Irwan melihat Amelia duduk sendrian di teras rumah, ia menghampiri Amelia yang sedang melamun. "Amel,, " sapa Irwan. "Eh, ayah ada apa? kok kesini, kak Sarah dimana?." tanya Amelia. "Sarah ada, sedang di kamar nya. " Amelia tersenyum mengangguk, ia mengalihkan pandangannya kearah lain seraya memanyunkan bibirnya. Irwan bisa merasakan perasaan Amelia sekarang. "Sayang, terimakasih ya." "Emm,, terimakasih untuk apa yah?." tanya Amelia bingung. "Terimakasih karena kamu memberikan kesempatan untuk ayah bertemu dengan Sarah. Ayah benar merindukan nya, ayah sangat bahagia nak diusia ayah yang tak lagi muda akhirnya bisa melihat kedua putri ayah dirumah ini. " ucap Irwan. Amelia menundukkan kepala nya, ia menghela nafas panjangnya merasakan ada kebahagiaan kecil ada juga rasa sakit saat ayah nya berbicara seperti itu. "Haha,, apaan sih yah, lagian aku tadi liat dia didepan gerbang rumah kita iya udah aku suruh sekalian masuk kan. " ucap Amelia. "Iya ayah tahu, sebenarnya h
Kebetulan Sarah pulang dari rumah ayahnya agak malam, ia tiba pukul 20:30.Dimana keadaan rumah sudah mulai rusuh karena kuatir dengan keadaan Sarah, mana lagi telepon nya tak dapat dihubungi. "Selamat malam." sapa Sarah tersenyum. Sarah melihat mama dan papa nya menatap tanpa ekspresi ditambah tatapan tajam dari Alexander. Sarah merasakan bulu nyan berdiri, ia takut jika mereka marah terhadapnya. "Kau lihat disana." ucap Alexander menujuk kearah belakang Sarah. Sarah berbalik badan, ia melihat jam dinding besar menunjukkan jarum ke angka setengah sembilan. Seketika Sarah menelan ludahnya, ia bisa merasakan hawa panas kemarahan dari Alexander. "Iya aku melihat nya. ""Lalu kenapa kamu pulang lewat dari jam 3 sore, dimana kamu seharian?, apa kamu bertemu dengan Dr. Bayu hah?." tanya Alexander. "Hah,, ngga lah mas. Aku pulang kerumah ayah, aku jengukin dia. ""Ngga usah berbohong Sarah, aku tahu bahwa ibu dan adik mu tak memberikan izin kepada mu untuk berubah temu dengan ayah mu.
Hati Sarah benar-benar terasa teriris, ia merasakan pilu dikehidupannya. Sarah hanya mampu menangis di ujung tempat tidur seraya mengelus perutnya. krekkkk,, suara pintu kamar terbuka,bayangan tinggi besar memasuki kamar Sarah, dengan secara perlahan ia berjalan menuju kearah Sarah. "Sarah aku ingin berbicara empat mata dengan mu.""Bukan kah dikamar ini hanya terdapat kita berdua mas.""Sarah, bukan maksud ku melukai mu. Tapi ku mohon kamu juga ngertiin aku, aku sayang dengan Emily aku ngga bisa kehilangan dia untuk kedua kalinya. " ucap Alexander. Hati Sarah terasa amat sakit mendengar pengakuan suaminya, ia merasa hidup nya tak ada gunanya sama sekali. Sarah tinggal di rumah besar, dengan kehidupan serba ada namun ia harus merasakan sakit hati. "Baiklah, lalu kenapa mas Alex melarang aku untuk dekat dengan dokter Bayu, kenapa mas fitnah aku yang melakukan perselingkuhan, kenapa mas?." tanya Sarah dengan air mata terus mengalir. "Sarah aku ngga pernah nuduh kamu selingkuh, aku
Alexander datang ke rumah Emily atas permintaan Emily. Dia beralasan bahwa keran di rumahnya tiba-tiba bocor, dan Alexander merasa wajib untuk membantu.Saat Alexander mengetuk pintu, Emily membukanya dengan senyum manis. "Terima kasih sudah datang, Alex. Keran di dapur benar-benar kacau. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi.""Di mana kerannya? Aku akan coba melihat apa yang bisa kulakukan." ucap Alexander mengangguk, berusaha tetap tenang meskipun hatinya penuh keraguan.Emily memimpin Alexander ke dapur, tetapi ketika mereka sampai di sana, Alexander segera menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan keran itu. Semuanya tampak normal. Dia berbalik untuk menatap Emily dengan tatapan curiga."Emily, apa maksud semua ini? Kerannya baik-baik saja."Emily tersenyum, tetapi ada kilatan licik di matanya. "Alex, aku merindukanmu. Kita sudah terlalu lama berpisah. Aku ingin kita menghabiskan waktu bersama, seperti dulu." "Emily,kau menelpon ku hanya untuk hal bodoh seperti ini,aku s
Amelia menemui Daniel yang sedang berada di kantor, melihat kedatangan Amelia membuat Daniel terkejut untuk apa ia datang ke kantor seperti ini. "Amel, ada apa kamu kemari?." tanya Daniel penasaran. "Aku mau minta tolong dengan anda.""Ohiya, apa itu?." "Beritahu aku dimana pelakor itu tinggal, aku ingin berbicara dengannya penting. " ucap Amelia tanpa ragu. Daniel terdiam sejenak sebelum angkat bicara, ia bertanya untuk apa Amelia ingin mencari tahu tentang Emily. "Iya bukan apa-apa sih, aku hanya ingin memberi pelajaran sedikit saja, tolong lah beritahu aku dimana dia tinggal." pinta Amelia. "Nggak bisa mel, ini melanggar. Aku ngga bisa kasih tahu kamu, gimana kalo tuan tahu akan dapat masalah aku. ""Aihh, kamu akan aman kak ayoo lah. Kak Alex ngga bakal tahu, ini demi kebaikan kak Sarah ku mohon. " ucap Amelia. Daniel tetap menggelengkan kepalanya, ia meminta Amelia untuk pulang karena ini bukan masalah untuk anak kecil, sebelum Alexander tiba dikantor lebih baik Amelia pul
Emily duduk di ruang tamu rumahnya, masih terkejut dan kecewa setelah mengetahui bahwa Alexander telah menikah. Dia merasa dikhianati, tidak percaya bahwa Alexander bisa menyembunyikan hal sebesar itu darinya. "Ngga mungkin kan Alexander menikah?, dia menikah dengan siapa?, berani sekali dia menikah selain dengan ku. " ucap Emily kesal. Emily memutuskan bahwa dia harus mendapatkan jawaban langsung dari Alexander. Perasaannya campur aduk antara marah, kecewa, dan bingung. Dia tidak bisa lagi menunggu penjelasan yang tidak pernah datang. Pagi itu, dia bertekad untuk mendatangi kantor Alexander dan menanyakan kebenarannya.Emily memasuki gedung kantor dengan langkah cepat, jantungnya berdebar kencang. Dia melewati resepsionis yang sudah mengenalnya dan berjalan langsung menuju lift. Begitu pintu lift terbuka di lantai tempat kantor Alexander berada, dia melangkah keluar dengan keyakinan.Dia mengetuk pintu kantor Alexander dan langsung membukanya tanpa menunggu jawaban. Alexander yang
Alexander pulang ke rumah dengan ekspresi marah yang tidak bisa disembunyikan. Langkah kakinya terdengar berat dan penuh amarah saat ia memasuki rumah. Sarah, Elizabeth, yang sedang duduk di ruang tamu, melihat ekspresi putranya dan segera merasa ada yang tidak beres."Alexander, ada apa? Mengapa kau begitu marah?" tanya Sarah dengan suara penuh kekhawatiran.Alexander menatap Elizabeth dengan tatapan tajam. "Siapa yang memberitahu Emily tentang pernikahanku dengan Sarah?" suaranya tegas dan penuh kecurigaan. "Apa maksudmu, Alexander? Aku tidak mengerti." ucap Sarah bingung dan terkejut. Alexander menghela napas dengan frustrasi. "Emily tahu tentang pernikahan ini, Sar. Dan aku yakin seseorang di rumah ini yang membocorkannya."Richard, ayah Alexander, yang baru saja memasuki ruangan, mendengar percakapan tersebut. "Alexander, tenanglah. Tidak ada seorang pun di sini yang akan membocorkan hal itu. Kita semua tahu betapa pentingnya kerahasiaan pernikahanmu."Elizabeth mengangguk, me
Alexander memutuskan untuk pergi ke rumah Emily pagi itu. Dia tahu bahwa dia harus meminta maaf dan mencoba memperbaiki hubungan mereka. Hatinya penuh dengan kebimbangan, tetapi dia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus dia lakukan.Sesampainya di rumah Emily, Alexander berdiri di depan pintu, ragu sejenak sebelum akhirnya mengetuk pintu. Tidak butuh waktu lama sebelum Emily membuka pintu, dan ekspresi terkejut tampak di wajahnya ketika melihat Alexander."Alexander? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Emily dengan suara dingin.Alexander menghela napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberaniannya. "Emily, aku ingin berbicara denganmu. Aku tahu kau marah dan kecewa, tapi tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan."Emily menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan mempersilakannya masuk. Mereka duduk di ruang tamu, suasana tegang terasa di antara mereka."Aku tahu aku telah mengecewakanmu," mulai Alexander. "Aku ingin meminta maaf atas pernikahan ini. Itu bukan sesuat