Share

Bab 136: Siapa Dia?

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-02-02 12:32:20
“Ada apa, Nak?” tanya Astuti yang turun dari mobil sambil menggendong tas. Wanita paruh baya itu mengikuti arah pandang Dewi.

Sekilas tidak ada apa pun di sana, selain seseorang yang berdiri memandang arah mereka. Astuti menoleh pada Dewi.

“Kamu kenal Bapak itu, Wi? Kok, lihat kita terus,” bisik Astuti yang kemudian melindungi tubuh Dewi agar tidak dipandangi pria di depan pintu itu.

Dewi merasakan desir aneh di dadanya. Ada yang tidak biasa dengan cara pria itu menatapnya—tajam, tetapi bukan dengan kebencian seperti yang biasa dia terima dari orang-orang yang menghakiminya. Seolah pria itu mengenalnya, seolah dia … mencari sesuatu dalam dirinya.

Seketika Dewi menyentuh dadanya, mencoba menenangkan degupan jantung yang mulai tidak beraturan. Namun, meski tubuhnya terus bergerak ke depan, pikiran gadis itu tertinggal di sana—bersama tatapan pria misterius itu.

“Dewi, kamu sudah datang?”

Suara berat Denver terdengar di dekat telinga Dewi, sebelum tangan besar pria itu dengan usil mencubi
NACL

Selamat hari minggu Kakak-Kakak. siapa pria misterius itu, ya? kayanya ada yang mulai luluh nih.

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
NACL
mungkin Kak tapi gemana kalau ada niat jahat? ༼⁠ ⁠つ⁠ ⁠◕⁠‿⁠◕⁠ ⁠༽⁠つ
goodnovel comment avatar
Imelda
pasti ad hub keluarga sm Dewi atau jgn2 Darius sm Dewi itu sepupuan.. om nya Darius hmmm......jgn2 ayahnya Dewi????
goodnovel comment avatar
NACL
siap Kakak. meluncurrrrr ⊂⁠(⁠◉⁠‿⁠◉⁠)⁠つ
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 137: Sampai Kapan Harus Begini?

    ‘Bapak itu … kenapa tatapannya terasa tidak asing? Apa … sebelumnya kami pernah bertemu?’ batin Dewi.Perasaan itu menggelitik dada Dewi, seperti ada sesuatu yang belum dia sadari sepenuhnya. Gadis itu mencoba mengingat, tetapi tidak satu pun memori tentang pria itu muncul di benaknya.“Sayang … kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Denver dengan tangan refleks menyentuh pergelangan tangan Dewi, memeriksa denyut nadi gadis itu. “Ini salahku, seharusnya kamu tidak perlu bertemu Mama,” tegas Denver.Dewi mendongak, menatap Denver yang berdiri di sampingnya. Dia menggeleng, lalu berusaha tersenyum, meskipun kaku dan tidak mendengar jelas apa yang diucapkan oleh Denver.“Minumlah. Konon katanya cokelat ini bisa bikin mood kamu membaik,” kata Denver menyodorkan secangkir cokelat dengan bentuk cokelat padat di bagian atasnya.Mata sipit Dewi makin menyipit menatap cangkir di hadapannya. Ini pertama kali dia minum cokelat dengan bentuk agak unik. Namun, dia ingat sedang duduk di Ta&Ma Café mili

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 138 : Tidak Segan Mengambil Paksa

    “Mama sengaja minta aku pulang bukan? Mama tahu aku ada di apartemen bersama Dewi?” protes Denver sesampainya di kediaman Bradley.Dia memandang sengit mamanya yang sedang duduk santai sembari meneguk secangkir teh. Sedangkan Oma Nayla duduk di depannya sembari memilah sesuatu. Denver tidak tahu apa itu karena terlihat seperti kertas biasa.“Duduklah!” titah Dwyne dengan intonasi tidak terbantahkan, tetapi Denver menolak.Pria itu bahkan hendak berjalan kembali menuju pintu utama rumah besar ini.“Kalau tidak ada yang penting. Aku akan kembali ke apartemen. Menemani Dewi dan Dirga,” tegas Denver masih menggenggam erat kunci mobilnya.Tiba-tiba Dwyne terkekeh, nada suaranya terdengar seperti ejekan yang menusuk telinga Denver.“Ternyata perempuan itu membawa pengaruh buruk bagimu. Ingatlah Denver, Mama tidak segan mengambil Dirga secara paksa kalau kamu membangkang!”Darah Denver mendidih. Dia memutar tubuh dengan gerakan kasar, mata karamelnya memancarkan api kemarahan yang membara. R

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 139: Seseorang Bersamanya!

    Dewi membelalak, jari-jarinya gemetar saat melihat layar ponselnya—panggilan itu sudah tersambung lebih dari satu menit! Dadanya langsung terasa sesak. Itu artinya …."Kenapa diam?" Suara berat itu terdengar dari speaker, ada nada yang lebih dingin dari biasanya.Dewi menelan ludah, buru-buru melangkah menjauh dari Darius sebelum menjawab, "Ya, Dokter ….""Apa yang kamu lakukan bersama Darius? Kamu ada di mana sekarang?" cecar pria itu, "biar Ruslan jemput kamu."“Sebaiknya … aku ceritakan nanti saja, Dokter. Tidak perlu dijemput, aku bisa pulang sendiri,” sahutnya dengan penuh ketegasan, “sudah dulu, ya, Dokter.”Dewi buru-buru menuju halte bus. Sial, sudah lebih dari 15 menit tidak ada kendaraan yang lewat. Dia berdecak sebal, teringat bahwa susu Dirga habis.Satu pesan singkat masuk. [Katakan padaku, kamu di mana?]Dewi menghela napas panjang lantas mengetik balasan. [Mau beli susu.][Oke, hati-hati. Jangan lupa hubungi aku

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 140: Menyelidikinya

    Saat Dewi hampir tersungkur ke atas kerasnya aspal, dia merasakan pergelangan tangannya ditarik dengan kuat. Jantung gadis itu mencelos dengan napas tercekat. Tubuhnya terayun, terhuyung ke belakang, dan jatuh ke dalam kehangatan yang begitu familiar.Bahkan kedua tangannya refleks bertumpu pada dada bidang seseorang.Suara riuh di sekitar mereka terdengar samar di telinga, tetapi yang paling jelas adalah detak jantungnya sendiri yang berdegup kencang. Perlahan, Dewi membuka mata dan mendapati mata karamel itu menatapnya tajam."Dokter Denver…," gumamnya, nyaris tak terdengar.Dewi berada di antara perasaan lega dan kikuk saat ini. Sebagian pengunjung mall bersorak melihat aksi heroik Denver, tetapi ada juga yang menatapnya dengan pandangan tidak suka dari pintu masuk.Tanpa banyak kata, Denver menariknya ke dalam mobil. Pria itu sigap memeriksa tanda-tanda syok di wajah Dewi, lalu meraih sebotol air mineral dan menyodorkannya."Minumlah," kata pria itu tegas.Dewi mengangguk, lalu men

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 141 : Panik!

    “Selamat, Dokter Denver. Semoga kali ini kamu menjadi dokter yang lebih baik lagi,” ucap Dewi dengan senyum mengembang dengan jemari menggenggam erat ponsel.“Makasih ... bukankah aku keren? Apa kamu bangga memiliki calon suami sepertiku?” goda pria itu.Meskipun hanya berbicara melalui telepon, Dewi tetap merasakan kehangatan itu. Denver selalu membuatnya nyaman.Setelah beberapa hari menanti, hasil beasiswa akhirnya keluar. Dewi dinyatakan lulus dan harus segera mengurus administrasi kampus. Sementara itu, Denver sibuk menghadiri seminar kedokteran serta menerima penghargaan sebagai dokter terbaik berkat partisipasinya menjadi relawan.“Umm ... Dirgantara pasti bangga punya Papa yang hebat,” sahut Dewi, memilih menyebut nama putranya daripada langsung memuji Denver.Seketika gelak tawa renyah terdengar dari telepon. Rupanya, Denver sangat terhibur dengan ucapan itu.“Tentu saja dia bangga. Aku ini papanya, dan kamu harus memujiku secara langsung. Pulang jam berapa? Aku jemput,” ujar

    Last Updated : 2025-02-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 142 : Jadi Kenyataan!

    Ketegangan itu menular pada Dewi. Dia menatap Dirga sekilas, lalu menghampiri Astuti di samping pintu."S—siapa yang datang, Bu?" tanyanya dengan suara pelan dan nyaris bergetar.Astuti menelan ludah, matanya terpaku pada layar interkom."I—itu, Wi," tunjuknya, suara Astuti terdengar ragu. "Kenapa momennya tidak pas, ya?" gumamnya pada diri sendiri.Dewi mengalihkan pandangan ke layar interkom, dan seketika napasnya tercekat. Dada yang sejak tadi terasa sesak kini makin menghimpit. Jemari ramping gadis itu refleks mencengkeram kuat kemeja putihnya.Andai bisa, Dewi ingin menolak kedatangan wanita itu. Namun, naluri sebagai ibu tidak bisa mengizinkan dirinya melakukan hal itu. Dengan napas tertahan, dia mengangguk."Kamu serius, Wi? Kalau … Nyonya itu cari keributan bagaimana?" bisik Astuti hati-hati, takut didengar oleh Darius yang sejak tadi memperhatikan mereka dengan kening mengerut."Biarkan saja Bu Dwyne ketemu

    Last Updated : 2025-02-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 143 : Pemandangan Menyesakkan

    Dewi merasakan seluruh darahnya mengalir dingin. Pandangan gadis itu sedikit kabur, dan untuk sesaat kakinya seperti kehilangan daya. Dirga. Anak yang baru beberapa jam lalu diambil darinya, kini berada dalam pelukan wanita lain.Lebih menyakitkan lagi, Dwyne menatap sosok itu dengan senyum lembut, sesuatu yang bahkan tidak pernah Dewi dapatkan.'Kenapa wanita itu yang menggendong Dirga?'Pertanyaan itu menjerat benaknya, membentuk simpul kusut tidak terurai dalam hati. Apakah ini sebuah pertanda … bahwa dia dan Dirga suatu hari nanti benar-benar akan terpisah?Akan tetapi, seolah membaca isi pikirannya, Dewi tiba-tiba merasakan sentuhan hangat menjalar pada setiap sela jemari rampingnya. Dia menoleh dan menurunkan pandangan pada genggaman erat tangan Denver."Dokter Denver …," lirih Dewi dengan mata bergetar.Denver menatap intens ekspresi sendu Dewi. Kemudian, pria itu mengukir senyum pada bibirnya dan disusul dengan sentuhan

    Last Updated : 2025-02-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 144 : Jangan Mengambil Milikku!

    Denver melangkah mantap mendekati mobil hitam yang terparkir di area khusus itu. Setiap langkahnya terasa berat, seolah tanah di bawahnya ikut merespons gejolak di dadanya.Mata Denver menajam dan mengunci sosok di balik kaca mobil dengan tatapan penuh kewaspadaan. Perasaan pria itu campur aduk, beberapa asumsi berkelebat dalam benaknya, menciptakan badai yang sulit diredam.Kini, Denver telah berdiri tepat di samping mobil hitam itu. Dia mengetuk kaca jendela dengan ujung jarinya, lalu berdeham."Selamat malam, Om Danis," sapa Denver, terdengar dalam dan penuh ketegangan. "Bisa kita bicara berdua?"Pria paruh baya di dalam mobil mengangkat dagunya sedikit dan sorot matanya tajam juga sulit ditebak. Dengan anggukan pelan, Danis memberi isyarat agar Denver masuk.Keduanya duduk di dalam mobil, suasana terasa lebih dingin dari sekadar embusan AC. Tidak ada kata yang langsung terucap, hanya napas berat yang sesekali terdengar.Denver menatap lurus ke depan, lalu akhirnya membuka suara. "A

    Last Updated : 2025-02-04

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status