Daniel melihat tuannya merasa kasian, ia berjalan mendekati laci membuka dan meraih obat penenang. Daniel memberikan nya kepada tuannya, biasanya Alexander akan meminum obat tersebut disaat ia sedang banyak masalah atau pusing.
"Tuan muda, silakan anda perlu ini untuk memenangkan pikiran anda.""Umm,, terimakasih Daniel." Ucap Alexander meraih obat dan segera meminumnya.Saat Alexander meraih gelas air minum ia melihat jam tangannya diatas meja tak ada. ia mengingat terakhir kali nya melepaskannya di kamar tersebut, apakah jam tangan tersebut tertinggal disana, jika benar maka ini akan menjadi masalah besar bagi Alexander."Daniel, jam tangan ku hilang ku rasa seperti nya tertinggal disana, kau harus mencarinya Daniel jangan sampai wanita tersebut menemukannya." Perintah Alexander dengan panik."Baiklah tuan muda, aku akan mencarinya untuk anda.""Temukan Daniel, karena itu jam tangan pemberian dari Emily. "Daniel mengangguk iya, ia membungkukkan badannya dan segera keluar dari kamar Alexander. Daniel segera bergegas menuju hotel tersebut, sesampainya ia disana tanpa izin dari pemilik hotel Daniel segera menuju kamar 305.Saat ia membuka pintu kamar tersebut, ia melihat kamar tersebut terlihat rapih seperti tidak berpenghuni bahkan saat Daniel mencari jam tangan tuannya ia tak menemukan sama sekali."Dimana jam tangan tuan Alexander, apakah wanita tersebut menemukan nya. " Batin Daniel dengan wajah panik.Daniel segera keluar dari kamar tersebut, ia bertemu dengan Housekeeping. Daniel segera bertanya apakah penghuni kamar nomer 305 sudah meninggalkan tempat tersebut, dan siapa yang membersihkan kamar tersebut."Iya Pak wanita yang tinggal dikamar itu sudah pergi sejak dua jam lalu, yang membersihkan kamar nya adalah aku pak. ""Hah, 2 jam yang lalu, ohiya apakah kamu melihat jam tangan ini." Ucap Daniel menujukan sebuah foto jam dilayar ponselnya."maaf Pak aku tidak melihat nya, saat aku masuk kamar ini sudah rapih hanya beberapa sprei seperti basah berada di kamar mandi." Jelas Housekeeping tersebut.Daniel menggaruk kepalanya, ia merasa frustasi jika benar jam tangan tersebut ditemukan oleh wanita itu pasti tuannya akan marah besar. Apa lagi jam tangan tersebut pemberian dari Emily orang yang sangat disayangi oleh tuannya."Gawat, jika tuan muda mengetahui nya." Batin Daniel.Daniel segera berjalan menuju resepsionis ia akan menanyakan identitas wanita tersebut. sesampainya disana, resepsionis memberikan hormat karena ia tahu siapa Daniel , adalah kaki tangan Alexander seorang pria kaya raya berpengaruh dalam dunia bisnis."Maaf Pak apakah ada yang bisa kami bantu ?.""Iyah, aku ingin bertanya penghuni kamar nomer 305 siapa dia ? apakah kamu memiliki alamat rumahnya ?.Resepsionis bingung apa hubungannya wanita tersebut dengan Daniel asistennya Alexander, apakah wanita tersebut melakukan kesalahan sehingga ia harus berurusan dengan Daniel."Iya Pak, aku akan mencarinya mohon tunggu sebentar.""Umm,, segera mungkin.""Baiklah, Wanita yang menginap di kamar nomor 305 adalah seorang bernama Sarah Miller. Itu adalah catatan yang kami miliki." jelas Resepsionis.Daniel mencatat nama tersebut dengan cepat dalam pikirannya, merasa lega bahwa dia memiliki petunjuk tentang identitas wanita tersebut. Namun, pertanyaan tentang keberadaan jam tangan masih belum terjawab, dan dia merasa semakin tertekan oleh situasi ini."Ohiya, bisakah aku melihat cctv karena aku ingin melihat wajahnya.""Ohh,, baiklah Pak mari aku akan antarkan anda."Daniel segera mengikuti Resepsionis tersebut menuju sebuah ruangan CCTV. salah satu orang yang berada disana menujukan sebuah rekaman CCTV semalam dan pagi tadi, Daniel melihat wajah wanita tersebut dan langsung memotret nya."Maaf Pak, apakah pria yang masuk ke dalam rekaman tersebut anda ? atau dia.. " Tanya resepsionis."kau tak perlu tahu siapa dia ?, tugas mu hapus semua rekaman ini jika ini tersebar kau tahu apa yang akan terjadi dengan hotel ini. " Ancam Daniel.Resepsionis tersebut ketakutan, jika ini tersebar maka hotel ini akan hancur dan dia tidak memiliki pekerjaan lagi, Resepsionis menghapus seluruh file rekaman tersebut."Tapi Pak, wanita tersebut telah menyalin rekaman cctv nya." Ucap salah satu orang disana."Hah, apa kau bilang wanita ini ?." Tanya Daniel panik."iya Pak, tadi pagi ia kesini dengan beralasan bahwa ini adalah pacar nya.""Sialan, aku ternyata dia lebih cepat diluar dugaan ku." Batin Daniel panik.Daniel merasakan kesal luar biasa, ia menegaskan kepada mereka jika terjadi sesuatu maka mereka berdua akan bertanggungjawab. Daniel segera keluar dan pulang ia akan melaporkan semuanya kepada tuannya mengenai apa yang terjadi.Daniel mempercepat kendaraan nya, tak butuh waktu lama ia segera tiba dirumah Alexander. Daniel menuju ruang kerja tuannya, ia melihat Alexander berdiri didepan jendela dengan satu gelas minuman seperti nya tuannya memikirkan kejadian semalam. "Tuan muda. " Sapa Daniel. Alexander berbalik badan, ia melihat Daniel namun wajahnya berbeda seperti nya terjadi sesuatu dihotel tersebut. "Ada apa dengan wajah mu ?, bagaimana jam tangan ku apakah kamu mendapatkan nya ?." tanya Alexander seraya meneguk minuman ditangan nya. Daniel membungkuk tubuh nya meminta maaf karena ia gagal mendapatkan jam tangan tersebut. Daniel memberitahu Alexander bahwa wanita tersebut yang terlebih dahulu menemukan jam tangan tersebut. "Apa kau bilang ?, lalu..? "Maaf tuan, saat aku sampai keadaan kamar sudah rapih wanita tersebut pergi setelah kita keluar dari sana. wanita tersebut adalah Sarah Miller seorang mahasiswi tuan. " jelas Daniel gugup. Alexander menggenggam erat gelas yang ditangannya, tatapan pen
Setelah beberapa minggu berlalu, keadaan Sarah semakin memburuk. Tubuhnya semakin kurus, dan dia merasakan kelemahan yang luar biasa. Setiap hari menjadi perjuangan baginya untuk bangun dari tempat tidur."Apa yang terjadi pada ku, kenapa beberapa hari aku merasa pusing dan mual." Batin Sarah kebingungan. Gejala mual yang sering muncul membuatnya kesulitan untuk makan atau minum dengan baik. Sarah merasa terjebak dalam siklus yang tidak berujung dari ketidaknyamanan fisik dan kecemasan mental.Sarah meraih tas nya dan memasukan ponselnya segera keluar dari kamar,namun langkah nya terhenti saat melihat ibu tiri nya melihat nya dengan aneh. "Mau kemana ?, masih pagi bukan kah kamu sudah keluar dari pekerjaan mu." "Bukan urusan anda. " Ketus Sarah. "Kau pikir kau bisa kabur begitu saja?,Dasar anak tak tahu diuntung bukannya nyari pekerjaan ini tidak menumpang makan".desis ibu tirinya dengan nada sinis, tatapan dinginnya menusuk ke dalam jiwa Sarah.Kata-kata tersebut menusuk hati Sar
Setelah melihat hasil yang tidak sesuai dengan harapannya,membuat Sarah terpukul dengan semuanya ia merasa frustasi, dengan gemetar Sarah meraih ponselnya dan membuka daftar kontaknya. Dia mencari nama sahabatnya, Talia, dengan jari-jarinya yang gemetar. Begitu menemukannya, dia menekan tombol panggil dengan hati yang berdebar kencang.Setelah beberapa kali berdering, telepon itu diangkat. Suara Talia terdengar dari seberang sambungan, penuh dengan kehangatan dan kepedulian.“Halo, Sarah, ada apa?” Tanya Talia dengan lembut, menyadari dari nada suara Sarah bahwa ada sesuatu yang tidak beres.Sarah menelan ludah, mencoba menahan emosinya yang meluap-luap. “T-Talia, aku butuh kamu,” Ucapnya dengan suara yang gemetar.“Ada apa, Sarah? Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Talia, suaranya penuh kekhawatiran.Sarah tak menjawab pertanyaan dari Talia, ia menangis terisak-isak. Mendengar suara Sarah menangis Talia kuatir dengan keadaan Sarah ia takut jika terjadi sesuatu kepada Sarah. “Sarah,
Daniel duduk di ruangannya yang gelap, jendela tertutup rapat. Matanya tertuju pada layar laptop di hadapannya, yang dipenuhi dengan berbagai laporan dan catatan yang dia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Namun, setiap upaya yang dia lakukan untuk melacak keberadaan Sarah terasa sia-sia. "Bagaimana jika Tuan Muda Alexander tahu bahwa aku kehilangan jejak nona Sarah." Gumam Daniel yang merasa kuatir jika tuannya tahu. Tanpa ragu lagi, Daniel mengambil keputusan yang sulit. Dia harus mencari bantuan dari orang-orang yang memiliki koneksi dan sumber daya yang lebih besar darinya. Dia harus membayar mata-mata.Dengan hati yang berat, Daniel mulai mencari kontak yang tepat. Dia tahu bahwa langkah ini bukanlah tanpa risiko, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain. Sarah perlu ditemukan, dan dia akan melakukan apa pun untuk membuat itu terjadi."Hallo, aku perintahkan cariikan aku seseorang nanti akan ku kirimkan fotonya." "Dengan senang hati pak Daniel." Ucap pria tersebut. Dia ta
Sesampainya di rumah Alexander, Daniel langsung menuju ruang kerja tuannya. Hatinya berdebar-debar karena dia tahu bahwa dia harus memberitahu Alexander tentang Sarah.Tanpa menunggu waktu lama, Daniel mengetuk pintu ruang kerja Alexander. Suaranya terdengar gemetar saat dia memanggil "Tuan Alexander, saya harus memberitahumu sesuatu yang penting."Pintu terbuka, dan Alexander muncul dari baliknya dengan ekspresi campuran kebingungan dan kecemasan. "Apa yang terjadi, Daniel? Ada apa?" tanyanya dengan suara tegang. "Sarah... dia sedang mengandung anakmu, tuan."Ucap Daniel dengan napas yang terengah-engah, Daniel memulai. Alexander terdiam, matanya melebar dalam kejutan dan tidak percaya. Dia hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dia dengar.Daniel melanjutkan, menjelaskan semua yang dia ketahui tentang situasi Sarah dan bagaimana mereka harus menghadapinya bersama. Dia tahu bahwa kebenaran ini tidak akan mudah diterima, tetapi mereka harus menghadapinya bersama.Saat sua
Alexander dan Daniel berangkat menuju rumah yang ditempati Sarah dengan perasaan yang campur aduk. Mereka tiba di depan rumah yang sederhana namun terawat dengan baik, dan Alexander merasa bingung kenapa rumah Sarah disini, bukan kah Daniel pernah bilang bahwa rumah Sarah bukan didaerah sini. "Daniel, kau yakin disini ?." Tanya Alexander bingung. "Benar tuan muda, aku melihat nya nona Sarah disini dengan seorang wanita muda nona." Daniel mengetuk pintu dengan hati-hati, dan setelah beberapa saat, pintu dibuka oleh seorang wanita muda yang tersenyum ramah. "Permisi ada apa ya ?." Tanya wanita tersebut. Saat Alexander berbalik badan, wanita tersebut terkejut melihat kedatangan Alexander secara tiba-tiba di depan rumahnya. "Kami mencari wanita ini ?." Tanya Daniel menujukan sebuah foto Sarah. "Tania, sudah datang ketoprak nya?." Teriak Sarah dari dalam. Tak lama kemudian, Sarah muncul dari dalam rumah dengan senyuman hangat di wajahnya. Namun, senyumnya memudar saat dia melihat A
Beberapa minggu berlalu, dan persiapan untuk pernikahan Alexander dengan Sarah mulai dilakukan. Meskipun Sarah tidak merasa bahagia dengan situasinya, dia menyadari bahwa ini adalah kesempatan bagi dia untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi bayinya.Sarah dan Alexander bertemu di sebuah ruangan yang didesain megah untuk pembicaraan terakhir sebelum pernikahan. Wajah mereka dipenuhi dengan ekspresi yang kompleks, mencerminkan perasaan yang beragam di dalam hati mereka."Aku tahu ini mungkin tidak mudah bagi Anda, tapi perlu kau tahu jangan terlalu berharap dengan ku Sarah," ucap Alexander dengan suara menekan. "Baiklah aku tahu tuan, aku tidak akan melebihi batas ku pada mu." Sarah mengangguk, mencoba menahan emosinya. Dia tahu bahwa dia harus bertindak dewasa dan menerima keputusan yang telah dibuat. Meskipun hatinya masih penuh dengan rasa sakit dan kecewa, dia berjanji untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya."Baguslah jika kamu memahami ku, dan perlu kau ingat pernik
Setelah pernikahan, suasana di dalam mobil terasa tegang dan hening. Sarah duduk di samping Alexander, tetapi dia bisa merasakan jarak emosional yang begitu besar di antara mereka. Alexander, yang duduk di sampingnya hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun sejak mereka meninggalkan tempat pernikahan."Apa yang harus ku lakukan, kenapa tuan Alexander sejak tadi hanya diam." gumam Sarah melirik Alexander. Sarah merasa cemas dan kebingungan. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan atau lakukan untuk meredakan ketegangan yang begitu kuat di dalam mobil. Rasanya seperti semua yang dia alami bersama Alexander hanya mengarah pada momen ini, bahkan Daniel pun hanya diam saja hal tersebut membuat Sarah semakin bingung. Meskipun dia ingin mencoba memulai percakapan, Sarah merasa ragu. Dia takut bahwa kata-kata yang dia ucapkan hanya akan membuat situasi semakin buruk. Jadi dia memilih untuk tetap diam, membiarkan keheningan yang tegang mengisi ruang di antara mereka.Di sisi lain, Alex