Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 12 : Karena Kamu, Ibu dari Anakku

Share

Bab 12 : Karena Kamu, Ibu dari Anakku

Author: NACL
last update Last Updated: 2024-12-09 08:51:18

Dua jam sebelumnya.

[Dokter Denver, aku pulang duluan. Terima kasih.]

Denver membaca kata-kata tertulis di sticky note hijau yang ditempel di atas meja kerja. Pria itu melirik jam, memang sudah waktunya para perawat shift satu pulang. Dia menghubungi Dewi, tetapi tidak aktif.

Pria itu merasa ada yang janggal. Denver tidak diam saja, lalu menelepon pelayan di apartemen.

“Apa dia sudah pulang?”

Pelayan menyahut, “Belum, Pak.”

Denver langsung memutus panggilan suara. Lagi, dia melihat jam, seharusnya Dewi sudah sampai di apartemen. Pria itu beranjak menuju ruang kendali di lantai satu. Denver memerintah satpam memutar rekaman CCTV di luar gedung, terutama yang mengarah ke jalan.

Dapat!

Manik cokelat karamel Denver menangkap tidak ada kejanggalan apa pun. Namun, beberapa detik kemudian satu unit hatchback merah menepi dan tubuh Dewi dipaksa masuk ke dalam jok tengah. Denver menggeram seketika. Dia mengenali plat mobil itu.

Pria itu bergegas meninggalkan ruang kendali, sambil menghubungi a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
NACL
siap Kakak terima kasih ya 。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。
goodnovel comment avatar
Ariesta Aprilia
Lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 13 : Hasrat Pasangan Terlarang

    "Aku akan melindungimu, Dewi. Mulai sekarang jangan takut lagi," kata Denver. Suara pria itu terdengar hangat dan dalam.Dewi terpaku menatap Denver di sela sensasi geli yang menjalar ke seluruh tubuhnya.Jujur, ucapan itu bagai guyuran air di tanah gersang. Hati yang selama ini selalu disakiti, penuh caci dan maki, berubah berbunga-bunga. Dewi merasa dilindungi, dihargai dan disayangi. Ditambah betapa lembutnya Denver menyentuh Dewi. Pria itu tidaklah kasar."Terima kasih, Dokter," balas Dewi. Suaranya mengalun lirih."Tidak perlu berterima kasih. Itu sudah tugasku." Denver memandang Dewi sambil membelai lengan putih gadis itu. Manik cokelat karamel Denver memindai secara mendalam setiap lekuk tubuh mungil yang terbalut piama. Naluri sebagai pria dewasa tidak dapat dijinakkan dengan mudah."Tidurlah," titah Denver pada akhirnya.Sedangkan Dewi tercenung dan sambil memperhatikan sikap Denver, dia menggigit bibir bawahnya. Dia pikir akan mengulang malam panas lagi, ternyata Dokter itu m

    Last Updated : 2024-12-10
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 14 : Dimanja Dokter Tampan

    Sementara itu di dalam rumah luas bergaya tropis modern, seorang pria sedang mengerang. “Akh … sakit, Pak!” teriak pria bertubuh kurus itu. “Heh Bima ingatlah perjanjian kita!” tegas pria itu sambil mengepalkan tangan. “Maaf Pak Rudi,” rintih pria itu sambil memegangi perutnya. “Aku terpaksa karena butuh uang, Dewi mengambil semua uang pemberian dari Bapak,” sambung Bima. Rudi terbahak kemudian geleng-geleng mendengar ucapan Bima. Pria itu tambun dan plontos itu berjongkok sambil menatap tajam kepada Bima. “Jangan ganggu Dewi! Karena stress menghambat kehamilan!” bentak Rudi, “sekali lagi kamu mengganggu Dewi, kupastikan kamu menerima akibatnya!” Bima mengangkat satu tangannya, dia berupaya mencegah jika saja Rudi kembali memukulnya. “I--iya siap, Pak. Aku tidak akan mengganggu Dewi sampai melahirkan.” Rudi mendengkus dan menjauh dari badan Bima yang bernoda keringat serta tetesan darah dari hidung. Setelahnya, Rudi meninggalkan rumah pria itu. Akan tetapi, Bima masih tersungk

    Last Updated : 2024-12-10
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 15 : Bagai Langit dan Bumi

    ‘Suara wanita? Jangan-jangan itu …,’ batin Dewi gelisah. Manik hitam legam gadis itu pun langsung tertuju ke arah pintu. Sama halnya dengan Denver yang memandangi ke pintu. Memanfaatkan kelengahan Denver, Dewi bergegas menjauh dari pria itu. Kemudian dia merapikan berkas di atas meja kerja. Debar jantung Dewi saat ini melebihi batas normal hingga kedua tangannya mendadak tremor dan menjatuhkan berkas. Sedangkan ekspresi Denver tampak tenang, dia begitu santai berjalan menuju pintu. Dewi tidak habis pikir, mengapa ada pria setenang itu di saat genting? Atau mungkin Denver bukanlah orang normal yang takut ketahuan selingkuh?? Denver membuka pintu. Seorang wanita cantik berpampilan modis memasuki ruangan. Sebelum duduk di sofa, sosok itu menaruh tas tangan putih di meja kecil. Selanjutnya memperhatikan wajah pucat Dewi di samping meja kerja. Dewi hanya mampu mengatur napas dan menyembunyikan keresahan. “Kenapa buka pintunya lama? Karena berduaan sama perempuan?!” sembur wanita itu

    Last Updated : 2024-12-11
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 16 : Melakukannya Lebih Sering

    Sementara itu, Denver sedang berbincang bersama seseorang melalui sambungan telepon.“Ruslan, apa saja jadwal Carissa di Singapura?” tanya Denver. “Dua hari ini Nyonya sibuk syuting iklan produk kecantikan. Menurut sumber informasi, beliau tidak bertemu dengan siapa pun.” Denver manggut-manggut mendengar laporan dari Ruslan—asisten pribadi yang sangat dia percaya. Namun, dia tidak sepenuhnya memercayai informasi itu. Bukan berarti asistennya berbohong, tetapi …. “Terima kasih laporannya. Sampaikan kepada mereka awasi Carissa dari kejauhan, jangan sampai dia tahu aku memata-matainya!” “Dilaksanakan, Pak,” sahut Ruslan. Setelah itu panggilan suara berakhir. Bersamaan dengan ditaruhnya telepon genggam di atas meja, Denver mendengar suara ketukan pintu. Tanpa bertanya siapa yang ada di belakang sana, dia memerintah, “Silakan, masuk!” Pintu itu terbuka perlahan, tatapan Denver langsung teralih ke sana. Dia tahu seseorang itu adalah Dewi. Keduanya bertemu pandang. Ada makna tersirat

    Last Updated : 2024-12-11
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 17 : Jadi Istri?

    Setelah aktivitas panas di bawah sinar matahari senja, Dewi memutuskan pulang.“Terima kasih, ya, Pak Agus,” ucap Dewi. Wajah gadis itu berinar-binar, lalu melangkah masuk ke apartemen.Tadi, terpaksa dia pulang menggunakan jasa sopir yang telah disediakan oleh Denver. Semua itu dilakukan dibawah tatapan penuh tuntutan seorang Arkatama Denver.Sekarang dia sudah ada di dalam apartemen. Gadis itu melepaskan seragam perawatnya, menyisakan kaos tanpa lengan dan celana pendek. Dewi bergegas ke dapur.“Masak apa, Bik?” Dewi mengendus aroma harum yang menguar dari panci.“Ayam goreng lengkuas dan sup ayam. Tunggu sebentar, ya, Non.”Gadis itu menatap cabai rawit merah yang menyegarkan. “Dewi mau bantu, Bik. Bikin sambal.”“Non, jangan.” Asisten rumah tangga itu hendak menarik wadah cabai dari Dewi.“Please, Bik. Dewi kangen makan sambal.” Bibir tipis gadis itu merengut, lalu tangannya mencolek bahu asisten rumah tangga.Ya, Dewi memang akrab dengan siapa pun. Dia tidak pandang status, bagi

    Last Updated : 2024-12-12
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 18 : Ini Enak

    “Dewi?” panggil Denver. Tidak ada jawaban, membuat pria itu menyentil pelan kening sang gadis. Seketika Dewi meraba dan mengusap-usap keningnya yang terasa panas. “Dokter jahil banget,” desah bibir merah muda gadis itu. Denver tergelak dan membelai bagian kening gadis itu yang tadi disentilnya. Dia bertanya, “Kamu melamun. Mikir apa?” Dewi tercengang mendapat pertanyaan itu. Benar, tadi dia melamun! Entah mengapa pikirannya malah berhalusinasi Denver melontarkan pertanyaan tidak wajar padanya. Jadi … gadis itu bergumam dalam hati, 'Artinya pertanyaan tadi cuma pikiranku saja, ya?' Tiba-tiba suara memalukan terdengar dari perut Denver. Iris hitam Dewi memandangi perut kota-kotak. “Dokter lapar?” Denver tertawa karena usahanya menahan lapar demi mandi bersama Dewi sia-sia. Pria itu mengangguk dan tangannya kembali membelai pipi mulus Dewi. Dia ke luar lebih dulu dari jacuzzi, lalu mengulurkan tangan kepada Dewi dan mengajak, “Ayo.” Bahkan pria itu membantu Dewi mengenakan jubah

    Last Updated : 2024-12-12
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 19 : Akan Membayarnya

    “Ada apa?” tanya Denver. Pria itu tidak tinggal diam, melainkan mendekap tubuh Dewi yang nyaris terjatuh jika saja dia terlambat satu detik. “Aku … mau izin pulang ke Brebes. Kak Danu bilang ….” Dewi tidak kuasa menahan isak tangisnya. Dia menumpahkan air mata tepat di dada bidang Denver. Tubuhnya pun bergetar hebat dan seluruh persendiannya melemas. “Cepatlah pakai baju, aku antar,” kata pria itu membuat Dewi makin diam kehabisan kata. “Ayo,” ajaknya lagi. Secepat kilat Dewi menggunakan celana bahan putih dan sweater merah muda, serta menggendong backpack warna senada miliknya. Sedangkan Denver telah siap dengan celana jeans yang dipadu kaos putih dan jaket kulit gelap. Denver langsung menyambar tangan Dewi dan membawanya ke basement. Range Rover putih yang dikemudikan oleh Denver meninggalkan gedung apartemen dan melaju dengan kecepatan normal menuju Kabupaten Brebes. Pria itu mengutamakan keselamatan. Sesekali Denver mengusap puncak kepala Dewi dan menyeka lelehan hangat

    Last Updated : 2024-12-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 20 : Anak Dari Wanita Lain

    ‘Apa aku harus memberitahu Dokter Denver?’ batin Dewi bertanya-tanya. Gawai di sampingnya terus berpendar seolah memaksa sang pemilik untuk menerima panggilan suara dan membalas pesan. Namun, tidak ada niat secuil pun bagi Dewi menjawab telepon itu. Dia enggan bila Denver terlibat masalah bersama istrinya. Tiga menit kemudian, Denver telah kembali dari toilet. Pria itu mengamati kekakuan sikap Dewi. “Kenapa kamu tegang?” tanya pria itu. Denver memicingkan mata kepada Dewi. “Umm … itu ada telepon.” Jari telunjuk Dewi mengarah ke samping tubuhnya di mana ponsel itu diletakkan. Gegas Denver memeriksa telepon genggamnya dan menatap Dewi sekilas. Pria itu segera menjauh untuk menerima panggilan suara. Sedangkan Dewi memilih duduk, lalu memejamkan mata karena malam segera berakhir. Akan tetapi, sayup-sayup dia mendengar ucapan Dokter Denver. Mungkin karena selasar ini sepi, jadi suara kecil pun terdengar. “Aku di luar kota,” sahut Denver. Ekor mata pria itu melirik Dewi sekilas, lal

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 309 : Kalian Masa Depanku

    Kamu kenapa, Rani?” tanya Darius yang berdiri tepat di belakang tubuh Maharani. Wanita itu tengah memandangi wajah mungil putranya di balik kaca NICU.Mereka berdua berdiri diam sejak tadi. Setelah semalam menjenguk si kecil, pagi ini Maharani datang lebih awal untuk memberikan ASI. Dia ingin putranya tumbuh sehat dan cepat pulang.“Dia belum punya nama, padahal sudah lahir lebih dari dua minggu,” gumam Maharani pelan, senyum tipis terukir di bibirnya.Ya, awalnya memang bayi ini akan diserahkan pada Dania. Hanya saja, sekarang, sebagai ibu, dia bahkan belum memberinya nama.“Aku sudah punya, ... nama depannya,” ucap Darius tiba-tiba.Pria itu mencium pipi Maharani tanpa aba-aba, membuat wanita itu tersentak kaget.Refleks Maharani menjauh, matanya langsung menyapu sekeliling. Dia tidak habis pikir Darius bisa bertindak begitu terang-terangan di tempat umum. Ingin memaki rasanya, tetapi percuma. Tenaganya hanya akan terbuang sia-sia.“Siapa? Namanya?” desak wanita itu.“Dhava. Madhava

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 308 : Denver Frustrasi?

    “Bu, ini test pack-nya,” bisik seorang asisten rumah tangga yang keluar rumah sejak pagi. Dia menyerahkan bungkusan kecil pada Dewi secara diam-diam.Dewi menyambutnya dengan jantung berdebar. Sejak semalam, pikirannya tidak tenang. Di pakaian dalamnya, muncul bercak kemerahan yang tidak biasa. Masih sepuluh hari lagi sebelum jadwal haid, dan itu membuatnya curiga.Dia memilih merahasiakan hal ini dari sang suami. Denver sempat heran karena Dewi tidur lebih awal dari biasanya, lalu bangun kesiangan dengan wajah pucat. Namun, wanita itu hanya tersenyum dan berkata kelelahan.Kini, dia berdiri di kamar mandi, Dewi mengembuskan napas perlahan. Iris hitamnya menatap alat kecil itu dengan ragu-ragu.“Semoga aku hamil … lagi,” bisiknya lirih, sebab suaminya masih berada di rumah pagi ini. Denver memang sengaja datang lebih siang karena rapatnya dilakukan di J&B Pharmacy, bukan rumah sakit.Dengan hati-hati, dia menetesi test pack itu dengan urin. Lalu memejamkan mata. Satu tangannya secara r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 307 : Sensasi Yang Menantang

    “Siapa itu, Dok?” Suara Maharani tercekat. Tubuhnya seketika menegang, membuat napasnya tersendat dan terasa pendek.Darius menggeleng, lalu menggenggam erat tangan Maharani dan membawanya masuk ke dalam rumah. Langkah mereka pelan dan hati-hati, mengendap-endap dengan napas ditahan, berusaha mencari tahu siapa sosok yang tadi mengintip.Akan tetapi, ketika mereka tiba di pintu belakang, suara yang mereka dengar justru bukan langkah mencurigakan—melainkan desahan rendah dan rintihan yang tidak seharusnya terdengar di tempat ini.Darius memejamkan mata sejenak, lalu melongok ke dalam, menahan napas. Rupanya, sosok bayangan yang dilihatnya tadi adalah...“Sayang, jangan di sini. Bisa dilihat orang nanti.” Suara manja perempuan terdengar lemah dan menggoda.“Tidak akan ada yang lihat kita, Mon ange. Semua orang ada di depan,” bisik suara pria dengan nada sensual yang membuat kulit merinding.Darius berdecak kecil. Dengan cepat, dia menarik Maharani, menggiringnya kembali melewati area dap

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 306 : Kehangatan Ini Bagai Mimpi

    Melihat ayahnya melangkah mantap mendekat dengan wajah kaku dan rahang mengeras, membuat Dewi maju satu langkah. Dia berdiri di depan Maharani, melindungi sahabatnya dari tatapan intimidatif Danis yang tajam seperti pisau. Bahu pria itu tegak, dadanya sedikit membusung, sorot iris hitamnya dingin, menyapu dengan penilaian yang tak menyenangkan. “Ayah … aku yang mengundang Rani ke sini,” ucap Dewi lembut dan tegas. Sungguh dia tidak mau Maharani merasa terancam, trauma, atau menyesal datang ke rumahnya. Kini tatapan Dewi dan Danis terkunci satu sama lain, seolah saling menantang tanpa kata. “Kamu masuklah, temani Denver di belakang,” ujar Danis, suaranya datar dan tak terbantahkan. Akan tetapi, Dewi menggeleng dengan tegas. Detik berikutnya, tubuh Maharani bergeser dari belakangnya. Dewi menoleh dan tertegun melihat Darius menggenggam tangan Maharani dengan erat, menunjukkan bahwa pria itu tak akan mundur. Maharani menunduk sesaat. Jantungnya berdetak kencang. Di balik genggaman

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 305 : Meminta Restu?

    "Tidak perlu!" sela Darius, sebelum Denver mengetahui perbuatannya tadi pagi. "Biar aku yang memeriksanya," lanjut pria itu dengan suara agak serak, mencoba terdengar tenang padahal jelas gugup. Denver memicingkan mata. Tatapan mata karamelnya bergeser dari Maharani ke Darius. Kedua orang itu tampak kikuk. Sebagai pria dewasa, tentu dia tahu apa yang bisa terjadi di antara dua orang dengan ketegangan semacam itu. Akan tetapi, Denver tidak akan membiarkan Darius lolos begitu saja. Dia melangkah mendekat, berdeham singkat, lalu berkata dengan suara berwibawa khasnya, "Aku dokternya. Aku lebih berhak memeriksa Maharani sebagai pasien." Senyum penuh kemenangan mengembang di wajah Denver. Tatapan menusuknya seolah berkata bahwa Darius baru saja kehilangan satu babak dalam permainan ini. "Aku ... calon suaminya," sahut Darius dengan senyum tidak kalah lebar. Kini dia berdiri lebih tegak, menatap Denver dengan percaya diri yang dipaksakan. "Benarkah, Maharani? Atau perlu kupanggil satpa

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 304 : Hasrat Terlarang

    Untuk sesaat, Maharani bergeming mendengar ucapan Darius. Dia benar-benar tidak mengerti maksud pria di hadapannya. Apa yang dimaksudnya dengan ‘membantu’? Sesaat kemudian, dia mulai sadar bahwa Darius pastinya sudah sering membantu dan mengedukasi ibu-ibu yang kesulitan menyusui setelah melahirkan.“Rani ... Sayang?” panggil Darius dengan suara lembut, yang membuat Maharani sedikit tersentak dari lamunan.Maharani menatap pria itu dengan pandangan penuh kebingungan, matanya masih tampak lelah. Dengan bibir gemetar, dia pun bertanya, “Caranya, Dok?”“Oke, sekarang kamu rileks, berbaliklah,” pinta Darius dengan penuh perhatian. Dia membantu Maharani memutar tubuhnya, hingga wanita itu akhirnya duduk membelakangi dirinya.Perlahan, Darius memijat bahu dan punggung Maharani dengan gerakan konstan, sangat lembut dan penuh perhatian. Rasanya nyaman, membuat tubuh wanita itu rileks, tetapi dada yang terasa penuh masih

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 303 : Boleh Aku Bantu Kamu, Sayang?

    “Bagaimana perkembangannya?! Aku tidak mau gagal! Dia harus dihukum seberat-beratnya,” geram Denver yang membayangkan ketika Dewi terbaring lemah di atas meja operasi.Saat ini Denver sedang duduk di depan meja pengacara sambil menyilangkan kaki. Wajah tampan pria itu terlihat serius, tetapi sorot mata karamelnya menyimpan dendam dan luka."Sidang perdana Dania akan dilaksanakan dua minggu lagi. Semua berkas dan bukti sudah siap," ujar sang pengacara sambil meletakkan beberapa map dokumen di atas meja.Denver mengangguk pelan. "Jadi, tidak ada celah baginya untuk mengelak lagi?"Dia meraih map dari atas meja lalu membacanya dengan seksama. Matanya pun sangat tajam meresapi kata demi kata."Tidak. Kami sudah mengunci dan memastikan semua sisi. Dengan bukti dan kesaksian yang kita miliki, Dania tidak akan bisa lolos. Dia akan mendapat hukuman yang setimpal."Denver menghela napas lega. Dia berdiri dan menjabat tangan pengacaranya. "Terima kasih. Kamu sudah bekerja sangat baik. Kirimkan s

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 302 : Menginap

    Maharani berdiri kaku di tengah angin yang menerpa. Pertanyaan Darius barusan masih bergema di kepalanya. ‘Kamu cemburu sama bibimu sendiri?’ Kalimat itu sederhana, tetapi rasanya bagai petir yang menyambar siang bolong. Ya, meskpiyn sekarang malam. Bibir Maharani bergerak-gerak, tetapi tak satu pun kata keluar. Kelopak mata wanita itu berkedip pelan, menghindari tatapan Darius yang begitu intens. Mengoyak dinding yang dia bangun dengan kokoh. Perlahan, Maharani hanya menggeleng, sungguh dia tak sanggup memberikan jawaban. Darius terkekeh. Tanpa menunggu persetujuan, dia meraih pinggang Maharani dengan satu tangan dan mengajaknya berjalan pelan di trotoar. "Udara malam lumayan segar, ya?" gumam pria itu, tetapi suaranya terdengar bagai godaan. Maharani masih diam, tidak dipungkiri sekarang merasa nyaman dan hangat di dekat pria itu. Dia juga membiarkan langkahnya sejajar dengan Darius. Jalanan sepi di sekitaran, hanya lampu jalan yang temaram menemani mereka. Darius sesekali

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 301 : Apa Kamu Cemburu?

    Darius menatap wajah Maharani yang duduk di dekatnya dengan sorot mata lebih lembut dari biasanya. Di tengah hiruk-pikuk kantin rumah sakit yang mulai lengang, dia memberanikan diri meraih tangan wanita itu di atas meja."Aku siap menjadi ayah dan suami yang baik untuk kamu, Maharani Putri," ujar Darius pelan, suaranya benar-benar mengalun lembut.Bahkan dia mengecup punggung tangan Maharani dengan penuh kasih. Tidak berhenti di situ, Darius menggeser duduknya mendekat, membuat jarak di antara mereka makin tipis.Maharani terpaku. Tatapan mata mereka saling bertaut, menciptakan debar yang tak menentu di dalam dada.Satu tangan Darius yang lainnya ingin sekali menyentuh pipi kemerahan wanita itu, rasanya pasti lembut sekali menyusuri rambut hitam itu dengan jemarinya, tetapi dia teringat nasihat Denver. Jangan terburu-buru.Tunjukkan perhatian kecil terlebih dahulu.Dia menarik napas perlahan, lalu mengurungkan niat itu, sekalipun menggebu da

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status