Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 131: Kesepakatan Menyakitkan

Share

Bab 131: Kesepakatan Menyakitkan

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-01-30 18:24:18
“Ternyata uang lebih penting bagimu daripada menjadi istriku, ya?” Denver mencolek puncak hidung mungil Dewi yang mancung. Membuat pemiliknya menggeliat dan menepis tangan itu dalam tidur.

Bukannya menjauh, justru Denver makin menggeser tubuhnya dekat dengan Dewi. Padahal pinggang pria itu tidak boleh terkena gesekan dan sentuhan, tetapi dia nekat.

Bahkan Denver mencuri ciuman di bibir merah muda gadis itu.

Dia ingin melumatnya, tetapi suara pintu yang terbuka membuatnya pura-pura tidur.

Ya, semalaman dua insan itu berbagi ranjang pasien. Meskipun Dewi menolak, Denver tidak memedulikan dan bersikeras tidur di sini. Termasuk melawan sang mama yang tadi malam menjemputnya ke kamar ini.

Itu sungguh memalukan bagi Denver. Dia bukan lagi anak TK, tetapi Dwyne memperlakukannya bagai bocah ingusan.

“Ternyata mereka masih tidur,” bisik seseorang sambil menaruh satu bungkus makanan di atas meja.

Denver membuka sedikit matanya, lalu menatap Dewi yang perlahan menggeliat. Dia menahan senyum karen
NACL

Ya ampun, tolongin Dewi T.T Si Mamah nih kejam amat sih

| 3
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 132: Di Mana Anakku?!

    Tubuh Dewi tersentak, matanya membelalak lebar. Napasnya memburu dan dadanya naik turun dengan cepat. Keringat dingin mengalir di pelipis, tangan ramping gadis itu gemetar saat meraba kasur di sampingnya. Tidak ada!"Anakku!" pekiknya dengan suara tercekat.Sebelum kepanikannya makin memuncak, sepasang tangan hangat menggenggam jemarinya dengan erat."Sayang, tenang. Aku di sini," bisik suara itu, "kamu mimpi buruk lagi?"Dewi menggigit bibir, matanya kembali berkaca-kaca. Dia menoleh ke samping dan berujar dengan napas tersengal, "Dokter … aku mimpi … seseorang mengambil anak kita, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa."Mendengar pernyataan itu, Denver langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu bersandar di dada bidangnya."Tidak akan terjadi. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil anak kita," bisik pria itu di atas kepala Dewi.Dewi terdiam sesaat dalam dekapan hangat itu, mendengar detak jantung Denver yang stabil. Rasanya … begitu menenangkan."Aku … takut

    Last Updated : 2025-01-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 133: Tidak Ingin Jadi Istrimu!

    "Kamu yakin mau pergi sendirian? Ibu bisa minta tolong Rani antar kamu, Wi," tutur Astuti menatap cemas pada Dewi.Sedangkan yang ditatap justru berusaha tegar dan tenang. Jemarinya mengusap lembut bahu Astuti sebelum beralih mendekati ranjang bayi, tempat putranya terlelap nyaman dan hangat. Setelah mandi dan minum susu, bayi mungil itu tidur lagi."Mama berangkat dulu, ya, Sayang. Baik-baik sama Nenek." Jemari Dewi mengelus pipi lembut bayinya. Ada rasa syukur karena bisa melihat makhluk mungil itu lagi di pagi ini."Bu, titip anakku, ya," ujarnya pada Astuti yang membalas dengan anggukan penuh pengertian.Dewi meninggalkan apartemen dengan langkah mantap. Namun, makin dekat ke rumah tahanan, napasnya terasa berat. Hatinya berdebar, bukan karena rindu, melainkan karena ketakutan yang tak terhindarkan.Ini kali pertama dia bertemu Bima setelah semuanya berubah. Statusnya masih sebagai istri pria itu, tetapi hati dan jiwanya sudah lama ingin bebas.Saat keduanya duduk berhadapan, Bima

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 134 : Kepedihan Lalu

    "Kenapa kamu melamun?"Suara berat itu mengempaskan lamunan Dewi tentang Bima. Dia mengerjap, lalu menoleh ke arah Denver yang tengah menatapnya dalam-dalam. Seolah pria itu bisa membaca isi hatinya hanya dengan sekali pandang.Dewi membuka bibir, tetapi tidak ada suara yang keluar. Bahkan bukan tentang Bima, tetapi lebih ke perasaan aneh yang bergemuruh dalam dada setiap kali Denver menatapnya seperti ini."Apa yang dia katakan?" Suara Denver lebih rendah sekarang, juga menekan. "Dia mengancammu, hmm? Bilang padaku, Dewi," desaknya.Dewi tersentak dan buru-buru menggeleng. "Oh … bukan apa-apa."Dia tersenyum canggung, mencoba meraih bayi dari gendongan Denver. Namun, alih-alih menyerahkannya, pria itu malah menggeser tangan ke belakang, membuat posisi bayi makin jauh.Dewi hampir kehilangan keseimbangan dan tanpa sadar tangannya bertumpu pada dada bidang pria itu.Kedekatan ini … terlalu berbahaya."Kamu tahu ini terlalu dekat, bukan?" bisik Denver, suaranya serak dan napasnya mengha

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 135: Dia Menghilang

    Setelah makan malam singkat dengan latar sedikit romantis, tetapi berujung berbagi kesedihan, Denver menggendong putra kecilnya dan memberikan bayi itu botol susu."Kalau sudah besar nanti, Papa harap kamu jadi seorang dokter, terserah mau ambil spesialis apa pun," kata Denver sambil menatap dalam mata jernih putranya, yang bibirnya kuat menyedot susu dari botol.Interaksi itu membuat hati Dewi menghangat. Pemandangan ini seperti impian yang sejak lama dia harapkan.Ini terlalu indah jika harus berakhir. Dia ingin membangun rumah tangga bahagia bersama pasangannya. Tentu saja, awalnya dia mengira pria itu adalah Bima.Tangan Dewi yang sedang melipat pakaian bayi terhenti saat air matanya mengalir tanpa bisa dia cegah. Dia buru-buru menyekanya sebelum Denver menyadari."Kenapa harus jadi dokter seperti Papanya? Bukankah bagus kalau dia menentukan sendiri?" timpal Dewi dengan dagu terangkat, membuat Denver menatap dengan intens."Tentunya anakku itu harus banyak menolong orang-orang, Dew

    Last Updated : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 136: Siapa Dia?

    “Ada apa, Nak?” tanya Astuti yang turun dari mobil sambil menggendong tas. Wanita paruh baya itu mengikuti arah pandang Dewi.Sekilas tidak ada apa pun di sana, selain seseorang yang berdiri memandang arah mereka. Astuti menoleh pada Dewi.“Kamu kenal Bapak itu, Wi? Kok, lihat kita terus,” bisik Astuti yang kemudian melindungi tubuh Dewi agar tidak dipandangi pria di depan pintu itu.Dewi merasakan desir aneh di dadanya. Ada yang tidak biasa dengan cara pria itu menatapnya—tajam, tetapi bukan dengan kebencian seperti yang biasa dia terima dari orang-orang yang menghakiminya. Seolah pria itu mengenalnya, seolah dia … mencari sesuatu dalam dirinya.Seketika Dewi menyentuh dadanya, mencoba menenangkan degupan jantung yang mulai tidak beraturan. Namun, meski tubuhnya terus bergerak ke depan, pikiran gadis itu tertinggal di sana—bersama tatapan pria misterius itu.“Dewi, kamu sudah datang?”Suara berat Denver terdengar di dekat telinga Dewi, sebelum tangan besar pria itu dengan usil mencubi

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 137: Sampai Kapan Harus Begini?

    ‘Bapak itu … kenapa tatapannya terasa tidak asing? Apa … sebelumnya kami pernah bertemu?’ batin Dewi.Perasaan itu menggelitik dada Dewi, seperti ada sesuatu yang belum dia sadari sepenuhnya. Gadis itu mencoba mengingat, tetapi tidak satu pun memori tentang pria itu muncul di benaknya.“Sayang … kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Denver dengan tangan refleks menyentuh pergelangan tangan Dewi, memeriksa denyut nadi gadis itu. “Ini salahku, seharusnya kamu tidak perlu bertemu Mama,” tegas Denver.Dewi mendongak, menatap Denver yang berdiri di sampingnya. Dia menggeleng, lalu berusaha tersenyum, meskipun kaku dan tidak mendengar jelas apa yang diucapkan oleh Denver.“Minumlah. Konon katanya cokelat ini bisa bikin mood kamu membaik,” kata Denver menyodorkan secangkir cokelat dengan bentuk cokelat padat di bagian atasnya.Mata sipit Dewi makin menyipit menatap cangkir di hadapannya. Ini pertama kali dia minum cokelat dengan bentuk agak unik. Namun, dia ingat sedang duduk di Ta&Ma Café mili

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 138 : Tidak Segan Mengambil Paksa

    “Mama sengaja minta aku pulang bukan? Mama tahu aku ada di apartemen bersama Dewi?” protes Denver sesampainya di kediaman Bradley.Dia memandang sengit mamanya yang sedang duduk santai sembari meneguk secangkir teh. Sedangkan Oma Nayla duduk di depannya sembari memilah sesuatu. Denver tidak tahu apa itu karena terlihat seperti kertas biasa.“Duduklah!” titah Dwyne dengan intonasi tidak terbantahkan, tetapi Denver menolak.Pria itu bahkan hendak berjalan kembali menuju pintu utama rumah besar ini.“Kalau tidak ada yang penting. Aku akan kembali ke apartemen. Menemani Dewi dan Dirga,” tegas Denver masih menggenggam erat kunci mobilnya.Tiba-tiba Dwyne terkekeh, nada suaranya terdengar seperti ejekan yang menusuk telinga Denver.“Ternyata perempuan itu membawa pengaruh buruk bagimu. Ingatlah Denver, Mama tidak segan mengambil Dirga secara paksa kalau kamu membangkang!”Darah Denver mendidih. Dia memutar tubuh dengan gerakan kasar, mata karamelnya memancarkan api kemarahan yang membara. R

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 139: Seseorang Bersamanya!

    Dewi membelalak, jari-jarinya gemetar saat melihat layar ponselnya—panggilan itu sudah tersambung lebih dari satu menit! Dadanya langsung terasa sesak. Itu artinya …."Kenapa diam?" Suara berat itu terdengar dari speaker, ada nada yang lebih dingin dari biasanya.Dewi menelan ludah, buru-buru melangkah menjauh dari Darius sebelum menjawab, "Ya, Dokter ….""Apa yang kamu lakukan bersama Darius? Kamu ada di mana sekarang?" cecar pria itu, "biar Ruslan jemput kamu."“Sebaiknya … aku ceritakan nanti saja, Dokter. Tidak perlu dijemput, aku bisa pulang sendiri,” sahutnya dengan penuh ketegasan, “sudah dulu, ya, Dokter.”Dewi buru-buru menuju halte bus. Sial, sudah lebih dari 15 menit tidak ada kendaraan yang lewat. Dia berdecak sebal, teringat bahwa susu Dirga habis.Satu pesan singkat masuk. [Katakan padaku, kamu di mana?]Dewi menghela napas panjang lantas mengetik balasan. [Mau beli susu.][Oke, hati-hati. Jangan lupa hubungi aku

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 150 : Mirip Dengannya

    Meskipun keraguan mendera, pada akhirnya Dewi memutuskan menemui Darius di rumah sakit. Bahkan, dia menitipkan pesan pada Astuti bahwa kemungkinan malam ini dia tidak pulang dan meminta agar hal ini dirahasiakan dari Denver.“Dokter Darius?” panggil Dewi sesaat tiba di rumah sakit. Langkahnya terasa berat, tubuhnya makin gemetaran saat bertemu pria itu. Ada sesuatu yang berbeda dibanding saat bersama Denver.Jujur, Dewi merasa tertarik pada Darius. Cara pandangnya yang meneduhkan, sikap yang menghormati sebagai wanita, semua begitu berbeda. Namun, di saat yang sama, batinnya berteriak. Dia terikat dengan Denver, ayah dari putranya. Tubuh dan hatinya enggan mengkhianati pria itu.Darius menyadari kegugupan Dewi. Senyumnya melebar saat pria itu melangkah mendekat dan mengulurkan tangan.Dewi menatap uluran itu sesaat, lalu memilih tersenyum tipis tanpa menyambutnya. Tatapannya sekilas menunjukkan batas yang jelas.Darius tersenyum kecut. “Kalau begitu, ikuti aku,” ujarnya sambil berbali

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 149 : Dokter yang Ugal-ugalan

    Sebelum Dewi sempat menanggapi permintaan Darius, telepon genggamnya berpindah tangan dengan kasar. Jari-jari gadis itu refleks ingin merebut kembali, tetapi Denver sudah lebih dulu menggenggamnya erat.Mata sipitnya membesar dan mulutnya sedikit terbuka karena terkejut dengan sikap impulsif pria itu."Dokter," ucap Dewi tanpa suara.Denver menatap layar ponsel dengan tatapan gelap. Rahang yang tanpa janggut mengeras dan buku-buku jarinya memutih saat menggenggam benda itu. Napasnya terdengar berat, seolah sedang menahan amarah yang mendidih."Untuk apa kamu menghubungi Dewi?" ucap Denver rendah, tetapi penuh ancaman. "Dia bukan pasienmu lagi!"Dewi menelan ludah dan jantungnya berdebar tidak karuan. Dia tahu pria di hadapannya ini sedang cemburu, tetapi ini terasa berlebihan. Lagi pula, ada sesuatu yang ingin dia ketahui dari Darius.Mungkinkah ini tentang hasil tes DNA?Dewi mencoba meraih ponsel kembali, tetapi Denver menghindar. Dengan langkah lebar, dia keluar dari kedai mie, men

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 148 : Dokter Mesum

    Untuk sekali lagi, Dewi membaca dengan seksama barisan kalimat demi kalimat. Jemarinya bergetar saat barisan kata-kata di kertas itu tetap sama, dia tidak salah baca. Pandangan netra sipitnya mulai kabur oleh genangan air mata. Napasnya tersengal, seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan keras."Tidak … ini tidak mungkin," bisiknya.Kertas itu terjatuh lagi dari tangannya, tetapi Dewi tidak bergerak untuk mengambilnya. Tubuh gadis itu seakan terasa lumpuh dan pikirannya kacau. Semua yang diyakini selama ini seketika berantakan dalam sekejap.Mata sipitnya terpejam, lantas mengingat bagaimana pertemuannya pertama kali bersama Danis, lalu cara pandang pria itu dan setiap ucapannya yang merasuk dalam hati. Pikiran Dewi dipenuhi pertanyaan yang belum tentu ingin dia tahu jawabannya.Ketika otaknya sedang kalut, pintu kamar diketuk pelan."Ibu makan duluan saja. Aku tidak lapar," jawabnya lemah, mencoba menenangkan gejolak di dada.Pintu itu terbuka, siluet tubuh tinggi terbalut

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 147 : Tidak Baik-baik Saja

    Tubuh pria paruh baya itu segera dilarikan ke rumah sakit. Darius sudah menunggu di depan pintu IGD, napasnya memburu melihat wajah pucat Danis yang nyaris tidak menunjukkan tanda kehidupan."Om! Bertahanlah!" Darius menggenggam erat pergelangan tangan Danis, merasakan dinginnya kulit pria itu.Dada Danis naik-turun dengan berat, bibirnya membiru, dan matanya setengah terpejam.Darius bergegas membantu tim medis mendorong brankar masuk ke IGD, dengan rasa panik menjalar ke seluruh tubuhnya. Netra Darius tidak sekalipun beranjak dari layar monitor yang menggerakkan grafik serta angka-angka.Setelah dilakukan EKG dan pemeriksaan enzim jantung, rupanya Danis mengalami serangan jantung ringan. Beruntung tim medis cepat tanggap, dengan memberikan obat. Kini pria itu terbaring lemah dengan masker oksigen.Darius duduk di samping Danis dan menggenggam erat tangan pria itu, merasakan genggaman yang berubah melemah."Dewi ... apakah aku harus memanggilnya?" bisik Darius dengan suara tertahan, t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 146 : Ayahku

    Untuk sesaat, atmosfer di sekitar terasa berat dan menghimpit dada. Udara yang tadinya sejuk kini terasa lebih dingin, membuat Dewi menggenggam erat ujung kemejanya. Dari balik punggung lebar Ruslan, dia mengintip dengan napas tercekat saat melihat Danis menatapnya lekat. Ada sesuatu dalam sorot mata pria itu yang membuatnya merinding. "Pak Ruslan, aku mau pulang," cicit Dewi, suaranya itu hampir tidak terdengar. Tubuh Dewi gemetar luar biasa, seolah setiap langkah yang diambil makin menenggelamkannya dalam ketidakpastian. Ruslan mengangguk dan segera mengiringi Dewi melewati Danis yang tetap memusatkan pandangannya pada gadis itu. Namun, tepat saat mereka hendak melangkah lebih jauh, suara rendah dan berat itu menghentikan mereka. "Dewi … lima menit saja." Langkah Dewi terhenti seketika. Dada kecil gadis itu naik turun tidak beraturan. Ada sesuatu dalam intonasi pria itu—hal yang membuat pertahanannya runtuh. Dia ingin terus berjalan dan mengabaikan panggilan itu, tetapi enta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 145 : Awal Baru Lebih Besar

    "Sial, aku tidak ingat tentang itu!" gerutu Denver.Dia menutup laptop dengan kasar. Pikirannya terus dipenuhi oleh pertanyaan semalam dan jawaban Dewi yang membuat dada terasa sesak.‘Tapi … Dokter, a—aku tidak mau jadi istri simpanan dan … perceraianku dengan Mas Bima belum resmi.’Kata-kata itu terus terngiang di kepala dan menghantui pikiran Denver tanpa henti. Ditambah lagi, percakapannya dengan Danis semalam membuat kegelisahan makin menjadi. Jemari pria itu mengetuk meja dengan ritme cepat, menunjukkan keresahan yang tidak bisa dia sembunyikan.Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya."Dokter, boleh saya masuk?" tanya seorang wanita terdengar dari balik pintu."Ya, silakan."Saat pintu terbuka, seorang perawat masuk, membawa kabar tentang pasien yang ingin konsultasi bayi tabung. Denver mengangguk, lalu mempersilakan pasien masuk. Namun, matanya membulat seketika setelah melihat siapa yang berdiri di depannya.Dia pasangan Carissa yang baru!Pria itu duduk santai di kursi,

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 144 : Jangan Mengambil Milikku!

    Denver melangkah mantap mendekati mobil hitam yang terparkir di area khusus itu. Setiap langkahnya terasa berat, seolah tanah di bawahnya ikut merespons gejolak di dadanya.Mata Denver menajam dan mengunci sosok di balik kaca mobil dengan tatapan penuh kewaspadaan. Perasaan pria itu campur aduk, beberapa asumsi berkelebat dalam benaknya, menciptakan badai yang sulit diredam.Kini, Denver telah berdiri tepat di samping mobil hitam itu. Dia mengetuk kaca jendela dengan ujung jarinya, lalu berdeham."Selamat malam, Om Danis," sapa Denver, terdengar dalam dan penuh ketegangan. "Bisa kita bicara berdua?"Pria paruh baya di dalam mobil mengangkat dagunya sedikit dan sorot matanya tajam juga sulit ditebak. Dengan anggukan pelan, Danis memberi isyarat agar Denver masuk.Keduanya duduk di dalam mobil, suasana terasa lebih dingin dari sekadar embusan AC. Tidak ada kata yang langsung terucap, hanya napas berat yang sesekali terdengar.Denver menatap lurus ke depan, lalu akhirnya membuka suara. "A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 143 : Pemandangan Menyesakkan

    Dewi merasakan seluruh darahnya mengalir dingin. Pandangan gadis itu sedikit kabur, dan untuk sesaat kakinya seperti kehilangan daya. Dirga. Anak yang baru beberapa jam lalu diambil darinya, kini berada dalam pelukan wanita lain.Lebih menyakitkan lagi, Dwyne menatap sosok itu dengan senyum lembut, sesuatu yang bahkan tidak pernah Dewi dapatkan.'Kenapa wanita itu yang menggendong Dirga?'Pertanyaan itu menjerat benaknya, membentuk simpul kusut tidak terurai dalam hati. Apakah ini sebuah pertanda … bahwa dia dan Dirga suatu hari nanti benar-benar akan terpisah?Akan tetapi, seolah membaca isi pikirannya, Dewi tiba-tiba merasakan sentuhan hangat menjalar pada setiap sela jemari rampingnya. Dia menoleh dan menurunkan pandangan pada genggaman erat tangan Denver."Dokter Denver …," lirih Dewi dengan mata bergetar.Denver menatap intens ekspresi sendu Dewi. Kemudian, pria itu mengukir senyum pada bibirnya dan disusul dengan sentuhan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 142 : Jadi Kenyataan!

    Ketegangan itu menular pada Dewi. Dia menatap Dirga sekilas, lalu menghampiri Astuti di samping pintu."S—siapa yang datang, Bu?" tanyanya dengan suara pelan dan nyaris bergetar.Astuti menelan ludah, matanya terpaku pada layar interkom."I—itu, Wi," tunjuknya, suara Astuti terdengar ragu. "Kenapa momennya tidak pas, ya?" gumamnya pada diri sendiri.Dewi mengalihkan pandangan ke layar interkom, dan seketika napasnya tercekat. Dada yang sejak tadi terasa sesak kini makin menghimpit. Jemari ramping gadis itu refleks mencengkeram kuat kemeja putihnya.Andai bisa, Dewi ingin menolak kedatangan wanita itu. Namun, naluri sebagai ibu tidak bisa mengizinkan dirinya melakukan hal itu. Dengan napas tertahan, dia mengangguk."Kamu serius, Wi? Kalau … Nyonya itu cari keributan bagaimana?" bisik Astuti hati-hati, takut didengar oleh Darius yang sejak tadi memperhatikan mereka dengan kening mengerut."Biarkan saja Bu Dwyne ketemu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status