Emily duduk di ruang tamu rumahnya, masih terkejut dan kecewa setelah mengetahui bahwa Alexander telah menikah. Dia merasa dikhianati, tidak percaya bahwa Alexander bisa menyembunyikan hal sebesar itu darinya. "Ngga mungkin kan Alexander menikah?, dia menikah dengan siapa?, berani sekali dia menikah selain dengan ku. " ucap Emily kesal. Emily memutuskan bahwa dia harus mendapatkan jawaban langsung dari Alexander. Perasaannya campur aduk antara marah, kecewa, dan bingung. Dia tidak bisa lagi menunggu penjelasan yang tidak pernah datang. Pagi itu, dia bertekad untuk mendatangi kantor Alexander dan menanyakan kebenarannya.Emily memasuki gedung kantor dengan langkah cepat, jantungnya berdebar kencang. Dia melewati resepsionis yang sudah mengenalnya dan berjalan langsung menuju lift. Begitu pintu lift terbuka di lantai tempat kantor Alexander berada, dia melangkah keluar dengan keyakinan.Dia mengetuk pintu kantor Alexander dan langsung membukanya tanpa menunggu jawaban. Alexander yang
Alexander pulang ke rumah dengan ekspresi marah yang tidak bisa disembunyikan. Langkah kakinya terdengar berat dan penuh amarah saat ia memasuki rumah. Sarah, Elizabeth, yang sedang duduk di ruang tamu, melihat ekspresi putranya dan segera merasa ada yang tidak beres."Alexander, ada apa? Mengapa kau begitu marah?" tanya Sarah dengan suara penuh kekhawatiran.Alexander menatap Elizabeth dengan tatapan tajam. "Siapa yang memberitahu Emily tentang pernikahanku dengan Sarah?" suaranya tegas dan penuh kecurigaan. "Apa maksudmu, Alexander? Aku tidak mengerti." ucap Sarah bingung dan terkejut. Alexander menghela napas dengan frustrasi. "Emily tahu tentang pernikahan ini, Sar. Dan aku yakin seseorang di rumah ini yang membocorkannya."Richard, ayah Alexander, yang baru saja memasuki ruangan, mendengar percakapan tersebut. "Alexander, tenanglah. Tidak ada seorang pun di sini yang akan membocorkan hal itu. Kita semua tahu betapa pentingnya kerahasiaan pernikahanmu."Elizabeth mengangguk, me
Alexander memutuskan untuk pergi ke rumah Emily pagi itu. Dia tahu bahwa dia harus meminta maaf dan mencoba memperbaiki hubungan mereka. Hatinya penuh dengan kebimbangan, tetapi dia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus dia lakukan.Sesampainya di rumah Emily, Alexander berdiri di depan pintu, ragu sejenak sebelum akhirnya mengetuk pintu. Tidak butuh waktu lama sebelum Emily membuka pintu, dan ekspresi terkejut tampak di wajahnya ketika melihat Alexander."Alexander? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Emily dengan suara dingin.Alexander menghela napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberaniannya. "Emily, aku ingin berbicara denganmu. Aku tahu kau marah dan kecewa, tapi tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan."Emily menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan mempersilakannya masuk. Mereka duduk di ruang tamu, suasana tegang terasa di antara mereka."Aku tahu aku telah mengecewakanmu," mulai Alexander. "Aku ingin meminta maaf atas pernikahan ini. Itu bukan sesuat
Sarah melangkah masuk ke dalam rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Dia sudah merasakan kehamilannya semakin nyata, dan meskipun dia berusaha untuk kuat, tekanan emosional dan stres akibat situasinya dengan Alexander semakin membuatnya merasa lemah. Dia berharap kunjungannya ke dokter kandungan hari ini bisa memberinya sedikit ketenangan.Dr. Bayu, dokter kandungan yang sudah dikenal baik oleh Sarah, menyambutnya dengan senyuman hangat saat dia masuk ke ruang periksa. “Selamat datang, Sarah. Bagaimana kabarmu hari ini?” tanyanya sambil mempersiapkan alat ultrasonografi.Sarah mencoba tersenyum, tapi kekhawatiran masih terlihat di wajahnya. “Aku baik-baik saja, Dok. Hanya sedikit lelah.”Dr. Bayu menatap Sarah dengan penuh perhatian, dia sudah mendengar sedikit tentang masalah yang sedang dihadapi oleh pasiennya ini. “Mari kita periksa dulu keadaan bayimu,” katanya lembut sambil membantu Sarah untuk berbaring di tempat tidur periksa.Selama beberapa menit, suara mesin ultrasonogra
Setelah seharian bersama Emily, Alexander pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Ia merasa bingung dan marah karena harus menjalani kehidupan yang rumit. Saat mobilnya mendekati rumah, ia melihat sosok yang tak asing sedang berdiri di depan pintu rumahnya, berbicara dengan Sarah."Dr. Bayu?" gumam Alexander dengan nada dingin. Hatinya langsung terasa panas melihat istrinya berbicara dengan pria lain. Alexander memarkir mobilnya dengan cepat dan keluar dengan langkah tergesa-gesa. Dia bisa melihat Sarah tersenyum saat berbicara dengan Dr. Bayu. Pemandangan itu membuat amarahnya semakin memuncak."Sarah!" panggil Alexander dengan suara keras, menarik perhatian keduanya. Sarah dan Dr. Bayu sama-sama menoleh, terlihat terkejut dengan kemunculan Alexander yang tiba-tiba."Oh, Alexander," sapa Dr. Bayu dengan sopan. "Saya baru saja memeriksa keadaan Sarah dan bayi dalam kandungannya. Semua baik-baik saja."Alexander tidak merespons sapaan itu, pandangannya terpaku pada Sarah. "Apa ya
Pagi itu, Alexander duduk di kantornya, matanya terfokus pada dokumen di depan. Namun, pikirannya melayang-layang, kembali pada kejadian semalam ketika ia melihat Sarah bersama Dr. Bayu. Ia tidak bisa menghilangkan bayangan senyum Sarah yang ditujukan pada pria lain itu dari benaknya.Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk," katanya dengan nada datar.Pintu terbuka, dan Emily melangkah masuk. Senyumannya yang biasanya membuat hati Alexander berdebar, kini terasa hambar di matanya. "Hai, Alex," sapa Emily dengan lembut."Hai, Emily," balasnya singkat tanpa mengangkat pandangannya dari dokumen.Emily mendekati meja dan duduk di kursi di depan Alexander. "Aku merasa kita perlu bicara," katanya dengan suara serius. "Tentang pernikahanmu dengan Sarah."Alexander menghela napas panjang. "Emily, aku tidak punya banyak waktu sekarang. Kita bisa bicarakan ini nanti."Emily terkejut dengan respons dingin Alexander. "Alex, ini penting. Aku butuh tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kamu me
Emily berdiri di depan rumah sederhana yang dihuni oleh Sarah. Ia menggenggam erat kemarahannya, menguatkan tekadnya untuk mendapatkan jawaban. Emily merasa hatinya hancur setiap kali memikirkan Alexander bersama wanita lain. Ia mengetuk pintu dengan keras, tidak sabar menunggu.Pintu terbuka, dan Sarah muncul di hadapannya. Sarah tampak terkejut melihat Emily berdiri di sana. "Emily? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Sarah dengan suara gemetar.Emily tidak bisa menahan emosinya. "Aku di sini untuk mendapatkan jawaban, Sarah. Bagaimana bisa kamu merebut Alexander dariku?"Sarah terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Emily melangkah masuk ke dalam rumah tanpa diundang, langsung menuju ruang tamu. Sarah mengikuti, merasa bingung dan cemas."Emily, dengarkan aku," kata Sarah mencoba tenang. "Ini bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku tidak pernah berniat untuk merebut Alexander darimu."Emily menatap Sarah dengan mata berkilat marah. "Lalu kenapa kamu tinggal di rumah Alexander? Kena
Sarah mengunci pintu belakang rumahnya dengan hati yang masih berdebar. Pertemuan dengan Emily tadi meninggalkan bekas yang dalam di hatinya. Setelah memastikan pintu terkunci, dia berjalan ke dapur, menemukan Amelia sedang mencuci piring. Ia mendekat dengan langkah pelan, mencoba menenangkan dirinya."Amelia," panggil Sarah dengan suara lembut.Amelia tidak menoleh, masih sibuk dengan pekerjaannya. "Ada apa, Kak?" tanyanya dingin.Sarah merasa canggung. Amelia selalu bersikap keras di luar, tetapi Sarah tahu betapa besar perhatian yang diberikan adiknya. "Aku ingin berterima kasih atas apa yang kau lakukan tadi. Kau membelaku dengan sangat berani. Aku benar-benar terharu."Amelia berhenti sejenak, meletakkan piring yang sudah bersih. Ia menoleh, menatap Sarah dengan mata yang masih memancarkan ketegasan. "Itu bukan apa-apa, Kak. Aku hanya tidak bisa diam melihat orang menyakitimu."Sarah mendekat, meraih tangan Amelia yang dingin karena air. "Tetap saja, Amelia. Aku sangat berterima