Share

Menghadapi Kenyataan

Saat Sarah terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan lengket. Dengan perlahan, dia membuka matanya dan mencoba memahami situasi di sekitarnya. Namun, dia tidak melihat pria yang telah memaksa dirinya melakukan hubungan tersebut. Yang dia lihat adalah selembar cek dan kertas kecil yang tertulis di atas meja.

Sarah meraih cek dan kertas kecil tersebut dengan gemetar, hatinya berdegup kencang karena rasa penasaran dan ketakutan. Dia membaca pesan di kertas kecil itu dengan mata yang terpaku.

"Kau bisa menuliskan sejumlah uang yang kamu minta,lupakan apa yang terjadi semalam, maaf."

Sarah merasa seperti dunianya berputar saat dia menyadari kenyataan yang menyakitkan. Air mata mulai mengalir di pipinya saat dia memahami betapa beratnya peristiwa yang telah dialaminya.

"Aaaah! Bagaimana bisa kamu berkata seperti ini hah, kau telah menghancurkan ku. Uang ini ngga bisa membeli maafku, aku akan mencari mu dan meminta pertanggungjawaban atas perbuatan mu." Ucap Sarah dengan air mata terus mengalir.

Sarah melihat kebawah, ia seperti melihat sesuatu yang berkilau. Sarah mengambil barang tersebut dan terkejut ternyata barang yang ia temukan adalah jam tangan yang terlihat sangat mahal.

"Apakah pria semalam dari kalangan orang kaya." Ucap Sarah.

Dalam keheningan yang menyayat hati, dia merasa terjebak dalam kebuntuan emosional yang tak terlukiskan. Yang dia inginkan hanyalah bisa melarikan diri dari semua ini, tetapi dia juga tahu bahwa dia harus menghadapi kenyataan dan mencari keadilan atas apa yang telah dilakukannya.

Dengan langkah gemetar, Sarah berlari menuju kamar mandi, hatinya terasa hancur dan tubuhnya gemetar oleh tangisan yang tak terbendung. Begitu dia mencapai pancuran air, dia berdiri di bawah aliran air hangat, biarkan air mengalir di atas tubuhnya.

Air pancuran menyelimuti dirinya seperti sebuah pelukan, tetapi tidak mampu membersihkan rasa kotor dan hancur dalam dirinya. Sarah menangis sejadi-jadinya di bawah aliran air, membiarkan kesedihan dan keputusasaan menghancurkan dirinya.

"Aku merasa kotor... aku tidak suci lagi..." Ucap Sarah dalam kesedihan.

Rasa malu dan kehancuran menyelimuti dirinya, memenuhi pikirannya dengan pertanyaan yang tidak terjawab. Bagaimana dia bisa menghadapi dunia setelah pengkhianatan yang dialaminya? Bagaimana dia bisa menghapus rasa sakit dan keputusasaan yang menghantuinya?

Sarah terus menangis di bawah air pancuran, berharap bahwa air bisa membersihkan dirinya dari semua luka dan rasa sakit yang dia rasakan di dalam hatinya. Namun, dia tahu bahwa proses penyembuhan tidak akan mudah, dan dia harus memperjuangkannya dengan tekad yang kuat dan dukungan yang tak tergoyahkan.

Sarah, masih berdiri di bawah aliran air pancuran, merasa terhempas dalam kehampaan yang melanda dirinya. Dalam kebingungannya, pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan yang tak terjawab.

"Bagaimana aku bisa melanjutkan hidupku setelah keperawananku direnggut begitu saja? Aku telah menjaga diriku selama 22 tahun, tanpa berpacaran, hanya untuk diakhiri seperti ini?". Ucap Sarah dalam keputusan asaan.

Air pancuran terus mengalir, tetapi rasa hampa dan kehancuran dalam dirinya tidak bisa dilunakkan oleh aliran air yang hangat. Dia merasa terjebak dalam jurang yang gelap, tidak tahu bagaimana caranya melangkah maju dari titik ini.

Sarah merasa seperti identitasnya telah dicabut darinya, meninggalkan dirinya terapung di lautan ketidakpastian. Dia tidak tahu siapa dirinya lagi tanpa keperawanannya, tanpa integritas yang telah menjadi bagian dari dirinya selama begitu lama.

"Aku merasa seperti tidak ada yang tersisa dari diriku. Bagaimana aku bisa meneruskan hidupku setelah ini?" Ucap Sarah.

Sarah berjalan menuju cermin di kamar mandi, matanya menatap gambaran yang membingungkan di balik permukaan kaca. Dia melihat sosok yang hancur, wajahnya dipenuhi oleh jejak-jejak air mata dan ekspresi yang dipenuhi dengan rasa malu dan ketidakpercayaan.

"Bagaimana ini bisa terjadi padaku? Mengapa aku tidak bisa melindungi diriku sendiri? Mengapa aku harus tidur dengan pria asing yang telah merenggut keperawanan dan menghilang tanpa jejak?" Ucap Sarah dalam kepiluan.

Dia merasa dirinya hancur di dalam, menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan yang tak terjawab dan penyesalan yang menyayat hati.

"Jam tangan, iya jam tangan tersebut bisa membawa ku untuk mencari tahu siapa pemiliknya." Ucap Sarah penuh percaya diri.

Sarah yang baru saja mengingat jam tangan yang ia temukan, Sarah bisa melacak dimana jam tangan tersebut dibeli dan siapa pemiliknya setelah mengetahui semuanya Sarah bisa mengambil langkah selanjutnya tentang hidupnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status