Share

Bab 9 : Mau Lagi?

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 07:32:21
“Jangan takut,” bisik Denver, “pertama kali memang sedikit sakit, tapi tidak lama. Aku janji.”

Dewi mengangguk kaku dan memercayakan semuanya kepada Denver. Sebagai pengukuhan persetujuan dia menyahut, “Lakukan saja, Dokter.”

Demi mengurai ketegangan, Denver makin intens menyentuh Dewi. Lenguhan pun tidak terkendali dari keduanya, dan suhu ruangan berubah panas membuat bulir keringat berjatuhan.

Ditambah tetesan air mata seorang gadis yang merasa perih ketika bagian inti tubuhnya bagai terbelah menjadi dua, lalu berubah sesak dan penuh.

Beberapa detik kemudian, Dewi tidak kesakitan lagi. Manik hitam gadis itu menatap paras rupawan pria di atasnya. Denver menepati janji! Sakitnya hanya sebentar saja. Pria itu tahu bagaimana cara melakukan penyatuan tanpa menyakiti.

Tentunya Denver balas memandangi Dewi, tetapi gadis itu tidak mengerti, sebab terdapat sebuah rasa yang berbeda.

Setiap sentuhan dan sikap lembut Denver mampu mengalihkan perhatian Dewi. Gadis itu melenguh dan menggelinjang k
NACL

Mau apa maksudnya? Berikan dukungannya untuk Denver dan Dewi atau Dewi dan Bima?

| 36
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Mella Sasaq
Gym pagi ya pak dok...
goodnovel comment avatar
Abdul Muin
memang Denver jentelman banget cara dia memperlakukan wanita seperti dewi
goodnovel comment avatar
NACL
oke ni ya Kak? terima kasih Kak Reni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 10 : Kejadian Tak Terduga

    "A--pa? Bukan begitu Dokter," gugup Dewi. Dia menelan air liur dan mendadak tidak bisa berpikir. Apalagi saat ini posisi Denver terlalu dekat dengannya.Wajah Denver makin dekat, sampai aroma mint memenuhi rongga hidung Dewi. "Benarkah? Tapi reaksi tubuhmu berbeda," kata pria itu."Aku ... harus kerja pagi ini, Dokter. Tidak boleh bolos," jawab sang gadis dengan gaya kaku.Seketika Denver terkekeh kecil mendengar ucapan Dewi. Pria itu menjaga jarak dengan gadisnya, lalu mengalihkan tatapan pada piring kosong."Tidak perlu malu kalau mau lagi. Aku buatkan roti isi yang baru." Denver berdiri dan berjalan ke dapur. Dengan gesit pria itu menyiapkan bekal makanan sehat untuk Dewi. Setelahnya, Denver memberikan kotak bekal merah jambu berisi roti isi kepada Dewi. Pria itu merunduk dan berbisik, "Tenang saja, aku tidak segila itu menyentuhmu. Tujuan utamaku untuk punya anak, bukan berbagi hasrat setiap saat."Denver membelai puncak kepala Dewi yang mengangguk pelan.Kemudian, Dewi berpamit

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 11 : Sebuah Paksaan

    ‘Ini di mana?!’ jerit Dewi dalam hati. Mulut gadis itu masih tertutup lakban hitam.Kendaraan Bima memasuki basement gedung tingkat tiga. Pria itu mengeluarkan Dewi dan memaksanya turun.Dewi menggeleng, dan menahan tubuhnya dengan menekan kedua kaki ke permukaan. Dia benar-benar sulit melepaskan diri dari Bima. Tenaganya kalah jauh dari sang suami. Gadis itu menangis dalam diam.“Ini dia penjamin utangku.” Bima mendorong tubuh Dewi ke hadapan dua orang pria berbadan besar dan bertato.“Dia istriku, mulai hari ini dia yang membayar semua utangku sampai lunas,” ucap Bima penuh penekanan pada kata hutang.Bima mengacak-acak isi tas Dewi, pria itu mengambil telepon genggam sang istri dan memberikannya kepada dua pria di depan mereka. Dia juga mengambil card holder wallet milik gadis itu.“Ambilah, anggap itu sebagai keseriusanku membayar utang,” kata Bima dengan nada angkuh dan mengangkat dagu.Dua pria berbadan besar mengambil ponsel, lalu membentak, “Ini HP murah!”“Kalian tenang saja,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 12 : Karena Kamu, Ibu dari Anakku

    Dua jam sebelumnya.[Dokter Denver, aku pulang duluan. Terima kasih.]Denver membaca kata-kata tertulis di sticky note hijau yang ditempel di atas meja kerja. Pria itu melirik jam, memang sudah waktunya para perawat shift satu pulang. Dia menghubungi Dewi, tetapi tidak aktif.Pria itu merasa ada yang janggal. Denver tidak diam saja, lalu menelepon pelayan di apartemen.“Apa dia sudah pulang?”Pelayan menyahut, “Belum, Pak.”Denver langsung memutus panggilan suara. Lagi, dia melihat jam, seharusnya Dewi sudah sampai di apartemen. Pria itu beranjak menuju ruang kendali di lantai satu. Denver memerintah satpam memutar rekaman CCTV di luar gedung, terutama yang mengarah ke jalan.Dapat!Manik cokelat karamel Denver menangkap tidak ada kejanggalan apa pun. Namun, beberapa detik kemudian satu unit hatchback merah menepi dan tubuh Dewi dipaksa masuk ke dalam jok tengah. Denver menggeram seketika. Dia mengenali plat mobil itu.Pria itu bergegas meninggalkan ruang kendali, sambil menghubungi a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 13 : Hasrat Pasangan Terlarang

    "Aku akan melindungimu, Dewi. Mulai sekarang jangan takut lagi," kata Denver. Suara pria itu terdengar hangat dan dalam.Dewi terpaku menatap Denver di sela sensasi geli yang menjalar ke seluruh tubuhnya.Jujur, ucapan itu bagai guyuran air di tanah gersang. Hati yang selama ini selalu disakiti, penuh caci dan maki, berubah berbunga-bunga. Dewi merasa dilindungi, dihargai dan disayangi. Ditambah betapa lembutnya Denver menyentuh Dewi. Pria itu tidaklah kasar."Terima kasih, Dokter," balas Dewi. Suaranya mengalun lirih."Tidak perlu berterima kasih. Itu sudah tugasku." Denver memandang Dewi sambil membelai lengan putih gadis itu. Manik cokelat karamel Denver memindai secara mendalam setiap lekuk tubuh mungil yang terbalut piama. Naluri sebagai pria dewasa tidak dapat dijinakkan dengan mudah."Tidurlah," titah Denver pada akhirnya.Sedangkan Dewi tercenung dan sambil memperhatikan sikap Denver, dia menggigit bibir bawahnya. Dia pikir akan mengulang malam panas lagi, ternyata Dokter itu m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 14 : Dimanja Dokter Tampan

    Sementara itu di dalam rumah luas bergaya tropis modern, seorang pria sedang mengerang. “Akh … sakit, Pak!” teriak pria bertubuh kurus itu. “Heh Bima ingatlah perjanjian kita!” tegas pria itu sambil mengepalkan tangan. “Maaf Pak Rudi,” rintih pria itu sambil memegangi perutnya. “Aku terpaksa karena butuh uang, Dewi mengambil semua uang pemberian dari Bapak,” sambung Bima. Rudi terbahak kemudian geleng-geleng mendengar ucapan Bima. Pria itu tambun dan plontos itu berjongkok sambil menatap tajam kepada Bima. “Jangan ganggu Dewi! Karena stress menghambat kehamilan!” bentak Rudi, “sekali lagi kamu mengganggu Dewi, kupastikan kamu menerima akibatnya!” Bima mengangkat satu tangannya, dia berupaya mencegah jika saja Rudi kembali memukulnya. “I--iya siap, Pak. Aku tidak akan mengganggu Dewi sampai melahirkan.” Rudi mendengkus dan menjauh dari badan Bima yang bernoda keringat serta tetesan darah dari hidung. Setelahnya, Rudi meninggalkan rumah pria itu. Akan tetapi, Bima masih tersungk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 15 : Bagai Langit dan Bumi

    ‘Suara wanita? Jangan-jangan itu …,’ batin Dewi gelisah. Manik hitam legam gadis itu pun langsung tertuju ke arah pintu. Sama halnya dengan Denver yang memandangi ke pintu. Memanfaatkan kelengahan Denver, Dewi bergegas menjauh dari pria itu. Kemudian dia merapikan berkas di atas meja kerja. Debar jantung Dewi saat ini melebihi batas normal hingga kedua tangannya mendadak tremor dan menjatuhkan berkas. Sedangkan ekspresi Denver tampak tenang, dia begitu santai berjalan menuju pintu. Dewi tidak habis pikir, mengapa ada pria setenang itu di saat genting? Atau mungkin Denver bukanlah orang normal yang takut ketahuan selingkuh?? Denver membuka pintu. Seorang wanita cantik berpampilan modis memasuki ruangan. Sebelum duduk di sofa, sosok itu menaruh tas tangan putih di meja kecil. Selanjutnya memperhatikan wajah pucat Dewi di samping meja kerja. Dewi hanya mampu mengatur napas dan menyembunyikan keresahan. “Kenapa buka pintunya lama? Karena berduaan sama perempuan?!” sembur wanita itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 16 : Melakukannya Lebih Sering

    Sementara itu, Denver sedang berbincang bersama seseorang melalui sambungan telepon.“Ruslan, apa saja jadwal Carissa di Singapura?” tanya Denver. “Dua hari ini Nyonya sibuk syuting iklan produk kecantikan. Menurut sumber informasi, beliau tidak bertemu dengan siapa pun.” Denver manggut-manggut mendengar laporan dari Ruslan—asisten pribadi yang sangat dia percaya. Namun, dia tidak sepenuhnya memercayai informasi itu. Bukan berarti asistennya berbohong, tetapi …. “Terima kasih laporannya. Sampaikan kepada mereka awasi Carissa dari kejauhan, jangan sampai dia tahu aku memata-matainya!” “Dilaksanakan, Pak,” sahut Ruslan. Setelah itu panggilan suara berakhir. Bersamaan dengan ditaruhnya telepon genggam di atas meja, Denver mendengar suara ketukan pintu. Tanpa bertanya siapa yang ada di belakang sana, dia memerintah, “Silakan, masuk!” Pintu itu terbuka perlahan, tatapan Denver langsung teralih ke sana. Dia tahu seseorang itu adalah Dewi. Keduanya bertemu pandang. Ada makna tersirat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 17 : Jadi Istri?

    Setelah aktivitas panas di bawah sinar matahari senja, Dewi memutuskan pulang.“Terima kasih, ya, Pak Agus,” ucap Dewi. Wajah gadis itu berinar-binar, lalu melangkah masuk ke apartemen.Tadi, terpaksa dia pulang menggunakan jasa sopir yang telah disediakan oleh Denver. Semua itu dilakukan dibawah tatapan penuh tuntutan seorang Arkatama Denver.Sekarang dia sudah ada di dalam apartemen. Gadis itu melepaskan seragam perawatnya, menyisakan kaos tanpa lengan dan celana pendek. Dewi bergegas ke dapur.“Masak apa, Bik?” Dewi mengendus aroma harum yang menguar dari panci.“Ayam goreng lengkuas dan sup ayam. Tunggu sebentar, ya, Non.”Gadis itu menatap cabai rawit merah yang menyegarkan. “Dewi mau bantu, Bik. Bikin sambal.”“Non, jangan.” Asisten rumah tangga itu hendak menarik wadah cabai dari Dewi.“Please, Bik. Dewi kangen makan sambal.” Bibir tipis gadis itu merengut, lalu tangannya mencolek bahu asisten rumah tangga.Ya, Dewi memang akrab dengan siapa pun. Dia tidak pandang status, bagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 127: Tidak Mungkin!

    Beberapa jam lalu di lokasi longsor, Ruslan yang turut serta dalam pencarian berdiri di bawah rintik gerimis. Pandangannya yang kabur oleh air hujan terpaku pada sesuatu yang menyembul dari balik tumpukan tanah. Dengan tangan bergetar, dia memungut benda kecil itu.“Ini …,” gumam Ruslan, napasnya tercekat. “Cincin Nona Dewi.”Jantung pria itu berdebar dan harapan muncul seiring benda itu dalam genggamannya.“Sebelah sini! Tolong aku!” Ruslan berteriak lantang, suaranya melawan gemuruh hujan.Tim SAR segera merapat, membawa cangkul dan peralatan lainnya. Prosesnya tidak mudah; material tanah yang padat dan akar pohon yang melilit memperlambat mereka. Namun, kegigihan mereka membuahkan hasil.Sebuah tas dengan logo Rumah Sakit JB tertahan pada akar pohon. Tak lama kemudian, embusan napas lemah terdengar dari bawah.“Pak Denver!” teriak Ruslan, emosinya meluap.Tubuh Denver ditemukan dalam kondisi lemah, cedera parah di kepala dan kaki membuatnya tak sadarkan diri. Masker oksigen yang di

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 126 : Mencari Kamu

    Tengah malam ini suara telepon bergema di kediaman Bradley. Suara nyaringnya membuat para pelayan berjaga dan bergegas menerima sambungan telepon itu. Bahkan salah satu dari mereka berlari cepat menuju kamar sang Nyonya di lantai dua.Ketukan pintu terdengar bising ke penjuru lantai dua ini."Nyonya … Nyonya.""Apa kamu tidak tahu ini jam berapa?" ketus Dwyne dengan mata sedikit tertutup."Den … Tuan Denver kena longsor, Nyonya," pekik pelayan, suaranya bergetar dan matanya agak mengembun.Begitu mendengar kabar itu, mata Dwyne membelalak, napasnya tercekat, dan tubuhnya kehilangan kekuatan terhempas ke karpet."Denver ...," lirihnya. Dia memeluk tubuhnya erat-erat, air mata mulai mengalir tanpa bisa dihentikan.Memasuki dini hari, Ruslan dan Dwyne langsung mengunjungi lokasi bencana menggunakan helikopter. Wanita itu pun bersikeras turut serta, padahal Oma Nayla dan Valerie sudah melarang."Dokter Denver belum ditemukan," ujar Tim SAR membuat Dwyne sesenggukan.Dwyne menggenggam kai

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 125 : Jangan Sentuh Dewi-ku!

    Pagi ini Dwyne kembali menjenguk cucunya di rumah sakit, tetapi tidak sendirian. Dia bersama Oma Nayla dan Valerie. Tentunya wanita itu senang karena lebih leluasa bergerak setelah Denver pergi.Akan tetapi, sesampainya di depan ruang NICU, mata cokelat wanita itu memicing. Dia memperhatikan seorang pria muda tampan dengan potongan rambut khas militer, sisi kepala plontos dengan bagian atas pendek.“Kenapa Aunty?” tanya Valerie yang kemudian mengikuti arah pandangan wanita itu. “Dia siapa? Kenapa melihat ke ruang bayi? Dokter anak baru?”Helaan napas panjang terdengar dari Dwyne. Tanpa menjawab pertanyaan Valerie, dia melangkah mendekati sosok itu.“Aku perhatikan belakangan ini kamu lebih sering berkunjung ke Rumah Sakit JB. Apa ada hal menarik di sini?” sarkas Dwyne dan pandangannya tertuju pada dinding kaca besar dengan beberapa bayi dalam inkubator.“Apa kabar Tante?” Darius mengulurkan tangan, tetapi Dwyne bersikap tak acuh. “Ya, aku ke sini karena bayi di dalam sana.” Pria itu m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 124 : Melenyapkan Dewi

    Wanita itu mencengkeram ujung bajunya dan kuku-kuku yang panjang hampir merobek kain. Matanya menyipit, penuh kebencian saat menatap pintu ICU.“Ucapkan selamat tinggal pada anakmu, Dewi,” bisiknya, suaranya rendah seperti racun.Saat wanita itu hampir mendekat dengan pintu yang kini hanya dijaga seorang pengawal, tiba-tiba hentak sepatu heels menggema di lorong sepi ini. Wanita itu bergegas sembunyi di balik pilar dan mengumpat, “Berengsek, siapa lagi itu?”“Selamat datang, Nyonya Dwyne,” sapa pengawal dengan pandangan menunduk.“Selama Denver bertugas di luar rumah sakit, aku yang bertanggung jawab. Minggirlah, aku mau melihat Dewi!” titah wanita itu membuat pengawal terdiam. “Cepat! Sebaiknya kalian awasi sekitar, aku dengar Carissa dirawat di sini.”“Baik, Nyonya,” sahut pengawal.Saat pengawal mulai menyisir area ICU, Dwyne melangkah mantap masuk ke dalam. Dia mengenakan peralatan pengaman, lantas menunjuk seorang perawat menemaninya.“Bagaimana kondisi perempuan ini?” tunjuk Dwy

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 123 : Cara Memisahkan Kami?

    “Sial!” umpat Denver yang melihat bagaimana tubuh Dewi bergerak di atas ranjang. Bukan siuman melainkan kejang, apalagi suara nyaring monitor serta pergerakan angka-angka menunjukkan tekanan darah gadis itu mengalami peningkatan.Melihat tubuh Dewi yang kejang, jantung Denver seolah ikut terhenti.Tangan pria itu yang biasanya stabil saat memegang alat pemeriksaan kini sedikit gemetar. Napasnya tertahan dan pikirannya berlomba dengan waktu.“Tidak sekarang, Dewi. Tolong bertahan,” bisik Denver dengan suara bergetar, penuh harapan sekaligus ketakutan.Denver pun langsung memerintah perawat membawa obat-obatan. Namun, ketika seorang tenaga medis hendak menyuntik obat, dia mengangkat tangan.“Berhenti! Dewi memiliki alergi obat,” lirih Denver, netra karamelnya terpaku pada tubuh Dewi yang menggigil.Untuk sesaat dia bergeming mencoba berpikir obat yang paling aman diberikan.Setelah itu, Denver meraih salah satu spuit dari atas meja dan menyuntikkannya dengan tatapan getir tertuju kepada

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 122 : Pasien Tidak Terduga

    “Jadi siapa dia?” gumam Denver memandangi potret seorang pria yang dicurigainya itu.Pria dalam foto itu mengenakan jas mahal yang tampak pas untuk tubuhnya. Kerutan di wajahnya menggambarkan kelelahan, tetapi mata tajam, penuh perhatian, seperti sedang mengamati sesuatu dengan intens. Denver merasa tidak nyaman, seolah pria itu menyimpan sesuatu yang tidak terucap. Rambutnya beruban sebagian, menambah kesan misterius.Meskipun anak buahnya telah berhasil mengambil gambar sosok misterius itu, tetap saja mereka menemui kebuntuan.Pandangan Denver beralih kepada Ruslan yang berdiri tidak jauh darinya. Dia menunjukkan hasil foto itu. “Apa ini orang suruhan Mama? Wajahnya benar-benar asing,” tukasnya.Alih-alih memberikan jawaban yang melegakan hati, justru Denver melihat Ruslan geleng-geleng dengan alis tertaut.“Saya pikir bukan, Pak. Selama ini Nyonya Dwyne tidak pernah mempekerjakan orang lanjut usia seperti itu,” papar Ruslan yang menyerahkan kembali selembar foto.“Bisa jadi Mama me

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 121 : Gerakan Samar

    “Ada apa Mama datang ke sini?” Suara Denver sangat dingin dan datar, tetapi kedua tangannya mendekap erat sang mama dengan punggung berguncang.Pertanyaan itu tidak mendapat tanggapan apa pun dari mamanya, tetapi Denver sabar menunggu hingga Dwyne tenang. Dia membawa mamanya ke ruang praktik yang berjarak satu lantai dari ruang ICU.“Mama sakit?” tanya Denver memecah keheningan.Bukannya menjawab, Dwyne menggeleng dan punggungnya makin berguncang, lantas mengeluarkan gawai dari dalam tas. Hal ini membuat Denver mengernyit tidak mengerti. Dia kembali diam.“Denver … hasil tes DNA … positif, dia … anak kamu, cucu Mama,” lirih Dwyne, lantas menunjukkan laporan yang tadi pagi diterimanya melalui surat elektronik.Denver menatap layar gawai yang menunjukkan hasil tes DNA. Matanya memanas, tapi bukan karena kebahagiaan. Rasa bersalah dan amarah kepada mamanya mengalir deras di dadanya.‘Ini bukti yang Mama cari, tapi kenapa harus ada harga setinggi ini untuk kebenaran?’ gumamnya dengan suar

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 120 : Ini yang Terbaik

    Saat ini Denver duduk termenung di bangku logam. Sepuluh jemari tangannya saling menyatu erat dan menempel pada kening. Sesekali, pria itu juga menatap pintu ruang bank darah.Ketika seseorang ke luar dengan lengan terpasang plester, detik itu Denver mendapat jawaban bahwa darah yang didonorkan oleh sang pendonor cocok dengan Dewi.“Terima kasih, Darius,” ucap Denver sambil melengkungkan senyum tipis.“Dia juga pasienku,” jawab Darius sambil menatap tajam, lalu bertanya, “Boleh aku menjenguknya?”Denver menatap pria itu beberapa saat. Meskipun sosok di hadapannya telah berjasa, tetap saja berat hati Denver mengizinkan. Dia menggeleng dan berkata, “Dilarang masuk selain petugas ICU dan dokter yang bertanggung jawab.”“Aku hanya ingin memastikan Dewi baik-baik saja, Denver,” ujar Darius, matanya menatap lurus seolah mencari celah dalam keteguhan Denver. Namun, tatapan Denver yang dingin tetap tidak memberi ruang.“Baiklah, aku mengerti. Sampaikan salamku padanya, katakan dia wanita heba

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 119 : Berjuang Demi Kamu

    Mata karamel Denver bergetar menatap roda-roda brankar bergerak cepat keluar dari ruang operasi. Tubuh pria itu melemas bagai kehilangan rangkanya setelah melakukan penyelamatan kepada Dewi, yang mengalami pendarahan.“Dewi …,” lirih Denver, kini bersandar pada pintu kaca.Akan tetapi, tangis bayi menyadarkan Denver untuk tetap tegar dan berdiri kokoh sebagai pria sekaligus ayah. Dia menoleh dan melihat tubuh kecil itu.“Dokter, bayi Anda akan kami bawa ke NICU,” ujar seorang tim neonatalogis.Denver mengangguk, lantas meraih bayinya dan menggendongnya ke luar dari ruang operasi. Namun, di depan pintu dia menggeram ketika sang mama melontarkan sebuah pertanyaan menyakitkan, “Bayinya baik-baik saja, ‘kan? Kamu harus cepat tes DNA!”“Cukup, Ma!” desis Denver tertahan seolah enggan mengusik tidur bayi kecilnya.“Apa lagi? Kita harus tahu dia anakmu atau bukan!” desak Dwyne yang mendapat tatapan tajam dari Denver.Tatapan Dwyne sedikit goyah, tetapi dia segera mengangkat dagu. “Aku hanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status