Alexander Blackwood, terhanyut dalam efek alkohol yang memabukkan, melangkah masuk ke dalam kamar hotel yang bukan miliknya. Saat matanya menangkap sosok wanita yang tertidur di atas tempat tidur, pikirannya terhanyut dalam ilusi bahwa dia adalah kekasihnya.
"Akhirnya, aku menemukanmu." Ucap Alexander dengan suara serakDengan gerakan gemulai, dia mendekati tempat tidur dan meraih tubuh wanita dengan penuh nafsu."Kau selalu menjadi milikku." Ucap Alexander seraya menatap aneh ke wanita tersebut.Wanita itu, terbangun dari tidurnya dengan keterkejutan yang mendalam, matanya memancarkan ketakutan yang tak terbendung."Tidak! Hentikan! Kamu salah orang!"Namun, Alexander, terjebak dalam dunianya yang mabuk, mengabaikan seruan wanita itu."Jangan khawatir, sayang. Aku di sini untukmu." Ucap Alexander penuh gairah.Dia mencoba mencium bibir wanita itu, tetapi wanita itu dengan putus asa mencoba menolaknya. Alexander yang merasa kesal karena ditolak, membuat mencengkeram tangan wanita tersebut."Kau lupa bahwa aku adalah pacar mu, apa karena kamu berada di Amerika sehingga melupakan pacar mu hah. " Bentak Alexander dengan tatapan tajam nya."Tolong, dengarkan aku! Kamu keliru!" Ucap wanita tersebut panik.Alexander, terpesona dalam keadaan mabuknya, menanggapi kata-kata wanita dengan senyuman yang mengerikan, seolah menunjukkan bahwa dia tidak tertarik mendengarkan penolakan."Oh, sayang maafkan aku,kau selalu memainkan peran dengan baik." Ucap Alexander dengan senyum nakal.Dia meraih wajah wanita dengan kasar, memaksanya untuk menatap matanya yang penuh nafsu. Wanita tersebut hanya bisa terdiam seraya meneteskan airmata nya."Aku merindukanmu begitu banyak, pacarku. Aku sangat merindukan mu Emily. " Ucap Alexander dengan suara yang penuh penegasan.Wanita itu, terdampar di bawah cengkeraman Alexander yang kuat, merasa terjepit di antara ketakutan dan keputusasaan. Dia mencoba sekali lagi untuk menyadarkan pria itu dari kebingungannya yang mabuk."Tolong, kamu tidak mengerti! Aku bukan dia!" Ucap Wanita dengan suara gemetar.Namun, seruan wanita itu hanya mengejek di telinga Alexander, yang telah sepenuhnya tenggelam dalam khayalannya yang mabuk. Alexander menghela nafas kasar nya, ia berfikir mungkin dia dengan Emily sudah tiga tahun tak bertemu jadi wajar saja Emily seperti ini."Kau selalu seperti ini, bermain sulit. Tapi tak perlu khawatir, aku akan membuatmu melepaskan dirimu, kita akan melepaskan kerindukan ini dan menikmati malam panjang ini sayang." Ucap Alexander dengan suara penuh hasrat."Ya Tuhan bantu aku, siapa pria ini kenapa dia bisa masuk kedalam kamar ku dan kenapa dia beranggapan bahwa aku kekasih nya." Batin Wanita tersebut.Sementara Alexander terus melepaskan kancing kemejanya dengan gerakan yang semakin kasar, wanita itu semakin panik dan ketakutan. Dia merasakan dunianya runtuh di hadapannya, kecemasan melanda setiap serat tubuhnya."Tolong, dengarkan aku dengan baik! Aku bukanlah pacarmu, aku adalah Sarah." Ucap Wanita tersebut.Namun, kata-katanya hanya hilang di tengah hiruk-pikuk keadaan yang semakin memburuk. Alexander, terhanyut dalam kegelapan alkohol, mengabaikan penjelasan wanita itu, menganggapnya sebagai bagian dari permainan yang dimainkan oleh pacarnya.Wanita tersebut adalah Sarah seorang mahasiswi yang kabur dari rumahnya karena berdebat dengan ayahnya yang selalu membela ibu tirinya dan menyalahkan Sarah. Hal tersebut membuat Sarah harus tidur di hotel ini dalam beberapa hari."Jangan berpura-pura, sayang. Aku tahu kau menikmatinya juga." Ucap Alexander dengan suara mendominasi.Wanita itu, putus asa dalam upaya untuk membebaskan dirinya dari cengkeraman Alexander, terus berteriak bahwa dia adalah Sarah, seorang mahasiswi yang seharusnya tidak berada di situ."Sarah, aku adalah Sarah! Tolong, hentikan ini!".ucap Wanita dengan suara yang penuh keputusasaan.Dalam keadaan mabuk dan terobsesi dengan kepercayaan bahwa wanita itu adalah kekasihnya, Alexander melanjutkan dengan kebrutalannya. Dengan kekuatan yang kasar, dia mencium paksa Sarah, yang tidak mampu melakukan apa pun selain menangis dan meronta-ronta dalam ketakutan yang tak terkendali."Tolong... hentikan... kamu salah..." Ucap Sarah dengan suara tertekan.Namun, suaranya hanya teredam oleh ciuman yang kasar dari Alexander, yang semakin memperdalam ketidakberdayaan Sarah. Dia mencoba menolak dan mendorong Alexander, tetapi pria itu terlalu kuat dan terlalu terhanyut dalam fantasi mabuknya untuk berhenti."Tolong, aku... aku tidak bisa..." Ucap Sarah.Dalam keadaan mabuk dan terhanyut dalam hasratnya yang tak terkendali, Alexander merasa semakin terjebak dalam dunianya sendiri. Dia ingin segera melepaskan hasratnya kepada Sarah, tanpa memperdulikan penolakan dan ketidakberdayaan wanita itu."Aku tak bisa menahannya lagi..." Ucap Alexander dengan suara yang penuh keinginan.Dengan gerakan yang kasar, Alexander mencoba melepaskan pakaian Sarah, memperlihatkan hasratnya yang ganas dan tidak terkendali. Sarah, terdampar di bawah kekuasaannya yang tak terbendung, merasakan ketakutan dan keputusasaan melanda dirinya."Sayang kau merawatnya dengan bagus, tapi kenapa ukuran berbeda dari pertama kali aku melihatnya." ucap Alexander terpesona melihat benda yang menonjol didepannya."Aku tidak bisa... aku tidak bisa melawan..." batin Sarah dengan penuh kesedihan.Dengan hati yang berat, Sarah merasa terhimpit oleh kekuatan Alexander yang melampaui batas-batas keinginannya. Dia merasa dirinya tidak memiliki kendali atas nasibnya sendiri, terjebak dalam genggaman hasrat yang ganas dan tidak terkendali dari pria itu.***Keesokan paginya, Alexander terbangun dari tidurnya dengan kepala yang terasa pusing dan berat. Dalam keadaan setengah sadar, ia menggeliat dan membelalakkan mata dengan ekspresi terkejut saat menyadari bahwa wanita yang tidur di sampingnya bukanlah
Saat Sarah terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan lengket. Dengan perlahan, dia membuka matanya dan mencoba memahami situasi di sekitarnya. Namun, dia tidak melihat pria yang telah memaksa dirinya melakukan hubungan tersebut. Yang dia lihat adalah selembar cek dan kertas kecil yang tertulis di atas meja.Sarah meraih cek dan kertas kecil tersebut dengan gemetar, hatinya berdegup kencang karena rasa penasaran dan ketakutan. Dia membaca pesan di kertas kecil itu dengan mata yang terpaku."Kau bisa menuliskan sejumlah uang yang kamu minta,lupakan apa yang terjadi semalam, maaf."Sarah merasa seperti dunianya berputar saat dia menyadari kenyataan yang menyakitkan. Air mata mulai mengalir di pipinya saat dia memahami betapa beratnya peristiwa yang telah dialaminya."Aaaah! Bagaimana bisa kamu berkata seperti ini hah, kau telah menghancurkan ku. Uang ini ngga bisa membeli maafku, aku akan mencari mu dan meminta pertanggungjawaban atas perbuatan mu." Ucap Sarah dengan air mata te
Sementara itu Alexander sesampainya di rumah, Alexander segera menuju kamarnya dengan langkah-langkah yang berat. Dia merasa terbebani oleh beban kesalahan yang begitu berat, membebani pikirannya dengan setiap detik yang berlalu.Memasuki kamar mandi, dia membiarkan air pancuran mengalir di atas tubuhnya, mencoba membersihkan dirinya dari rasa bersalah yang membelenggunya. Namun, setiap tetes air hanya terasa seperti pengingat yang menyayat hatinya atas apa yang telah terjadi semalam. "Iya aku mabuk, aku melakukan nya tanpa sadar. Okeh aku mabuk dalam ingatan ku dia Emily, sekarang harus mencari cara agar semuanya berjalan seperti biasanya. " Ucap Alexander menenangkan dirinya. Sementara dia membersihkan dirinya, ingatan akan kejadian malam sebelumnya terus menghantui pikirannya. Dia memutar kembali momen-momen yang menyakitkan dari malam itu, merasa terjebak dalam siklus penyesalan yang tak berujung."Apa yang telah aku lakukan...? Bagaimana aku bisa melakukan sesuatu yang begitu k
Daniel melihat tuannya merasa kasian, ia berjalan mendekati laci membuka dan meraih obat penenang. Daniel memberikan nya kepada tuannya, biasanya Alexander akan meminum obat tersebut disaat ia sedang banyak masalah atau pusing. "Tuan muda, silakan anda perlu ini untuk memenangkan pikiran anda." "Umm,, terimakasih Daniel." Ucap Alexander meraih obat dan segera meminumnya. Saat Alexander meraih gelas air minum ia melihat jam tangannya diatas meja tak ada. ia mengingat terakhir kali nya melepaskannya di kamar tersebut, apakah jam tangan tersebut tertinggal disana, jika benar maka ini akan menjadi masalah besar bagi Alexander. "Daniel, jam tangan ku hilang ku rasa seperti nya tertinggal disana, kau harus mencarinya Daniel jangan sampai wanita tersebut menemukannya." Perintah Alexander dengan panik. "Baiklah tuan muda, aku akan mencarinya untuk anda.""Temukan Daniel, karena itu jam tangan pemberian dari Emily. " Daniel mengangguk iya, ia membungkukkan badannya dan segera keluar dari
Daniel mempercepat kendaraan nya, tak butuh waktu lama ia segera tiba dirumah Alexander. Daniel menuju ruang kerja tuannya, ia melihat Alexander berdiri didepan jendela dengan satu gelas minuman seperti nya tuannya memikirkan kejadian semalam. "Tuan muda. " Sapa Daniel. Alexander berbalik badan, ia melihat Daniel namun wajahnya berbeda seperti nya terjadi sesuatu dihotel tersebut. "Ada apa dengan wajah mu ?, bagaimana jam tangan ku apakah kamu mendapatkan nya ?." tanya Alexander seraya meneguk minuman ditangan nya. Daniel membungkuk tubuh nya meminta maaf karena ia gagal mendapatkan jam tangan tersebut. Daniel memberitahu Alexander bahwa wanita tersebut yang terlebih dahulu menemukan jam tangan tersebut. "Apa kau bilang ?, lalu..? "Maaf tuan, saat aku sampai keadaan kamar sudah rapih wanita tersebut pergi setelah kita keluar dari sana. wanita tersebut adalah Sarah Miller seorang mahasiswi tuan. " jelas Daniel gugup. Alexander menggenggam erat gelas yang ditangannya, tatapan pen
Setelah beberapa minggu berlalu, keadaan Sarah semakin memburuk. Tubuhnya semakin kurus, dan dia merasakan kelemahan yang luar biasa. Setiap hari menjadi perjuangan baginya untuk bangun dari tempat tidur."Apa yang terjadi pada ku, kenapa beberapa hari aku merasa pusing dan mual." Batin Sarah kebingungan. Gejala mual yang sering muncul membuatnya kesulitan untuk makan atau minum dengan baik. Sarah merasa terjebak dalam siklus yang tidak berujung dari ketidaknyamanan fisik dan kecemasan mental.Sarah meraih tas nya dan memasukan ponselnya segera keluar dari kamar,namun langkah nya terhenti saat melihat ibu tiri nya melihat nya dengan aneh. "Mau kemana ?, masih pagi bukan kah kamu sudah keluar dari pekerjaan mu." "Bukan urusan anda. " Ketus Sarah. "Kau pikir kau bisa kabur begitu saja?,Dasar anak tak tahu diuntung bukannya nyari pekerjaan ini tidak menumpang makan".desis ibu tirinya dengan nada sinis, tatapan dinginnya menusuk ke dalam jiwa Sarah.Kata-kata tersebut menusuk hati Sar
Setelah melihat hasil yang tidak sesuai dengan harapannya,membuat Sarah terpukul dengan semuanya ia merasa frustasi, dengan gemetar Sarah meraih ponselnya dan membuka daftar kontaknya. Dia mencari nama sahabatnya, Talia, dengan jari-jarinya yang gemetar. Begitu menemukannya, dia menekan tombol panggil dengan hati yang berdebar kencang.Setelah beberapa kali berdering, telepon itu diangkat. Suara Talia terdengar dari seberang sambungan, penuh dengan kehangatan dan kepedulian.“Halo, Sarah, ada apa?” Tanya Talia dengan lembut, menyadari dari nada suara Sarah bahwa ada sesuatu yang tidak beres.Sarah menelan ludah, mencoba menahan emosinya yang meluap-luap. “T-Talia, aku butuh kamu,” Ucapnya dengan suara yang gemetar.“Ada apa, Sarah? Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Talia, suaranya penuh kekhawatiran.Sarah tak menjawab pertanyaan dari Talia, ia menangis terisak-isak. Mendengar suara Sarah menangis Talia kuatir dengan keadaan Sarah ia takut jika terjadi sesuatu kepada Sarah. “Sarah,
Daniel duduk di ruangannya yang gelap, jendela tertutup rapat. Matanya tertuju pada layar laptop di hadapannya, yang dipenuhi dengan berbagai laporan dan catatan yang dia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Namun, setiap upaya yang dia lakukan untuk melacak keberadaan Sarah terasa sia-sia. "Bagaimana jika Tuan Muda Alexander tahu bahwa aku kehilangan jejak nona Sarah." Gumam Daniel yang merasa kuatir jika tuannya tahu. Tanpa ragu lagi, Daniel mengambil keputusan yang sulit. Dia harus mencari bantuan dari orang-orang yang memiliki koneksi dan sumber daya yang lebih besar darinya. Dia harus membayar mata-mata.Dengan hati yang berat, Daniel mulai mencari kontak yang tepat. Dia tahu bahwa langkah ini bukanlah tanpa risiko, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain. Sarah perlu ditemukan, dan dia akan melakukan apa pun untuk membuat itu terjadi."Hallo, aku perintahkan cariikan aku seseorang nanti akan ku kirimkan fotonya." "Dengan senang hati pak Daniel." Ucap pria tersebut. Dia ta