Amelia duduk di kursi malas di rumah sakit, perutnya yang besar jelas menunjukkan bahwa ia sudah sangat dekat dengan waktu persalinan. Adrian duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat-erat. Meski bibirnya tersenyum lembut, ada ketegangan yang jelas di wajahnya. Hari itu, hari yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan, malah diwarnai kekhawatiran karena ancaman Daniel yang masih menggantung di udara."Semua akan baik-baik saja," bisik Adrian, berusaha menenangkan istrinya. "Kita fokus pada kelahiran bayi kita dulu. Jangan pikirkan hal-hal yang lain."Amelia mengangguk, meskipun ia tahu Adrian juga sedang memikirkan hal yang sama. Ia tahu suaminya tertekan dengan situasi yang melibatkan Daniel. Namun, saat ini, yang terpenting baginya adalah menyambut buah hati mereka.Tiba-tiba, Amelia merasakan rasa sakit yang tajam di perutnya, seperti ada kontraksi yang datang lebih kuat dari sebelumnya. Ia mengerang pelan, membuat Adrian segera panik.“Amelia, kamu baik-baik saja?” Adrian langsung
Kebahagiaan yang sempat Adrian rasakan saat kelahiran putrinya berubah menjadi kekhawatiran yang dalam. Ia tak bisa benar-benar tenang, mengingat betapa berbahayanya situasi antara Daniel dan Alexander. Adrian tahu bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan siklus dendam ini adalah dengan menghadapi Daniel dan menemukan solusi yang benar-benar damai.Alexander juga menyadari ancaman yang belum sepenuhnya berlalu. Meski sempat tersentuh oleh kebahagiaan Adrian, pikirannya tak bisa lepas dari bayang-bayang pertemuan terakhirnya dengan Daniel. Dalam pertemuan itu, Daniel menunjukkan kemarahan dan kebencian yang mendalam, terutama setelah merasa dikhianati oleh Adrian. Alexander memahami bahwa dendam yang tersimpan dalam hati Daniel tak akan hilang begitu saja.Adrian akhirnya memutuskan bahwa ia harus berbicara langsung dengan Daniel. Ia mengatur pertemuan rahasia di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk kota, berharap bisa melunakkan hati sepupunya itu. Sebelum pergi, ia menatap Amelia dan
Alexander Blackwood, terhanyut dalam efek alkohol yang memabukkan, melangkah masuk ke dalam kamar hotel yang bukan miliknya. Saat matanya menangkap sosok wanita yang tertidur di atas tempat tidur, pikirannya terhanyut dalam ilusi bahwa dia adalah kekasihnya."Akhirnya, aku menemukanmu." Ucap Alexander dengan suara serakDengan gerakan gemulai, dia mendekati tempat tidur dan meraih tubuh wanita dengan penuh nafsu."Kau selalu menjadi milikku." Ucap Alexander seraya menatap aneh ke wanita tersebut. Wanita itu, terbangun dari tidurnya dengan keterkejutan yang mendalam, matanya memancarkan ketakutan yang tak terbendung."Tidak! Hentikan! Kamu salah orang!"Namun, Alexander, terjebak dalam dunianya yang mabuk, mengabaikan seruan wanita itu."Jangan khawatir, sayang. Aku di sini untukmu." Ucap Alexander penuh gairah. Dia mencoba mencium bibir wanita itu, tetapi wanita itu dengan putus asa mencoba menolaknya. Alexander yang merasa kesal karena ditolak, membuat mencengkeram tangan wanita te
Dengan gerakan yang kasar, Alexander mencoba melepaskan pakaian Sarah, memperlihatkan hasratnya yang ganas dan tidak terkendali. Sarah, terdampar di bawah kekuasaannya yang tak terbendung, merasakan ketakutan dan keputusasaan melanda dirinya."Sayang kau merawatnya dengan bagus, tapi kenapa ukuran berbeda dari pertama kali aku melihatnya." ucap Alexander terpesona melihat benda yang menonjol didepannya."Aku tidak bisa... aku tidak bisa melawan..." batin Sarah dengan penuh kesedihan.Dengan hati yang berat, Sarah merasa terhimpit oleh kekuatan Alexander yang melampaui batas-batas keinginannya. Dia merasa dirinya tidak memiliki kendali atas nasibnya sendiri, terjebak dalam genggaman hasrat yang ganas dan tidak terkendali dari pria itu.***Keesokan paginya, Alexander terbangun dari tidurnya dengan kepala yang terasa pusing dan berat. Dalam keadaan setengah sadar, ia menggeliat dan membelalakkan mata dengan ekspresi terkejut saat menyadari bahwa wanita yang tidur di sampingnya bukanlah
Saat Sarah terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan lengket. Dengan perlahan, dia membuka matanya dan mencoba memahami situasi di sekitarnya. Namun, dia tidak melihat pria yang telah memaksa dirinya melakukan hubungan tersebut. Yang dia lihat adalah selembar cek dan kertas kecil yang tertulis di atas meja.Sarah meraih cek dan kertas kecil tersebut dengan gemetar, hatinya berdegup kencang karena rasa penasaran dan ketakutan. Dia membaca pesan di kertas kecil itu dengan mata yang terpaku."Kau bisa menuliskan sejumlah uang yang kamu minta,lupakan apa yang terjadi semalam, maaf."Sarah merasa seperti dunianya berputar saat dia menyadari kenyataan yang menyakitkan. Air mata mulai mengalir di pipinya saat dia memahami betapa beratnya peristiwa yang telah dialaminya."Aaaah! Bagaimana bisa kamu berkata seperti ini hah, kau telah menghancurkan ku. Uang ini ngga bisa membeli maafku, aku akan mencari mu dan meminta pertanggungjawaban atas perbuatan mu." Ucap Sarah dengan air mata te
Sementara itu Alexander sesampainya di rumah, Alexander segera menuju kamarnya dengan langkah-langkah yang berat. Dia merasa terbebani oleh beban kesalahan yang begitu berat, membebani pikirannya dengan setiap detik yang berlalu.Memasuki kamar mandi, dia membiarkan air pancuran mengalir di atas tubuhnya, mencoba membersihkan dirinya dari rasa bersalah yang membelenggunya. Namun, setiap tetes air hanya terasa seperti pengingat yang menyayat hatinya atas apa yang telah terjadi semalam. "Iya aku mabuk, aku melakukan nya tanpa sadar. Okeh aku mabuk dalam ingatan ku dia Emily, sekarang harus mencari cara agar semuanya berjalan seperti biasanya. " Ucap Alexander menenangkan dirinya. Sementara dia membersihkan dirinya, ingatan akan kejadian malam sebelumnya terus menghantui pikirannya. Dia memutar kembali momen-momen yang menyakitkan dari malam itu, merasa terjebak dalam siklus penyesalan yang tak berujung."Apa yang telah aku lakukan...? Bagaimana aku bisa melakukan sesuatu yang begitu k
Daniel melihat tuannya merasa kasian, ia berjalan mendekati laci membuka dan meraih obat penenang. Daniel memberikan nya kepada tuannya, biasanya Alexander akan meminum obat tersebut disaat ia sedang banyak masalah atau pusing. "Tuan muda, silakan anda perlu ini untuk memenangkan pikiran anda." "Umm,, terimakasih Daniel." Ucap Alexander meraih obat dan segera meminumnya. Saat Alexander meraih gelas air minum ia melihat jam tangannya diatas meja tak ada. ia mengingat terakhir kali nya melepaskannya di kamar tersebut, apakah jam tangan tersebut tertinggal disana, jika benar maka ini akan menjadi masalah besar bagi Alexander. "Daniel, jam tangan ku hilang ku rasa seperti nya tertinggal disana, kau harus mencarinya Daniel jangan sampai wanita tersebut menemukannya." Perintah Alexander dengan panik. "Baiklah tuan muda, aku akan mencarinya untuk anda.""Temukan Daniel, karena itu jam tangan pemberian dari Emily. " Daniel mengangguk iya, ia membungkukkan badannya dan segera keluar dari
Daniel mempercepat kendaraan nya, tak butuh waktu lama ia segera tiba dirumah Alexander. Daniel menuju ruang kerja tuannya, ia melihat Alexander berdiri didepan jendela dengan satu gelas minuman seperti nya tuannya memikirkan kejadian semalam. "Tuan muda. " Sapa Daniel. Alexander berbalik badan, ia melihat Daniel namun wajahnya berbeda seperti nya terjadi sesuatu dihotel tersebut. "Ada apa dengan wajah mu ?, bagaimana jam tangan ku apakah kamu mendapatkan nya ?." tanya Alexander seraya meneguk minuman ditangan nya. Daniel membungkuk tubuh nya meminta maaf karena ia gagal mendapatkan jam tangan tersebut. Daniel memberitahu Alexander bahwa wanita tersebut yang terlebih dahulu menemukan jam tangan tersebut. "Apa kau bilang ?, lalu..? "Maaf tuan, saat aku sampai keadaan kamar sudah rapih wanita tersebut pergi setelah kita keluar dari sana. wanita tersebut adalah Sarah Miller seorang mahasiswi tuan. " jelas Daniel gugup. Alexander menggenggam erat gelas yang ditangannya, tatapan pen