Share

Bab 126 : Mencari Kamu

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 11:08:26
Tengah malam ini suara telepon bergema di kediaman Bradley. Suara nyaringnya membuat para pelayan berjaga dan bergegas menerima sambungan telepon itu. Bahkan salah satu dari mereka berlari cepat menuju kamar sang Nyonya di lantai dua.

Ketukan pintu terdengar bising ke penjuru lantai dua ini.

"Nyonya … Nyonya."

"Apa kamu tidak tahu ini jam berapa?" ketus Dwyne dengan mata sedikit tertutup.

"Den … Tuan Denver kena longsor, Nyonya," pekik pelayan, suaranya bergetar dan matanya agak mengembun.

Begitu mendengar kabar itu, mata Dwyne membelalak, napasnya tercekat, dan tubuhnya kehilangan kekuatan terhempas ke karpet.

"Denver ...," lirihnya. Dia memeluk tubuhnya erat-erat, air mata mulai mengalir tanpa bisa dihentikan.

Memasuki dini hari, Ruslan dan Dwyne langsung mengunjungi lokasi bencana menggunakan helikopter. Wanita itu pun bersikeras turut serta, padahal Oma Nayla dan Valerie sudah melarang.

"Dokter Denver belum ditemukan," ujar Tim SAR membuat Dwyne sesenggukan.

Dwyne menggenggam kain
NACL

Denver bukan itu? T.T

| 3
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 127: Tidak Mungkin!

    Beberapa jam lalu di lokasi longsor, Ruslan yang turut serta dalam pencarian berdiri di bawah rintik gerimis. Pandangannya yang kabur oleh air hujan terpaku pada sesuatu yang menyembul dari balik tumpukan tanah. Dengan tangan bergetar, dia memungut benda kecil itu.“Ini …,” gumam Ruslan, napasnya tercekat. “Cincin Nona Dewi.”Jantung pria itu berdebar dan harapan muncul seiring benda itu dalam genggamannya.“Sebelah sini! Tolong aku!” Ruslan berteriak lantang, suaranya melawan gemuruh hujan.Tim SAR segera merapat, membawa cangkul dan peralatan lainnya. Prosesnya tidak mudah; material tanah yang padat dan akar pohon yang melilit memperlambat mereka. Namun, kegigihan mereka membuahkan hasil.Sebuah tas dengan logo Rumah Sakit JB tertahan pada akar pohon. Tak lama kemudian, embusan napas lemah terdengar dari bawah.“Pak Denver!” teriak Ruslan, emosinya meluap.Tubuh Denver ditemukan dalam kondisi lemah, cedera parah di kepala dan kaki membuatnya tak sadarkan diri. Masker oksigen yang dip

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 128 : Lupa Segalanya

    Dewi meremas tiang infusnya, netra sipitnya terpaku pada Dwyne dan Ruslan yang berdiri di depan pintu ruang rawat Denver. Ada jarak yang tak kasat mata memisahkan dirinya dari pria itu, membuat hatinya terasa kosong dan hampa.“Dewi!” panggil Astuti.Tubuh ringkih wanita itu berlari kecil mendekati Dewi yang tengah bersembunyi di balik dinding. “Kenapa kamu keluar kamar? Ayo, Nak, kamu harus istirahat!” tegasnya, merangkul bahu Dewi yang terkulai lemas.Astuti dengan penuh kasih membantu Dewi kembali ke ranjang, menyelimutinya secara hati-hati. Namun, gadis itu hanya diam, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.“Kamu kenapa? Perutnya sakit? Ibu panggil dokter, ya,” ucap Astuti, suaranya penuh kekhawatiran.Dewi menahan tangan Astuti, menatap wajah keriput itu dengan lekat, lalu menggeleng pelan. “Dokter Denver … lupa segalanya, Bu.”Suara Dewi terdengar lirih, seperti kepingan hati yang jatuh berhamburan. Matanya berkabut, mengingat bagaimana Denver menatap kosong ke arah C

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 129 : Calon Istri Baru Untuk Denver?

    "Melihat anakku dan Dewi. Mama tunggu saja di sini,” pamit Denver sembari menahan nyeri pada pinggang dan menyeret kaki yang terasa berat.Sayang, semesta seakan tidak memihak padanya. Rasa lembab pada sisi perut membuatnya meraba bagian tersebut. Saat tangannya kembali ke depan matanya, noda merah yang melekat di sana membuat rahang pria itu mengatup kuat.“Lihat ‘kan, kamu terlalu memaksakan diri!” cecar Dwyne dengan tatapan tajam.Tanpa menunggu Denver membantah, wanita itu langsung merangkul putranya, menyeretnya kembali ke ranjang.“Tolong pastikan tidak ada infeksi apa pun,” titah wanita itu kepada tim medis yang segera bergerak.Dengan berat hati, Denver kembali berbaring, membiarkan dokter menangani lukanya. Namun, keinginan Denver untuk bertemu Dewi dan putranya tidak surut sedikit pun.Pandangan pria itu bergerak ke arah Ruslan yang berdiri kaku di sudut ruangan. Dengan gerakan halus, Denver mengisyaratkan sesuatu padanya. Ruslan mengangguk paham dan segera melesat keluar.“B

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 130 : Godaan Dokter Tampan

    Seketika napas Dewi tersengal, tubuhnya membeku dengan air mata yang kembali membasahi pipi. Sungguh, dia belum siap menerima kenyataan pahit dari informasi perawat itu.Bahkan kini tubuh mungilnya bergetar hebat, seolah jiwa gadis itu berusaha menolak apa pun yang akan dikatakan selanjutnya. Dada Dewi terasa sesak, seakan seluruh udara di lorong ini menghilang.“A—anakku … apa yang terjadi padanya?” lirihnya dengan suara serak.Denver berdiri di sampingnya, dengan rahang mengeras, dan detak jantung berpacu tidak karuan. Tangan pria itu secara refleks menggenggam pegangan kursi roda Dewi lebih erat, seolah memberi kekuatan untuk menahan tubuhnya yang tiba-tiba melemah.“Katakan!” titah Denver dengan suara tegar, tetapi dalam hatinya, dia merasakan kepanikan luar biasa.Sama halnya dengan Darius dan Astuti yang menegang di belakang mereka.Perawat itu menelan ludah gugup, melihat reaksi orang tua bayi yang kini menatapnya penuh harap dan ketakutan. “Bayi Anda … mengalami demam dan menol

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 131: Kesepakatan Menyakitkan

    “Ternyata uang lebih penting bagimu daripada menjadi istriku, ya?” Denver mencolek puncak hidung mungil Dewi yang mancung. Membuat pemiliknya menggeliat dan menepis tangan itu dalam tidur.Bukannya menjauh, justru Denver makin menggeser tubuhnya dekat dengan Dewi. Padahal pinggang pria itu tidak boleh terkena gesekan dan sentuhan, tetapi dia nekat.Bahkan Denver mencuri ciuman di bibir merah muda gadis itu.Dia ingin melumatnya, tetapi suara pintu yang terbuka membuatnya pura-pura tidur.Ya, semalaman dua insan itu berbagi ranjang pasien. Meskipun Dewi menolak, Denver tidak memedulikan dan bersikeras tidur di sini. Termasuk melawan sang mama yang tadi malam menjemputnya ke kamar ini.Itu sungguh memalukan bagi Denver. Dia bukan lagi anak TK, tetapi Dwyne memperlakukannya bagai bocah ingusan.“Ternyata mereka masih tidur,” bisik seseorang sambil menaruh satu bungkus makanan di atas meja.Denver membuka sedikit matanya, lalu menatap Dewi yang perlahan menggeliat. Dia menahan senyum karen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 132: Di Mana Anakku?!

    Tubuh Dewi tersentak, matanya membelalak lebar. Napasnya memburu dan dadanya naik turun dengan cepat. Keringat dingin mengalir di pelipis, tangan ramping gadis itu gemetar saat meraba kasur di sampingnya. Tidak ada!"Anakku!" pekiknya dengan suara tercekat.Sebelum kepanikannya makin memuncak, sepasang tangan hangat menggenggam jemarinya dengan erat."Sayang, tenang. Aku di sini," bisik suara itu, "kamu mimpi buruk lagi?"Dewi menggigit bibir, matanya kembali berkaca-kaca. Dia menoleh ke samping dan berujar dengan napas tersengal, "Dokter … aku mimpi … seseorang mengambil anak kita, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa."Mendengar pernyataan itu, Denver langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu bersandar di dada bidangnya."Tidak akan terjadi. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil anak kita," bisik pria itu di atas kepala Dewi.Dewi terdiam sesaat dalam dekapan hangat itu, mendengar detak jantung Denver yang stabil. Rasanya … begitu menenangkan."Aku … takut

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 133: Tidak Ingin Jadi Istrimu!

    "Kamu yakin mau pergi sendirian? Ibu bisa minta tolong Rani antar kamu, Wi," tutur Astuti menatap cemas pada Dewi.Sedangkan yang ditatap justru berusaha tegar dan tenang. Jemarinya mengusap lembut bahu Astuti sebelum beralih mendekati ranjang bayi, tempat putranya terlelap nyaman dan hangat. Setelah mandi dan minum susu, bayi mungil itu tidur lagi."Mama berangkat dulu, ya, Sayang. Baik-baik sama Nenek." Jemari Dewi mengelus pipi lembut bayinya. Ada rasa syukur karena bisa melihat makhluk mungil itu lagi di pagi ini."Bu, titip anakku, ya," ujarnya pada Astuti yang membalas dengan anggukan penuh pengertian.Dewi meninggalkan apartemen dengan langkah mantap. Namun, makin dekat ke rumah tahanan, napasnya terasa berat. Hatinya berdebar, bukan karena rindu, melainkan karena ketakutan yang tak terhindarkan.Ini kali pertama dia bertemu Bima setelah semuanya berubah. Statusnya masih sebagai istri pria itu, tetapi hati dan jiwanya sudah lama ingin bebas.Saat keduanya duduk berhadapan, Bima

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 134 : Kepedihan Lalu

    "Kenapa kamu melamun?"Suara berat itu mengempaskan lamunan Dewi tentang Bima. Dia mengerjap, lalu menoleh ke arah Denver yang tengah menatapnya dalam-dalam. Seolah pria itu bisa membaca isi hatinya hanya dengan sekali pandang.Dewi membuka bibir, tetapi tidak ada suara yang keluar. Bahkan bukan tentang Bima, tetapi lebih ke perasaan aneh yang bergemuruh dalam dada setiap kali Denver menatapnya seperti ini."Apa yang dia katakan?" Suara Denver lebih rendah sekarang, juga menekan. "Dia mengancammu, hmm? Bilang padaku, Dewi," desaknya.Dewi tersentak dan buru-buru menggeleng. "Oh … bukan apa-apa."Dia tersenyum canggung, mencoba meraih bayi dari gendongan Denver. Namun, alih-alih menyerahkannya, pria itu malah menggeser tangan ke belakang, membuat posisi bayi makin jauh.Dewi hampir kehilangan keseimbangan dan tanpa sadar tangannya bertumpu pada dada bidang pria itu.Kedekatan ini … terlalu berbahaya."Kamu tahu ini terlalu dekat, bukan?" bisik Denver, suaranya serak dan napasnya mengha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 148 : Dokter Mesum

    Untuk sekali lagi, Dewi membaca dengan seksama barisan kalimat demi kalimat. Jemarinya bergetar saat barisan kata-kata di kertas itu tetap sama, dia tidak salah baca. Pandangan netra sipitnya mulai kabur oleh genangan air mata. Napasnya tersengal, seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan keras."Tidak … ini tidak mungkin," bisiknya.Kertas itu terjatuh lagi dari tangannya, tetapi Dewi tidak bergerak untuk mengambilnya. Tubuh gadis itu seakan terasa lumpuh dan pikirannya kacau. Semua yang diyakini selama ini seketika berantakan dalam sekejap.Mata sipitnya terpejam, lantas mengingat bagaimana pertemuannya pertama kali bersama Danis, lalu cara pandang pria itu dan setiap ucapannya yang merasuk dalam hati. Pikiran Dewi dipenuhi pertanyaan yang belum tentu ingin dia tahu jawabannya.Ketika otaknya sedang kalut, pintu kamar diketuk pelan."Ibu makan duluan saja. Aku tidak lapar," jawabnya lemah, mencoba menenangkan gejolak di dada.Pintu itu terbuka, siluet tubuh tinggi terbalut

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 147 : Tidak Baik-baik Saja

    Tubuh pria paruh baya itu segera dilarikan ke rumah sakit. Darius sudah menunggu di depan pintu IGD, napasnya memburu melihat wajah pucat Danis yang nyaris tidak menunjukkan tanda kehidupan."Om! Bertahanlah!" Darius menggenggam erat pergelangan tangan Danis, merasakan dinginnya kulit pria itu.Dada Danis naik-turun dengan berat, bibirnya membiru, dan matanya setengah terpejam.Darius bergegas membantu tim medis mendorong brankar masuk ke IGD, dengan rasa panik menjalar ke seluruh tubuhnya. Netra Darius tidak sekalipun beranjak dari layar monitor yang menggerakkan grafik serta angka-angka.Setelah dilakukan EKG dan pemeriksaan enzim jantung, rupanya Danis mengalami serangan jantung ringan. Beruntung tim medis cepat tanggap, dengan memberikan obat. Kini pria itu terbaring lemah dengan masker oksigen.Darius duduk di samping Danis dan menggenggam erat tangan pria itu, merasakan genggaman yang berubah melemah."Dewi ... apakah aku harus memanggilnya?" bisik Darius dengan suara tertahan, t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 146 : Ayahku

    Untuk sesaat, atmosfer di sekitar terasa berat dan menghimpit dada. Udara yang tadinya sejuk kini terasa lebih dingin, membuat Dewi menggenggam erat ujung kemejanya. Dari balik punggung lebar Ruslan, dia mengintip dengan napas tercekat saat melihat Danis menatapnya lekat. Ada sesuatu dalam sorot mata pria itu yang membuatnya merinding. "Pak Ruslan, aku mau pulang," cicit Dewi, suaranya itu hampir tidak terdengar. Tubuh Dewi gemetar luar biasa, seolah setiap langkah yang diambil makin menenggelamkannya dalam ketidakpastian. Ruslan mengangguk dan segera mengiringi Dewi melewati Danis yang tetap memusatkan pandangannya pada gadis itu. Namun, tepat saat mereka hendak melangkah lebih jauh, suara rendah dan berat itu menghentikan mereka. "Dewi … lima menit saja." Langkah Dewi terhenti seketika. Dada kecil gadis itu naik turun tidak beraturan. Ada sesuatu dalam intonasi pria itu—hal yang membuat pertahanannya runtuh. Dia ingin terus berjalan dan mengabaikan panggilan itu, tetapi enta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 145 : Awal Baru Lebih Besar

    "Sial, aku tidak ingat tentang itu!" gerutu Denver.Dia menutup laptop dengan kasar. Pikirannya terus dipenuhi oleh pertanyaan semalam dan jawaban Dewi yang membuat dada terasa sesak.‘Tapi … Dokter, a—aku tidak mau jadi istri simpanan dan … perceraianku dengan Mas Bima belum resmi.’Kata-kata itu terus terngiang di kepala dan menghantui pikiran Denver tanpa henti. Ditambah lagi, percakapannya dengan Danis semalam membuat kegelisahan makin menjadi. Jemari pria itu mengetuk meja dengan ritme cepat, menunjukkan keresahan yang tidak bisa dia sembunyikan.Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya."Dokter, boleh saya masuk?" tanya seorang wanita terdengar dari balik pintu."Ya, silakan."Saat pintu terbuka, seorang perawat masuk, membawa kabar tentang pasien yang ingin konsultasi bayi tabung. Denver mengangguk, lalu mempersilakan pasien masuk. Namun, matanya membulat seketika setelah melihat siapa yang berdiri di depannya.Dia pasangan Carissa yang baru!Pria itu duduk santai di kursi,

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 144 : Jangan Mengambil Milikku!

    Denver melangkah mantap mendekati mobil hitam yang terparkir di area khusus itu. Setiap langkahnya terasa berat, seolah tanah di bawahnya ikut merespons gejolak di dadanya.Mata Denver menajam dan mengunci sosok di balik kaca mobil dengan tatapan penuh kewaspadaan. Perasaan pria itu campur aduk, beberapa asumsi berkelebat dalam benaknya, menciptakan badai yang sulit diredam.Kini, Denver telah berdiri tepat di samping mobil hitam itu. Dia mengetuk kaca jendela dengan ujung jarinya, lalu berdeham."Selamat malam, Om Danis," sapa Denver, terdengar dalam dan penuh ketegangan. "Bisa kita bicara berdua?"Pria paruh baya di dalam mobil mengangkat dagunya sedikit dan sorot matanya tajam juga sulit ditebak. Dengan anggukan pelan, Danis memberi isyarat agar Denver masuk.Keduanya duduk di dalam mobil, suasana terasa lebih dingin dari sekadar embusan AC. Tidak ada kata yang langsung terucap, hanya napas berat yang sesekali terdengar.Denver menatap lurus ke depan, lalu akhirnya membuka suara. "A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 143 : Pemandangan Menyesakkan

    Dewi merasakan seluruh darahnya mengalir dingin. Pandangan gadis itu sedikit kabur, dan untuk sesaat kakinya seperti kehilangan daya. Dirga. Anak yang baru beberapa jam lalu diambil darinya, kini berada dalam pelukan wanita lain.Lebih menyakitkan lagi, Dwyne menatap sosok itu dengan senyum lembut, sesuatu yang bahkan tidak pernah Dewi dapatkan.'Kenapa wanita itu yang menggendong Dirga?'Pertanyaan itu menjerat benaknya, membentuk simpul kusut tidak terurai dalam hati. Apakah ini sebuah pertanda … bahwa dia dan Dirga suatu hari nanti benar-benar akan terpisah?Akan tetapi, seolah membaca isi pikirannya, Dewi tiba-tiba merasakan sentuhan hangat menjalar pada setiap sela jemari rampingnya. Dia menoleh dan menurunkan pandangan pada genggaman erat tangan Denver."Dokter Denver …," lirih Dewi dengan mata bergetar.Denver menatap intens ekspresi sendu Dewi. Kemudian, pria itu mengukir senyum pada bibirnya dan disusul dengan sentuhan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 142 : Jadi Kenyataan!

    Ketegangan itu menular pada Dewi. Dia menatap Dirga sekilas, lalu menghampiri Astuti di samping pintu."S—siapa yang datang, Bu?" tanyanya dengan suara pelan dan nyaris bergetar.Astuti menelan ludah, matanya terpaku pada layar interkom."I—itu, Wi," tunjuknya, suara Astuti terdengar ragu. "Kenapa momennya tidak pas, ya?" gumamnya pada diri sendiri.Dewi mengalihkan pandangan ke layar interkom, dan seketika napasnya tercekat. Dada yang sejak tadi terasa sesak kini makin menghimpit. Jemari ramping gadis itu refleks mencengkeram kuat kemeja putihnya.Andai bisa, Dewi ingin menolak kedatangan wanita itu. Namun, naluri sebagai ibu tidak bisa mengizinkan dirinya melakukan hal itu. Dengan napas tertahan, dia mengangguk."Kamu serius, Wi? Kalau … Nyonya itu cari keributan bagaimana?" bisik Astuti hati-hati, takut didengar oleh Darius yang sejak tadi memperhatikan mereka dengan kening mengerut."Biarkan saja Bu Dwyne ketemu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 141 : Panik!

    “Selamat, Dokter Denver. Semoga kali ini kamu menjadi dokter yang lebih baik lagi,” ucap Dewi dengan senyum mengembang dengan jemari menggenggam erat ponsel.“Makasih ... bukankah aku keren? Apa kamu bangga memiliki calon suami sepertiku?” goda pria itu.Meskipun hanya berbicara melalui telepon, Dewi tetap merasakan kehangatan itu. Denver selalu membuatnya nyaman.Setelah beberapa hari menanti, hasil beasiswa akhirnya keluar. Dewi dinyatakan lulus dan harus segera mengurus administrasi kampus. Sementara itu, Denver sibuk menghadiri seminar kedokteran serta menerima penghargaan sebagai dokter terbaik berkat partisipasinya menjadi relawan.“Umm ... Dirgantara pasti bangga punya Papa yang hebat,” sahut Dewi, memilih menyebut nama putranya daripada langsung memuji Denver.Seketika gelak tawa renyah terdengar dari telepon. Rupanya, Denver sangat terhibur dengan ucapan itu.“Tentu saja dia bangga. Aku ini papanya, dan kamu harus memujiku secara langsung. Pulang jam berapa? Aku jemput,” ujar

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 140: Menyelidikinya

    Saat Dewi hampir tersungkur ke atas kerasnya aspal, dia merasakan pergelangan tangannya ditarik dengan kuat. Jantung gadis itu mencelos dengan napas tercekat. Tubuhnya terayun, terhuyung ke belakang, dan jatuh ke dalam kehangatan yang begitu familiar.Bahkan kedua tangannya refleks bertumpu pada dada bidang seseorang.Suara riuh di sekitar mereka terdengar samar di telinga, tetapi yang paling jelas adalah detak jantungnya sendiri yang berdegup kencang. Perlahan, Dewi membuka mata dan mendapati mata karamel itu menatapnya tajam."Dokter Denver…," gumamnya, nyaris tak terdengar.Dewi berada di antara perasaan lega dan kikuk saat ini. Sebagian pengunjung mall bersorak melihat aksi heroik Denver, tetapi ada juga yang menatapnya dengan pandangan tidak suka dari pintu masuk.Tanpa banyak kata, Denver menariknya ke dalam mobil. Pria itu sigap memeriksa tanda-tanda syok di wajah Dewi, lalu meraih sebotol air mineral dan menyodorkannya."Minumlah," kata pria itu tegas.Dewi mengangguk, lalu men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status