Daniel mempercepat kendaraan nya, tak butuh waktu lama ia segera tiba dirumah Alexander. Daniel menuju ruang kerja tuannya, ia melihat Alexander berdiri didepan jendela dengan satu gelas minuman seperti nya tuannya memikirkan kejadian semalam.
"Tuan muda. " Sapa Daniel.Alexander berbalik badan, ia melihat Daniel namun wajahnya berbeda seperti nya terjadi sesuatu dihotel tersebut."Ada apa dengan wajah mu ?, bagaimana jam tangan ku apakah kamu mendapatkan nya ?." tanya Alexander seraya meneguk minuman ditangan nya.Daniel membungkuk tubuh nya meminta maaf karena ia gagal mendapatkan jam tangan tersebut. Daniel memberitahu Alexander bahwa wanita tersebut yang terlebih dahulu menemukan jam tangan tersebut."Apa kau bilang ?, lalu..?"Maaf tuan, saat aku sampai keadaan kamar sudah rapih wanita tersebut pergi setelah kita keluar dari sana. wanita tersebut adalah Sarah Miller seorang mahasiswi tuan. " jelas Daniel gugup.Alexander menggenggam erat gelas yang ditangannya, tatapan penuh kebencian dan kemarahan. padahal ia sudah memberikan cek kosong berisikan tanda tangan Alexander mengapa ia membawa jam tangan yang harusnya bukan milik nya."Sialan,bagaimana bisa itu terjadi Daniel." ketus Alexander."Maaf tuan muda ini semua salah ku, tapi ada sesuatu yang harus anda ketahui. ""Apa itu ?." tanya Alexander menekan.Daniel bercerita saat ia ingin tahu wajah wanita tersebut, ia meminta resepsionis menujukan rekaman cctv, dan Daniel mendapatkan wajah wanita tersebut namun ada sesuatu yang mungkin membuat Alexander marah besar."Tak perlu bertele-tele Daniel, katakan apa itu!.""wanita tersebut telah menyalin rekaman cctv tersebut tuan muda. " jelas Daniel gugup.Alexander semakin erat menggenggam gelas ditangannya sampai gelas tersebut pecah ditangan Alexander. ia memaki Daniel kenapa bisa terlewat kan hal seperti ini, kini alexander akan dihadapkan dengan masalah besar."Maafkan aku tuan muda, aku akan membereskan semuanya.""Sialan, harusnya aku bunuh wanita tersebut." ucap Alexander penuh kemarahan.Alexander memerintah Daniel untuk mencari keberadaan wanita tersebut, jangan sampai wanita tersebut mengacau semuanya. kini Alexander dalam masalah besar jika media tahu perbuatan Alexander maka reputasi bisnis Alexander akan hancur, dan ini akan menjadi berita besar."Tuan muda, biarkan aku mengobati luka anda." ucap Daniel karena melihat tangan tuannya terluka akibat pecahan gelas tersebut.Alexander membiarkan asisten nya mengobati luka ditangan nya, ia masih membayangkan jika wanita tersebut memberitahu dunia maka Alexander akan di kecam sebagai Ceo yang mesum, apalagi cerita itu terdengar oleh Emily maka hubungan dengan Emily akan hancur."Daniel, pastikan kamu menutup mulut dia jangan sampai dunia mengetahui nya karena itu akan mengacau kan semuanya." Tegas Alexander dengan tatapan menakutkan."Baik tuan muda, aku akan berusaha mencari wanita tersebut."Daniel mengeluarkan sesuatu dari balik saku jas nya, ia memberikan kepada Alexander sebuah buku kecil yang berisi indetitas Sarah. Alexander meraih buku tersebut ia melihat apa yang baru saja Daniel catat."Sarah Miller, seorang mahasiswi apakah kamu mendapatkan nomer telepon nya ?.""Maaf tuan muda tidak mendapatkan nya." Ucap Daniel menundukkan kepalanya."Aishhh,, Daniel kau harus mencari tahu dimana keberadaan dia sekarang jangan biarkan dia membuka mulutnya kau paham!." Tegas Alexander.Daniel mengganggukan kepala nya, ia berjanji akan mencari keberadaan Sarah. Disaat Daniel ingin keluar dari kamar Alexander, tiba-tiba terhenti karena mendapatkan panggilan dari Alexander."Awasi wanita tersebut, jangan menganggu nya.""Baik tuan muda, aku akan menyuruh seseorang untuk mencari tahu keberadaan nya sekaligus mengawasinya tuan.""Umm,, pergilah." Perintah Alexander.Alexander beranjak bangun, ia mendekati sebuah foto yang terdapat dirinya dengan seorang gadis yaitu Emily kekasih hati nya yang sangat ia cintai. Mereka telah menjalani hubungan cukup lama, tentu saja Alexander sangat serius dengannya, ia berharap segera menyelesaikan masalah ini sebelum Emily kembali."Emily maafkan aku, aku berjanji semua akan selesai sebelum kamu pulang."Alexander meletakkan kembali foto tersebut, ia berjalan ke arah jendela melihat kearah lain. Pandangannya sangat dingin, mengingat kejadian semalam bahkan ia tidak menyangka wanita yang ia tidurin tersebut masih dalam keadaan perawan, Alexander memijat kepala nya karena merasa frustasi dengan masalah yang ia perbuat sendiri.Setelah beberapa minggu berlalu, keadaan Sarah semakin memburuk. Tubuhnya semakin kurus, dan dia merasakan kelemahan yang luar biasa. Setiap hari menjadi perjuangan baginya untuk bangun dari tempat tidur."Apa yang terjadi pada ku, kenapa beberapa hari aku merasa pusing dan mual." Batin Sarah kebingungan. Gejala mual yang sering muncul membuatnya kesulitan untuk makan atau minum dengan baik. Sarah merasa terjebak dalam siklus yang tidak berujung dari ketidaknyamanan fisik dan kecemasan mental.Sarah meraih tas nya dan memasukan ponselnya segera keluar dari kamar,namun langkah nya terhenti saat melihat ibu tiri nya melihat nya dengan aneh. "Mau kemana ?, masih pagi bukan kah kamu sudah keluar dari pekerjaan mu." "Bukan urusan anda. " Ketus Sarah. "Kau pikir kau bisa kabur begitu saja?,Dasar anak tak tahu diuntung bukannya nyari pekerjaan ini tidak menumpang makan".desis ibu tirinya dengan nada sinis, tatapan dinginnya menusuk ke dalam jiwa Sarah.Kata-kata tersebut menusuk hati Sar
Setelah melihat hasil yang tidak sesuai dengan harapannya,membuat Sarah terpukul dengan semuanya ia merasa frustasi, dengan gemetar Sarah meraih ponselnya dan membuka daftar kontaknya. Dia mencari nama sahabatnya, Talia, dengan jari-jarinya yang gemetar. Begitu menemukannya, dia menekan tombol panggil dengan hati yang berdebar kencang.Setelah beberapa kali berdering, telepon itu diangkat. Suara Talia terdengar dari seberang sambungan, penuh dengan kehangatan dan kepedulian.“Halo, Sarah, ada apa?” Tanya Talia dengan lembut, menyadari dari nada suara Sarah bahwa ada sesuatu yang tidak beres.Sarah menelan ludah, mencoba menahan emosinya yang meluap-luap. “T-Talia, aku butuh kamu,” Ucapnya dengan suara yang gemetar.“Ada apa, Sarah? Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Talia, suaranya penuh kekhawatiran.Sarah tak menjawab pertanyaan dari Talia, ia menangis terisak-isak. Mendengar suara Sarah menangis Talia kuatir dengan keadaan Sarah ia takut jika terjadi sesuatu kepada Sarah. “Sarah,
Daniel duduk di ruangannya yang gelap, jendela tertutup rapat. Matanya tertuju pada layar laptop di hadapannya, yang dipenuhi dengan berbagai laporan dan catatan yang dia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Namun, setiap upaya yang dia lakukan untuk melacak keberadaan Sarah terasa sia-sia. "Bagaimana jika Tuan Muda Alexander tahu bahwa aku kehilangan jejak nona Sarah." Gumam Daniel yang merasa kuatir jika tuannya tahu. Tanpa ragu lagi, Daniel mengambil keputusan yang sulit. Dia harus mencari bantuan dari orang-orang yang memiliki koneksi dan sumber daya yang lebih besar darinya. Dia harus membayar mata-mata.Dengan hati yang berat, Daniel mulai mencari kontak yang tepat. Dia tahu bahwa langkah ini bukanlah tanpa risiko, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain. Sarah perlu ditemukan, dan dia akan melakukan apa pun untuk membuat itu terjadi."Hallo, aku perintahkan cariikan aku seseorang nanti akan ku kirimkan fotonya." "Dengan senang hati pak Daniel." Ucap pria tersebut. Dia ta
Sesampainya di rumah Alexander, Daniel langsung menuju ruang kerja tuannya. Hatinya berdebar-debar karena dia tahu bahwa dia harus memberitahu Alexander tentang Sarah.Tanpa menunggu waktu lama, Daniel mengetuk pintu ruang kerja Alexander. Suaranya terdengar gemetar saat dia memanggil "Tuan Alexander, saya harus memberitahumu sesuatu yang penting."Pintu terbuka, dan Alexander muncul dari baliknya dengan ekspresi campuran kebingungan dan kecemasan. "Apa yang terjadi, Daniel? Ada apa?" tanyanya dengan suara tegang. "Sarah... dia sedang mengandung anakmu, tuan."Ucap Daniel dengan napas yang terengah-engah, Daniel memulai. Alexander terdiam, matanya melebar dalam kejutan dan tidak percaya. Dia hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dia dengar.Daniel melanjutkan, menjelaskan semua yang dia ketahui tentang situasi Sarah dan bagaimana mereka harus menghadapinya bersama. Dia tahu bahwa kebenaran ini tidak akan mudah diterima, tetapi mereka harus menghadapinya bersama.Saat sua
Alexander dan Daniel berangkat menuju rumah yang ditempati Sarah dengan perasaan yang campur aduk. Mereka tiba di depan rumah yang sederhana namun terawat dengan baik, dan Alexander merasa bingung kenapa rumah Sarah disini, bukan kah Daniel pernah bilang bahwa rumah Sarah bukan didaerah sini. "Daniel, kau yakin disini ?." Tanya Alexander bingung. "Benar tuan muda, aku melihat nya nona Sarah disini dengan seorang wanita muda nona." Daniel mengetuk pintu dengan hati-hati, dan setelah beberapa saat, pintu dibuka oleh seorang wanita muda yang tersenyum ramah. "Permisi ada apa ya ?." Tanya wanita tersebut. Saat Alexander berbalik badan, wanita tersebut terkejut melihat kedatangan Alexander secara tiba-tiba di depan rumahnya. "Kami mencari wanita ini ?." Tanya Daniel menujukan sebuah foto Sarah. "Tania, sudah datang ketoprak nya?." Teriak Sarah dari dalam. Tak lama kemudian, Sarah muncul dari dalam rumah dengan senyuman hangat di wajahnya. Namun, senyumnya memudar saat dia melihat A
Beberapa minggu berlalu, dan persiapan untuk pernikahan Alexander dengan Sarah mulai dilakukan. Meskipun Sarah tidak merasa bahagia dengan situasinya, dia menyadari bahwa ini adalah kesempatan bagi dia untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi bayinya.Sarah dan Alexander bertemu di sebuah ruangan yang didesain megah untuk pembicaraan terakhir sebelum pernikahan. Wajah mereka dipenuhi dengan ekspresi yang kompleks, mencerminkan perasaan yang beragam di dalam hati mereka."Aku tahu ini mungkin tidak mudah bagi Anda, tapi perlu kau tahu jangan terlalu berharap dengan ku Sarah," ucap Alexander dengan suara menekan. "Baiklah aku tahu tuan, aku tidak akan melebihi batas ku pada mu." Sarah mengangguk, mencoba menahan emosinya. Dia tahu bahwa dia harus bertindak dewasa dan menerima keputusan yang telah dibuat. Meskipun hatinya masih penuh dengan rasa sakit dan kecewa, dia berjanji untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya."Baguslah jika kamu memahami ku, dan perlu kau ingat pernik
Setelah pernikahan, suasana di dalam mobil terasa tegang dan hening. Sarah duduk di samping Alexander, tetapi dia bisa merasakan jarak emosional yang begitu besar di antara mereka. Alexander, yang duduk di sampingnya hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun sejak mereka meninggalkan tempat pernikahan."Apa yang harus ku lakukan, kenapa tuan Alexander sejak tadi hanya diam." gumam Sarah melirik Alexander. Sarah merasa cemas dan kebingungan. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan atau lakukan untuk meredakan ketegangan yang begitu kuat di dalam mobil. Rasanya seperti semua yang dia alami bersama Alexander hanya mengarah pada momen ini, bahkan Daniel pun hanya diam saja hal tersebut membuat Sarah semakin bingung. Meskipun dia ingin mencoba memulai percakapan, Sarah merasa ragu. Dia takut bahwa kata-kata yang dia ucapkan hanya akan membuat situasi semakin buruk. Jadi dia memilih untuk tetap diam, membiarkan keheningan yang tegang mengisi ruang di antara mereka.Di sisi lain, Alex
Keesokan paginya Sarah berusaha menjadi istri yang baik untuk Alexander, ia menyiapkan pakaian kerja Alexander dengan senyuman manis di bibirnya. "Daniel". Suara teriakan Alexander membuat Daniel langsung menghampiri tuan nya. "iya tuan muda, ada yang bisa ku bantu ?." Alexander menunjukkan kearah pakaian yang berada di atas tempat tidur, Alexander memberitahu Daniel untuk membawa pakaian tersebut keluar dari tempat tidur nya. "Maaf tuan, aku menyiapkan pakaian untuk anda." Ucap Sarah. "Aku tidak pernah bilang bahwa kamu boleh menyentuh barang ku." Sarah menundukkan kepala nya, ia meminta maaf jika perbuatan telah membuat Alexander marah. Sarah tidak ada maksud seperti itu, dia hanya ingin melakukan hal yang harusnya istri lakukan. "Tak perlu Sarah, aku tidak ingin merepotkan mu. Tak perlu kamu melakukan perkerjaan istri, disini banyak pelayan." Ucap Alexander menahan kemarahannya. "Tapi tuan, bagaimana pun aku adalah istri mu jadi biarkan aku lakukan pekerjaan ku saja tuan. "