Alexander datang ke rumah Emily atas permintaan Emily. Dia beralasan bahwa keran di rumahnya tiba-tiba bocor, dan Alexander merasa wajib untuk membantu.Saat Alexander mengetuk pintu, Emily membukanya dengan senyum manis. "Terima kasih sudah datang, Alex. Keran di dapur benar-benar kacau. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi.""Di mana kerannya? Aku akan coba melihat apa yang bisa kulakukan." ucap Alexander mengangguk, berusaha tetap tenang meskipun hatinya penuh keraguan.Emily memimpin Alexander ke dapur, tetapi ketika mereka sampai di sana, Alexander segera menyadari bahwa tidak ada yang salah dengan keran itu. Semuanya tampak normal. Dia berbalik untuk menatap Emily dengan tatapan curiga."Emily, apa maksud semua ini? Kerannya baik-baik saja."Emily tersenyum, tetapi ada kilatan licik di matanya. "Alex, aku merindukanmu. Kita sudah terlalu lama berpisah. Aku ingin kita menghabiskan waktu bersama, seperti dulu." "Emily,kau menelpon ku hanya untuk hal bodoh seperti ini,aku s
Amelia menemui Daniel yang sedang berada di kantor, melihat kedatangan Amelia membuat Daniel terkejut untuk apa ia datang ke kantor seperti ini. "Amel, ada apa kamu kemari?." tanya Daniel penasaran. "Aku mau minta tolong dengan anda.""Ohiya, apa itu?." "Beritahu aku dimana pelakor itu tinggal, aku ingin berbicara dengannya penting. " ucap Amelia tanpa ragu. Daniel terdiam sejenak sebelum angkat bicara, ia bertanya untuk apa Amelia ingin mencari tahu tentang Emily. "Iya bukan apa-apa sih, aku hanya ingin memberi pelajaran sedikit saja, tolong lah beritahu aku dimana dia tinggal." pinta Amelia. "Nggak bisa mel, ini melanggar. Aku ngga bisa kasih tahu kamu, gimana kalo tuan tahu akan dapat masalah aku. ""Aihh, kamu akan aman kak ayoo lah. Kak Alex ngga bakal tahu, ini demi kebaikan kak Sarah ku mohon. " ucap Amelia. Daniel tetap menggelengkan kepalanya, ia meminta Amelia untuk pulang karena ini bukan masalah untuk anak kecil, sebelum Alexander tiba dikantor lebih baik Amelia pul
Emily duduk di ruang tamu rumahnya, masih terkejut dan kecewa setelah mengetahui bahwa Alexander telah menikah. Dia merasa dikhianati, tidak percaya bahwa Alexander bisa menyembunyikan hal sebesar itu darinya. "Ngga mungkin kan Alexander menikah?, dia menikah dengan siapa?, berani sekali dia menikah selain dengan ku. " ucap Emily kesal. Emily memutuskan bahwa dia harus mendapatkan jawaban langsung dari Alexander. Perasaannya campur aduk antara marah, kecewa, dan bingung. Dia tidak bisa lagi menunggu penjelasan yang tidak pernah datang. Pagi itu, dia bertekad untuk mendatangi kantor Alexander dan menanyakan kebenarannya.Emily memasuki gedung kantor dengan langkah cepat, jantungnya berdebar kencang. Dia melewati resepsionis yang sudah mengenalnya dan berjalan langsung menuju lift. Begitu pintu lift terbuka di lantai tempat kantor Alexander berada, dia melangkah keluar dengan keyakinan.Dia mengetuk pintu kantor Alexander dan langsung membukanya tanpa menunggu jawaban. Alexander yang
Alexander pulang ke rumah dengan ekspresi marah yang tidak bisa disembunyikan. Langkah kakinya terdengar berat dan penuh amarah saat ia memasuki rumah. Sarah, Elizabeth, yang sedang duduk di ruang tamu, melihat ekspresi putranya dan segera merasa ada yang tidak beres."Alexander, ada apa? Mengapa kau begitu marah?" tanya Sarah dengan suara penuh kekhawatiran.Alexander menatap Elizabeth dengan tatapan tajam. "Siapa yang memberitahu Emily tentang pernikahanku dengan Sarah?" suaranya tegas dan penuh kecurigaan. "Apa maksudmu, Alexander? Aku tidak mengerti." ucap Sarah bingung dan terkejut. Alexander menghela napas dengan frustrasi. "Emily tahu tentang pernikahan ini, Sar. Dan aku yakin seseorang di rumah ini yang membocorkannya."Richard, ayah Alexander, yang baru saja memasuki ruangan, mendengar percakapan tersebut. "Alexander, tenanglah. Tidak ada seorang pun di sini yang akan membocorkan hal itu. Kita semua tahu betapa pentingnya kerahasiaan pernikahanmu."Elizabeth mengangguk, me
Alexander memutuskan untuk pergi ke rumah Emily pagi itu. Dia tahu bahwa dia harus meminta maaf dan mencoba memperbaiki hubungan mereka. Hatinya penuh dengan kebimbangan, tetapi dia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus dia lakukan.Sesampainya di rumah Emily, Alexander berdiri di depan pintu, ragu sejenak sebelum akhirnya mengetuk pintu. Tidak butuh waktu lama sebelum Emily membuka pintu, dan ekspresi terkejut tampak di wajahnya ketika melihat Alexander."Alexander? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Emily dengan suara dingin.Alexander menghela napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberaniannya. "Emily, aku ingin berbicara denganmu. Aku tahu kau marah dan kecewa, tapi tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan."Emily menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan mempersilakannya masuk. Mereka duduk di ruang tamu, suasana tegang terasa di antara mereka."Aku tahu aku telah mengecewakanmu," mulai Alexander. "Aku ingin meminta maaf atas pernikahan ini. Itu bukan sesuat
Sarah melangkah masuk ke dalam rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Dia sudah merasakan kehamilannya semakin nyata, dan meskipun dia berusaha untuk kuat, tekanan emosional dan stres akibat situasinya dengan Alexander semakin membuatnya merasa lemah. Dia berharap kunjungannya ke dokter kandungan hari ini bisa memberinya sedikit ketenangan.Dr. Bayu, dokter kandungan yang sudah dikenal baik oleh Sarah, menyambutnya dengan senyuman hangat saat dia masuk ke ruang periksa. “Selamat datang, Sarah. Bagaimana kabarmu hari ini?” tanyanya sambil mempersiapkan alat ultrasonografi.Sarah mencoba tersenyum, tapi kekhawatiran masih terlihat di wajahnya. “Aku baik-baik saja, Dok. Hanya sedikit lelah.”Dr. Bayu menatap Sarah dengan penuh perhatian, dia sudah mendengar sedikit tentang masalah yang sedang dihadapi oleh pasiennya ini. “Mari kita periksa dulu keadaan bayimu,” katanya lembut sambil membantu Sarah untuk berbaring di tempat tidur periksa.Selama beberapa menit, suara mesin ultrasonogra
Setelah seharian bersama Emily, Alexander pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Ia merasa bingung dan marah karena harus menjalani kehidupan yang rumit. Saat mobilnya mendekati rumah, ia melihat sosok yang tak asing sedang berdiri di depan pintu rumahnya, berbicara dengan Sarah."Dr. Bayu?" gumam Alexander dengan nada dingin. Hatinya langsung terasa panas melihat istrinya berbicara dengan pria lain. Alexander memarkir mobilnya dengan cepat dan keluar dengan langkah tergesa-gesa. Dia bisa melihat Sarah tersenyum saat berbicara dengan Dr. Bayu. Pemandangan itu membuat amarahnya semakin memuncak."Sarah!" panggil Alexander dengan suara keras, menarik perhatian keduanya. Sarah dan Dr. Bayu sama-sama menoleh, terlihat terkejut dengan kemunculan Alexander yang tiba-tiba."Oh, Alexander," sapa Dr. Bayu dengan sopan. "Saya baru saja memeriksa keadaan Sarah dan bayi dalam kandungannya. Semua baik-baik saja."Alexander tidak merespons sapaan itu, pandangannya terpaku pada Sarah. "Apa ya
Pagi itu, Alexander duduk di kantornya, matanya terfokus pada dokumen di depan. Namun, pikirannya melayang-layang, kembali pada kejadian semalam ketika ia melihat Sarah bersama Dr. Bayu. Ia tidak bisa menghilangkan bayangan senyum Sarah yang ditujukan pada pria lain itu dari benaknya.Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk," katanya dengan nada datar.Pintu terbuka, dan Emily melangkah masuk. Senyumannya yang biasanya membuat hati Alexander berdebar, kini terasa hambar di matanya. "Hai, Alex," sapa Emily dengan lembut."Hai, Emily," balasnya singkat tanpa mengangkat pandangannya dari dokumen.Emily mendekati meja dan duduk di kursi di depan Alexander. "Aku merasa kita perlu bicara," katanya dengan suara serius. "Tentang pernikahanmu dengan Sarah."Alexander menghela napas panjang. "Emily, aku tidak punya banyak waktu sekarang. Kita bisa bicarakan ini nanti."Emily terkejut dengan respons dingin Alexander. "Alex, ini penting. Aku butuh tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kamu me