sering ia lihat di negara ini. Tentu saja Zoyya senang. Karena dengan itu ia bisa cuci mata setiap saat. Senyuman nya mengembang, sesekali menyapa suster atau dokter yang merawat nya. Sebuah mobil hitam terparkir di halaman rumah sakit dengan seorang pria berbadan besar dengan kacamata serta alat komunikasi di telinga nya. Zoyya nampak binggung. "Apakah ada orang penting di sini?" tanya Zoyya pada salah satu maid. Maid itu tersenyum tipis. "Andalah tamu penting itu nyonya!" jawab maid itu masih setia menunduk. Zoyya nampak binggung namun pria berbadan besar itu membuka pintu samping mempersilahkan Zoyya masuk. "Silahkan masuk nyonya!" ujar pria itu sopan. "Aku?" tanya nya sambil menunjuk dirinya sendiri yang di angguki oleh pria itu. Zoyya kebinggungan namun mau tak mau ia masuk ke dalam mobil mewah itu. Sedangkan kedua maid tadi memakai mobil terpisah. Zoyya diam melihat interior mobil yang ia tumpangi begitu mewah dan nampak mahal. "Waahh! di lihat dari manapun ini mobil mahal juga." "Apa Caleb sebegitu kaya nya? sampai mobil pun bisa semewah ini." tanya nya dalam hati. Selama perjalanan, Zoyya melihat keluar jendela. Memandangi deretan gedung menjulang tinggi dan beberapa bangunan kuno yang elegan, megah dan terlihat sangat bersejarah. Berulang kali Zoyya spechlees dengan keindahan negara yang baru pertama kali ia kunjungi ini. Dan tentu nya kedepan nya ia akan tinggal di negara ini bersama suami nya. Suami? mengingat satu kata itu tiba-tiba saja perut Zoyya merasakan kupu-kupu berterbangan di dalam nya. . . . Pria tadi tengah menyetir dan diam tanpa memulai percakapan dan Zoyya pun enggan untuk memulai percakapan. Walaupun dia Pandai berbahasa inggris. Namun dia tak bisa memakai bahasa italia. Mobil memasuki kawasan perumahan elit di mana banyak rumah-rumah besar yang jarak nya begitu jauh. Satu rumah bahkan bisa memakan berpuluh-puluh hektar. Namun yang lebih gila nya lagi mobil ini memasuki sebuah gerbang hitam menjulang tinggi dengan pagar beton yang mengelilingi rumah itu. Ah bukan! ini bisa di sebut mansion atau bisa jadi istana? "Oh my god! halaman nya saja begitu megah dan luas. Banyak hamparan bungga, pohon dan taman yang begitu indah. Jalanan yang di lapisi batu kecil yang di cor dan di haluskan permukaan nya. Dan lebih gong nya itu mansion atau istana? Kenapa sangat megah dan mewah?" Zoyya terkagum-kagum dengan mansion besar di hadapan nya. Ada beribu pertanyaan tentang semua yang ada di diri Caleb. Sekaya itukah pria itu sampai mansion saja bisa seluas dan semewah ini. Jika begitu mengapa Julia malah sering kabur-kaburan? itulah yang ada di pikiran Zoyya saat ini. Tapi siapakah yang bisa menjawab pertanyaan nya ini?. Zoyya turun dari mobil setelah pintu mobil di buka dari luar oleh pria tadi yang menjadi supir nya. Menurunkan kedua kaki nya dengan elegan, Zoyya berdiri lantas berjalan mengikuti para maid. "Mari nyonya!" "Mimpi apa aku tadi semalam?" tanya Zoyya dalam hati saat melewati pintu mansion yang besar nan megah. Di dalam nya begitu indah dan banyak barang-barang mewah yang terpajang. Hawa dingin menyeruak keluar menghantam tubuh Zoyya. "Mari saya antar ke kamar utama nyonya." ujar maid yang tadi menjemput nya. Zoyya mengangguk dan mengikuti langkah maid memasuki lift untuk ke lantai dua.Sudah 2 hari Zoyya tak bertemu Caleb. Pria itu masih berada di perjalanan bisnis nya. Nomer atau hand phone pun tak ada. Jadi Zoyya tak bisa mengabari atau menanyakan kapan pria itu pulang.Kehidupan Zoyya di mansion itu sangat monoton. Selama 2 hari dia tour mansion dan mengenal banyak pekerja di sini. Ternyata di rumah ini hanya di tinggali Caleb dan Zoyya karena para pekerja punya tempat untuk tidur tepat di paling belakang mansion.Dan untuk keluarga Caleb, mereka tinggal di mansion utama, terpisah dengan area tinggal Caleb."Aku bosan!" gumam nya sambil menganti channel tv di hadapan nya.Saat ini Zoyya tengah menonton televisi sendirian di kamar nya. Sebenarnya ada bioskop mini di rumah ini, tapi terlalu membosankan jika hanya menonton sendiri tanpa teman.Wanita itu segera turun dari kamar nya mengunakan tangga.Saat di lantai bawah, Zoyya mendengar keributan di ruang tamu membuat wanita itu mengernyit binggung."Ada apa di sana? Kenapa sangat ribut?" gumam nya bertanya-tanya.
Zoyya baru saja keluar dari kamar mandi. Memakai baju tidur satin yang biasa ia pakai 2 hari kemaren. Wanita itu duduk di ranjang menyalakan televisi sebagai teman sepi nya. Sedangkan dia sendiri memutuskan untuk melanjutkan rutinitas nya dengan memakai skincare malam. Balkon kamar nya pun terbuka sehingga angin malam masuk ke dalam nya. Ruangan yang ac nya di matikan itu mendingin karena udara malam yang masuk. Zoyya memang terbiasa merasakan angin malam. Makanya dia tak menyalakan ac dan memilih membuka pintu balkon. "Hufftt mansion ini sangat sepi, aku jadi merasa ini benar-benar sangat membosankan. Apalagi aku tak tau harus melakukan apa selain tidur dan makan." rengek nya yang semakin hari ia semakin bosan. Seusai memakai skincare malam. Zoyya beranjak dari duduk nya dan berjalan ke atas tempat tidur nya. Masuk ke dalam selimut tebal, menutupi hingga ke leher nya. Lalu mematikan lampu utama dan membiarkan lampu tidur menyala serta televisi untuk menemani malam nya kali in
Kedua nya masih diam, memejamkan mata nya namun tak ada yang benar-benar tertidur. Caleb dengan hasrat nya. Zoyya dengan isi pikiran nya. Zoyya membuka kelopak mata nya menatap Caleb yang memejamkan mata nya. Di novel menceritakan kalau mereka tidak pernah melakukan hubungan suami istri. Bagaimana bisa melakukan nya kalau Julia saja tak pernah mau satu ranjang dengan Caleb. Hal itu membuat Zoyya berfikir bahwa Caleb begitu hebat bisa menahan semuanya sendirian. "Dad! Kamu belum tidur kan?" suara Zoyya yang lembut dan menyejukkan menyadarkan Caleb yang segera membuka mata menatap Zoyya. "Ada apa? Kamu tidak nyaman?" tanya Caleb khawatir. "Tidak! Bukan seperti itu! Aku hanya ingin bertanya sesuatu." "Oh yah? coba katakan, akan daddy dengarkan." ucap Caleb tersenyum tipis. "Kenapa daddy masih bertahan dengan Julia yang menurut ku menyebalkan, aku mendengar cerita dari maid bahwa Julia sering kabur dan sangat tidak menyukai mu." Caleb terdiam menatap Zoyya intens. Tan
Byuurr... Punggung Zoyya di dorong dari belakang oleh seseorang yang tak ia ketahui. Tubuh nya yang kecil dan ramping langsung tenggelam dengan mudah ke dasar kolam renang yang kedalaman nya bisa sampai 20 meter. Mata nya tetap ia buka, lalu tangan yang bergerak seperti mengais sesuatu juga kaki nya yang mendorong ke bawah berharap tubuh ramping nya bisa naik ke permukaan. "Hahaha! Mampus lu cewek belagu! salah sendiri gue di lawan." Samar-samar Zoyya dapat mendengar suara itu. Suara yang begitu familliar bagi nya. Suara seseorang yang selama ini selalu mengusik nya, membenci nya bahkan tak segan-segan menyakiti nya. "Dasar wanita iblis! akan ku balas kau saat aku bisa sampai ke permukaan." batin Zoyya di landa amarah. Amarah Zoyya begitu besar hingga merugikan diri nya yang mulai kehabisan nafas. Padahal dia bisa berenang, namun akibat rasa terkejut dan rasa panik menyerang nya membuat ia kesusahan untuk naik ke permukaan. Lama kelamaan tubuh nya mulai melemas, seakan
Pintu bangsal terbuka. Sebuah kaki berbalut celana katun dan sepatu kerja masuk dan segera menutup pintu kembali. Zoyya yang tengah bersandar di bed rumah sakit menaikkan pandangan mata nya. Mendapati karakter ml yang kini mendekati nya. "Sudah makan malam?" tanya pria itu dengan suara lembut nya. Zoyya menggeleng masih menatap wajah Caleb sang karakter ml. "Apa ada yang kamu inginkan?" tanya pria itu lagi. "Tidak ada, aku hanya kesepian di sini." jawab Zoyya segera menunduk menatap jari-jari nya yang bertautan. Caleb mendekat dan duduk di tepi ranjang. Segera meraih tangan Zoyya lantas membawa nya untuk ia kecup. "Maafkan aku sayang, aku jarang sekali menemui mu, akibat nya kamu jadi kesepian." Zoyya menatap wajah Caleb serta perlakuan Caleb yang begitu lembut. "Ini bukan salah mu, kamu bekerja jadi aku bisa memaklumi hal itu." jawab Zoyya tersenyum lemah. "Keadaan ku masih sama, tidak boleh turun dari ranjang tanpa bantuan suster, tidak boleh keluar bangsal untuk sekedar per
"Tuan, saya sudah menyelidiki semua nya. Dan yang terlihat nyonya tidak pernah bertemu dengan siapapun selama berada di rumah sakit." "Laporan terakhir, nyonya kecelakaan dan koma untuk sebulan lama nya. Dan baru minggu kemaren beliau bangun dari koma nya." "Apa dokter tidak mengatakan dugaan kalau nyonya lupa ingatan? Apalagi kecelakaan itu membuat kepala nyonya terbentur hingga menyebabkan koma." Caleb terdiam dengan perkataan asisten nya yang benar adanya. Dokter menghampiri nya dan mengatakan kalau Julia mengalami lupa ingatan akibat benturan itu. Namun ada yang salah dengan Julia. Kenapa wanita itu jadi lebih patuh? Apakah ia harus tertawa ataukah sedih mendapati kenyataan itu. Mata Caleb yang tajam dan dalam menatap langit lorong rumah sakit. "Baiklah kau bisa pergi." jawab pria itu terlihat frustasi. Zoyya terlihat berusaha bangun dari tidur nya. Ia ingin pergi ke kamar mandi namun tidak ada yang membantu nya. "Tak ada yang berbeda di sini, dan dalam novel nya
Wajah Zoyya terlihat pucat. Membuat Caleb semakin yakin jika ada yang di sembunyikan dari nya."Cepat katakan, atau aku akan membunuh mu sekarang juga!." ancam nya tak main-main. Dengan suara nya yang begitu dingin dan tajam membuat lidah Zoyya keluh."B...biarkan aku bernafas sejenak." ujar Zoyya dengan suara gemetar.Caleb melepaskan cengkraman di dagu Zoyya. Memberi waktu pada gadis itu untuk berbicara jujur.Ya, jika Zoyya tak berbicara jujur sesuai yang Caleb mau, bisa di pastikan Zoyya akan sengsara di bawah tangan nya."Sialan! aku tertangkap."batin nya mengumpat kesal."Ah sudahlah mengaku saja jika tidak nyawaku yang dalam masalah." batin nya lagi.Zoyya bergerak duduk menyamping dan dengan baik nya Caleb masih mau membantu.Zoyya menunduk memainkan jari jemari nya yang biasanya Julia tidak akan melakukan itu di hadapan nya.Malu-malu? bahkan wajah memelas, lugu, dan polos nya saja tak pernah di tunjukkan Julia pada nya. Julia adalah wanita independent yang punya pendirian. D
Zoyya terbangun di atas ranjang hospital. Ia menoleh ke samping kanan dan kiri. Lantas mengangkat tangan nya mengecek tangan serta tubuh nya. Yang nyata nya masih utuh tanpa kurang sedikit pun. "Itu berarti aku tak di bunuh oleh nya." gumam Zoyya lega. "Sayang! kamu susah bangun hm?" tanya Caleb yang muncul tiba-tiba entah datang dari mana. Langsung mendaratkan sebuah ciuman di dahi nya. "Kamu tidak bekerja?" tanya Zoyya mengernyit heran. Karena Caleb yang memakai pakaian santai yang sial nya membuat dirinya semakin tampan. "Aku cuti untuk menemani mu sayang." jawab Caleb tersenyum manis tidak seperti biasanya. "Apa kamu sakit? kenapa kamu tersenyum manis? biasanya juga tipis senyuman mu." tanya Zoyya tanpa sadar menyindir Caleb. Caleb menahan senyum nya sedikit terkekeh menatap ke arah lain. Lalu kembali memusatkan tatapan nya pada Zoyya. "ayo sarapan dulu, baru bertanya." ujar Caleb sambil membantu Zoyya untuk duduk. dengan telaten pria itu menyuapi Zoyya dengan salad sayur
Kedua nya masih diam, memejamkan mata nya namun tak ada yang benar-benar tertidur. Caleb dengan hasrat nya. Zoyya dengan isi pikiran nya. Zoyya membuka kelopak mata nya menatap Caleb yang memejamkan mata nya. Di novel menceritakan kalau mereka tidak pernah melakukan hubungan suami istri. Bagaimana bisa melakukan nya kalau Julia saja tak pernah mau satu ranjang dengan Caleb. Hal itu membuat Zoyya berfikir bahwa Caleb begitu hebat bisa menahan semuanya sendirian. "Dad! Kamu belum tidur kan?" suara Zoyya yang lembut dan menyejukkan menyadarkan Caleb yang segera membuka mata menatap Zoyya. "Ada apa? Kamu tidak nyaman?" tanya Caleb khawatir. "Tidak! Bukan seperti itu! Aku hanya ingin bertanya sesuatu." "Oh yah? coba katakan, akan daddy dengarkan." ucap Caleb tersenyum tipis. "Kenapa daddy masih bertahan dengan Julia yang menurut ku menyebalkan, aku mendengar cerita dari maid bahwa Julia sering kabur dan sangat tidak menyukai mu." Caleb terdiam menatap Zoyya intens. Tan
Zoyya baru saja keluar dari kamar mandi. Memakai baju tidur satin yang biasa ia pakai 2 hari kemaren. Wanita itu duduk di ranjang menyalakan televisi sebagai teman sepi nya. Sedangkan dia sendiri memutuskan untuk melanjutkan rutinitas nya dengan memakai skincare malam. Balkon kamar nya pun terbuka sehingga angin malam masuk ke dalam nya. Ruangan yang ac nya di matikan itu mendingin karena udara malam yang masuk. Zoyya memang terbiasa merasakan angin malam. Makanya dia tak menyalakan ac dan memilih membuka pintu balkon. "Hufftt mansion ini sangat sepi, aku jadi merasa ini benar-benar sangat membosankan. Apalagi aku tak tau harus melakukan apa selain tidur dan makan." rengek nya yang semakin hari ia semakin bosan. Seusai memakai skincare malam. Zoyya beranjak dari duduk nya dan berjalan ke atas tempat tidur nya. Masuk ke dalam selimut tebal, menutupi hingga ke leher nya. Lalu mematikan lampu utama dan membiarkan lampu tidur menyala serta televisi untuk menemani malam nya kali in
Sudah 2 hari Zoyya tak bertemu Caleb. Pria itu masih berada di perjalanan bisnis nya. Nomer atau hand phone pun tak ada. Jadi Zoyya tak bisa mengabari atau menanyakan kapan pria itu pulang.Kehidupan Zoyya di mansion itu sangat monoton. Selama 2 hari dia tour mansion dan mengenal banyak pekerja di sini. Ternyata di rumah ini hanya di tinggali Caleb dan Zoyya karena para pekerja punya tempat untuk tidur tepat di paling belakang mansion.Dan untuk keluarga Caleb, mereka tinggal di mansion utama, terpisah dengan area tinggal Caleb."Aku bosan!" gumam nya sambil menganti channel tv di hadapan nya.Saat ini Zoyya tengah menonton televisi sendirian di kamar nya. Sebenarnya ada bioskop mini di rumah ini, tapi terlalu membosankan jika hanya menonton sendiri tanpa teman.Wanita itu segera turun dari kamar nya mengunakan tangga.Saat di lantai bawah, Zoyya mendengar keributan di ruang tamu membuat wanita itu mengernyit binggung."Ada apa di sana? Kenapa sangat ribut?" gumam nya bertanya-tanya.
Zoyya duduk di tepi ranjang rumah sakit. Sudah semingu penuh dia di rawat. Dalam waktu 7 hari kini Zoyya sudah di perbolehkan pulang. Selain karena koma nya hanya 1 bulan dan tak terlalu mempengaruhi saraf ataupun lain nya. Itulah mengapa kesehatan Zoyya makin pesat dan di bolehkan pulang saat ini. Di bantu dengan dua maid, Zoyya sudah bisa pulang. Walaupun harus pulang tanpa ada Caleb di sisinya. Pria itu tengah melakukan perjalanan bisnis, itulah mengapa ia tak bisa mengantar Zoyya pulang. Zoyya turun dari kasur di sisi nya ada maid yang sudah siap dengan barang bawaan miliknya selama berada di rumah sakit. "Mari nyonya, kita kembali pulang." ujar maid itu menunduk. Zoyya mengangguk dan berjalan keluar memakai switter rajut dengan celana levis semata kaki. Memakai sepatu pantofel nya Zoyya berjalan lebih dulu. Banyak suster berlalu. Juga dokter tampan dan perawat laki-laki yang cukup tampan bagi nya. Menjadi hal yang akan sering ia lihat di negara ini. Tentu saja Zoyya sena
Zoyya terbangun di atas ranjang hospital. Ia menoleh ke samping kanan dan kiri. Lantas mengangkat tangan nya mengecek tangan serta tubuh nya. Yang nyata nya masih utuh tanpa kurang sedikit pun. "Itu berarti aku tak di bunuh oleh nya." gumam Zoyya lega. "Sayang! kamu susah bangun hm?" tanya Caleb yang muncul tiba-tiba entah datang dari mana. Langsung mendaratkan sebuah ciuman di dahi nya. "Kamu tidak bekerja?" tanya Zoyya mengernyit heran. Karena Caleb yang memakai pakaian santai yang sial nya membuat dirinya semakin tampan. "Aku cuti untuk menemani mu sayang." jawab Caleb tersenyum manis tidak seperti biasanya. "Apa kamu sakit? kenapa kamu tersenyum manis? biasanya juga tipis senyuman mu." tanya Zoyya tanpa sadar menyindir Caleb. Caleb menahan senyum nya sedikit terkekeh menatap ke arah lain. Lalu kembali memusatkan tatapan nya pada Zoyya. "ayo sarapan dulu, baru bertanya." ujar Caleb sambil membantu Zoyya untuk duduk. dengan telaten pria itu menyuapi Zoyya dengan salad sayur
Wajah Zoyya terlihat pucat. Membuat Caleb semakin yakin jika ada yang di sembunyikan dari nya."Cepat katakan, atau aku akan membunuh mu sekarang juga!." ancam nya tak main-main. Dengan suara nya yang begitu dingin dan tajam membuat lidah Zoyya keluh."B...biarkan aku bernafas sejenak." ujar Zoyya dengan suara gemetar.Caleb melepaskan cengkraman di dagu Zoyya. Memberi waktu pada gadis itu untuk berbicara jujur.Ya, jika Zoyya tak berbicara jujur sesuai yang Caleb mau, bisa di pastikan Zoyya akan sengsara di bawah tangan nya."Sialan! aku tertangkap."batin nya mengumpat kesal."Ah sudahlah mengaku saja jika tidak nyawaku yang dalam masalah." batin nya lagi.Zoyya bergerak duduk menyamping dan dengan baik nya Caleb masih mau membantu.Zoyya menunduk memainkan jari jemari nya yang biasanya Julia tidak akan melakukan itu di hadapan nya.Malu-malu? bahkan wajah memelas, lugu, dan polos nya saja tak pernah di tunjukkan Julia pada nya. Julia adalah wanita independent yang punya pendirian. D
"Tuan, saya sudah menyelidiki semua nya. Dan yang terlihat nyonya tidak pernah bertemu dengan siapapun selama berada di rumah sakit." "Laporan terakhir, nyonya kecelakaan dan koma untuk sebulan lama nya. Dan baru minggu kemaren beliau bangun dari koma nya." "Apa dokter tidak mengatakan dugaan kalau nyonya lupa ingatan? Apalagi kecelakaan itu membuat kepala nyonya terbentur hingga menyebabkan koma." Caleb terdiam dengan perkataan asisten nya yang benar adanya. Dokter menghampiri nya dan mengatakan kalau Julia mengalami lupa ingatan akibat benturan itu. Namun ada yang salah dengan Julia. Kenapa wanita itu jadi lebih patuh? Apakah ia harus tertawa ataukah sedih mendapati kenyataan itu. Mata Caleb yang tajam dan dalam menatap langit lorong rumah sakit. "Baiklah kau bisa pergi." jawab pria itu terlihat frustasi. Zoyya terlihat berusaha bangun dari tidur nya. Ia ingin pergi ke kamar mandi namun tidak ada yang membantu nya. "Tak ada yang berbeda di sini, dan dalam novel nya
Pintu bangsal terbuka. Sebuah kaki berbalut celana katun dan sepatu kerja masuk dan segera menutup pintu kembali. Zoyya yang tengah bersandar di bed rumah sakit menaikkan pandangan mata nya. Mendapati karakter ml yang kini mendekati nya. "Sudah makan malam?" tanya pria itu dengan suara lembut nya. Zoyya menggeleng masih menatap wajah Caleb sang karakter ml. "Apa ada yang kamu inginkan?" tanya pria itu lagi. "Tidak ada, aku hanya kesepian di sini." jawab Zoyya segera menunduk menatap jari-jari nya yang bertautan. Caleb mendekat dan duduk di tepi ranjang. Segera meraih tangan Zoyya lantas membawa nya untuk ia kecup. "Maafkan aku sayang, aku jarang sekali menemui mu, akibat nya kamu jadi kesepian." Zoyya menatap wajah Caleb serta perlakuan Caleb yang begitu lembut. "Ini bukan salah mu, kamu bekerja jadi aku bisa memaklumi hal itu." jawab Zoyya tersenyum lemah. "Keadaan ku masih sama, tidak boleh turun dari ranjang tanpa bantuan suster, tidak boleh keluar bangsal untuk sekedar per
Byuurr... Punggung Zoyya di dorong dari belakang oleh seseorang yang tak ia ketahui. Tubuh nya yang kecil dan ramping langsung tenggelam dengan mudah ke dasar kolam renang yang kedalaman nya bisa sampai 20 meter. Mata nya tetap ia buka, lalu tangan yang bergerak seperti mengais sesuatu juga kaki nya yang mendorong ke bawah berharap tubuh ramping nya bisa naik ke permukaan. "Hahaha! Mampus lu cewek belagu! salah sendiri gue di lawan." Samar-samar Zoyya dapat mendengar suara itu. Suara yang begitu familliar bagi nya. Suara seseorang yang selama ini selalu mengusik nya, membenci nya bahkan tak segan-segan menyakiti nya. "Dasar wanita iblis! akan ku balas kau saat aku bisa sampai ke permukaan." batin Zoyya di landa amarah. Amarah Zoyya begitu besar hingga merugikan diri nya yang mulai kehabisan nafas. Padahal dia bisa berenang, namun akibat rasa terkejut dan rasa panik menyerang nya membuat ia kesusahan untuk naik ke permukaan. Lama kelamaan tubuh nya mulai melemas, seakan