Share

Bab 141 : Panik!

Author: NACL
last update Huling Na-update: 2025-02-04 08:56:35
“Selamat, Dokter Denver. Semoga kali ini kamu menjadi dokter yang lebih baik lagi,” ucap Dewi dengan senyum mengembang dengan jemari menggenggam erat ponsel.

“Makasih ... bukankah aku keren? Apa kamu bangga memiliki calon suami sepertiku?” goda pria itu.

Meskipun hanya berbicara melalui telepon, Dewi tetap merasakan kehangatan itu. Denver selalu membuatnya nyaman.

Setelah beberapa hari menanti, hasil beasiswa akhirnya keluar. Dewi dinyatakan lulus dan harus segera mengurus administrasi kampus. Sementara itu, Denver sibuk menghadiri seminar kedokteran serta menerima penghargaan sebagai dokter terbaik berkat partisipasinya menjadi relawan.

“Umm ... Dirgantara pasti bangga punya Papa yang hebat,” sahut Dewi, memilih menyebut nama putranya daripada langsung memuji Denver.

Seketika gelak tawa renyah terdengar dari telepon. Rupanya, Denver sangat terhibur dengan ucapan itu.

“Tentu saja dia bangga. Aku ini papanya, dan kamu harus memujiku secara langsung. Pulang jam berapa? Aku jemput,” ujar
NACL

Tolong dong Dirga sehat selalu jangan sakit T.T Siapa lagi itu yang datang?

| 3
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 142 : Jadi Kenyataan!

    Ketegangan itu menular pada Dewi. Dia menatap Dirga sekilas, lalu menghampiri Astuti di samping pintu."S—siapa yang datang, Bu?" tanyanya dengan suara pelan dan nyaris bergetar.Astuti menelan ludah, matanya terpaku pada layar interkom."I—itu, Wi," tunjuknya, suara Astuti terdengar ragu. "Kenapa momennya tidak pas, ya?" gumamnya pada diri sendiri.Dewi mengalihkan pandangan ke layar interkom, dan seketika napasnya tercekat. Dada yang sejak tadi terasa sesak kini makin menghimpit. Jemari ramping gadis itu refleks mencengkeram kuat kemeja putihnya.Andai bisa, Dewi ingin menolak kedatangan wanita itu. Namun, naluri sebagai ibu tidak bisa mengizinkan dirinya melakukan hal itu. Dengan napas tertahan, dia mengangguk."Kamu serius, Wi? Kalau … Nyonya itu cari keributan bagaimana?" bisik Astuti hati-hati, takut didengar oleh Darius yang sejak tadi memperhatikan mereka dengan kening mengerut."Biarkan saja Bu Dwyne ketemu

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 143 : Pemandangan Menyesakkan

    Dewi merasakan seluruh darahnya mengalir dingin. Pandangan gadis itu sedikit kabur, dan untuk sesaat kakinya seperti kehilangan daya. Dirga. Anak yang baru beberapa jam lalu diambil darinya, kini berada dalam pelukan wanita lain.Lebih menyakitkan lagi, Dwyne menatap sosok itu dengan senyum lembut, sesuatu yang bahkan tidak pernah Dewi dapatkan.'Kenapa wanita itu yang menggendong Dirga?'Pertanyaan itu menjerat benaknya, membentuk simpul kusut tidak terurai dalam hati. Apakah ini sebuah pertanda … bahwa dia dan Dirga suatu hari nanti benar-benar akan terpisah?Akan tetapi, seolah membaca isi pikirannya, Dewi tiba-tiba merasakan sentuhan hangat menjalar pada setiap sela jemari rampingnya. Dia menoleh dan menurunkan pandangan pada genggaman erat tangan Denver."Dokter Denver …," lirih Dewi dengan mata bergetar.Denver menatap intens ekspresi sendu Dewi. Kemudian, pria itu mengukir senyum pada bibirnya dan disusul dengan sentuhan

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 144 : Jangan Mengambil Milikku!

    Denver melangkah mantap mendekati mobil hitam yang terparkir di area khusus itu. Setiap langkahnya terasa berat, seolah tanah di bawahnya ikut merespons gejolak di dadanya.Mata Denver menajam dan mengunci sosok di balik kaca mobil dengan tatapan penuh kewaspadaan. Perasaan pria itu campur aduk, beberapa asumsi berkelebat dalam benaknya, menciptakan badai yang sulit diredam.Kini, Denver telah berdiri tepat di samping mobil hitam itu. Dia mengetuk kaca jendela dengan ujung jarinya, lalu berdeham."Selamat malam, Om Danis," sapa Denver, terdengar dalam dan penuh ketegangan. "Bisa kita bicara berdua?"Pria paruh baya di dalam mobil mengangkat dagunya sedikit dan sorot matanya tajam juga sulit ditebak. Dengan anggukan pelan, Danis memberi isyarat agar Denver masuk.Keduanya duduk di dalam mobil, suasana terasa lebih dingin dari sekadar embusan AC. Tidak ada kata yang langsung terucap, hanya napas berat yang sesekali terdengar.Denver menatap lurus ke depan, lalu akhirnya membuka suara. "A

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 145 : Awal Baru Lebih Besar

    "Sial, aku tidak ingat tentang itu!" gerutu Denver.Dia menutup laptop dengan kasar. Pikirannya terus dipenuhi oleh pertanyaan semalam dan jawaban Dewi yang membuat dada terasa sesak.‘Tapi … Dokter, a—aku tidak mau jadi istri simpanan dan … perceraianku dengan Mas Bima belum resmi.’Kata-kata itu terus terngiang di kepala dan menghantui pikiran Denver tanpa henti. Ditambah lagi, percakapannya dengan Danis semalam membuat kegelisahan makin menjadi. Jemari pria itu mengetuk meja dengan ritme cepat, menunjukkan keresahan yang tidak bisa dia sembunyikan.Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya."Dokter, boleh saya masuk?" tanya seorang wanita terdengar dari balik pintu."Ya, silakan."Saat pintu terbuka, seorang perawat masuk, membawa kabar tentang pasien yang ingin konsultasi bayi tabung. Denver mengangguk, lalu mempersilakan pasien masuk. Namun, matanya membulat seketika setelah melihat siapa yang berdiri di depannya.Dia pasangan Carissa yang baru!Pria itu duduk santai di kursi,

    Huling Na-update : 2025-02-05
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 146 : Ayahku

    Untuk sesaat, atmosfer di sekitar terasa berat dan menghimpit dada. Udara yang tadinya sejuk kini terasa lebih dingin, membuat Dewi menggenggam erat ujung kemejanya. Dari balik punggung lebar Ruslan, dia mengintip dengan napas tercekat saat melihat Danis menatapnya lekat. Ada sesuatu dalam sorot mata pria itu yang membuatnya merinding. "Pak Ruslan, aku mau pulang," cicit Dewi, suaranya itu hampir tidak terdengar. Tubuh Dewi gemetar luar biasa, seolah setiap langkah yang diambil makin menenggelamkannya dalam ketidakpastian. Ruslan mengangguk dan segera mengiringi Dewi melewati Danis yang tetap memusatkan pandangannya pada gadis itu. Namun, tepat saat mereka hendak melangkah lebih jauh, suara rendah dan berat itu menghentikan mereka. "Dewi … lima menit saja." Langkah Dewi terhenti seketika. Dada kecil gadis itu naik turun tidak beraturan. Ada sesuatu dalam intonasi pria itu—hal yang membuat pertahanannya runtuh. Dia ingin terus berjalan dan mengabaikan panggilan itu, tetapi enta

    Huling Na-update : 2025-02-05
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 147 : Tidak Baik-baik Saja

    Tubuh pria paruh baya itu segera dilarikan ke rumah sakit. Darius sudah menunggu di depan pintu IGD, napasnya memburu melihat wajah pucat Danis yang nyaris tidak menunjukkan tanda kehidupan."Om! Bertahanlah!" Darius menggenggam erat pergelangan tangan Danis, merasakan dinginnya kulit pria itu.Dada Danis naik-turun dengan berat, bibirnya membiru, dan matanya setengah terpejam.Darius bergegas membantu tim medis mendorong brankar masuk ke IGD, dengan rasa panik menjalar ke seluruh tubuhnya. Netra Darius tidak sekalipun beranjak dari layar monitor yang menggerakkan grafik serta angka-angka.Setelah dilakukan EKG dan pemeriksaan enzim jantung, rupanya Danis mengalami serangan jantung ringan. Beruntung tim medis cepat tanggap, dengan memberikan obat. Kini pria itu terbaring lemah dengan masker oksigen.Darius duduk di samping Danis dan menggenggam erat tangan pria itu, merasakan genggaman yang berubah melemah."Dewi ... apakah aku harus memanggilnya?" bisik Darius dengan suara tertahan, t

    Huling Na-update : 2025-02-05
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 148 : Dokter Mesum

    Untuk sekali lagi, Dewi membaca dengan seksama barisan kalimat demi kalimat. Jemarinya bergetar saat barisan kata-kata di kertas itu tetap sama, dia tidak salah baca. Pandangan netra sipitnya mulai kabur oleh genangan air mata. Napasnya tersengal, seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya dengan keras."Tidak … ini tidak mungkin," bisiknya.Kertas itu terjatuh lagi dari tangannya, tetapi Dewi tidak bergerak untuk mengambilnya. Tubuh gadis itu seakan terasa lumpuh dan pikirannya kacau. Semua yang diyakini selama ini seketika berantakan dalam sekejap.Mata sipitnya terpejam, lantas mengingat bagaimana pertemuannya pertama kali bersama Danis, lalu cara pandang pria itu dan setiap ucapannya yang merasuk dalam hati. Pikiran Dewi dipenuhi pertanyaan yang belum tentu ingin dia tahu jawabannya.Ketika otaknya sedang kalut, pintu kamar diketuk pelan."Ibu makan duluan saja. Aku tidak lapar," jawabnya lemah, mencoba menenangkan gejolak di dada.Pintu itu terbuka, siluet tubuh tinggi terbalut

    Huling Na-update : 2025-02-06
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 149 : Dokter yang Ugal-ugalan

    Sebelum Dewi sempat menanggapi permintaan Darius, telepon genggamnya berpindah tangan dengan kasar. Jari-jari gadis itu refleks ingin merebut kembali, tetapi Denver sudah lebih dulu menggenggamnya erat.Mata sipitnya membesar dan mulutnya sedikit terbuka karena terkejut dengan sikap impulsif pria itu."Dokter," ucap Dewi tanpa suara.Denver menatap layar ponsel dengan tatapan gelap. Rahang yang tanpa janggut mengeras dan buku-buku jarinya memutih saat menggenggam benda itu. Napasnya terdengar berat, seolah sedang menahan amarah yang mendidih."Untuk apa kamu menghubungi Dewi?" ucap Denver rendah, tetapi penuh ancaman. "Dia bukan pasienmu lagi!"Dewi menelan ludah dan jantungnya berdebar tidak karuan. Dia tahu pria di hadapannya ini sedang cemburu, tetapi ini terasa berlebihan. Lagi pula, ada sesuatu yang ingin dia ketahui dari Darius.Mungkinkah ini tentang hasil tes DNA?Dewi mencoba meraih ponsel kembali, tetapi Denver menghindar. Dengan langkah lebar, dia keluar dari kedai mie, meni

    Huling Na-update : 2025-02-06

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 247 : Lalai Pada Keluarga

    "Wi, ada pasien trauma tingkat 1 di kepala. Tolong bantu."Suara itu menyadarkan Dewi, dia tidak boleh meninggalkan rumah sakit ini sebelum jam kerjanya selesai.Dewi menghela napas panjang, meremas jemarinya yang terasa dingin."Iya Sus." Dewi segera berlari membantu tim medis lain. Barulah setelah menyelesaikan sif-nya di rumah sakit, tanpa memberitahu Denver, dia segera meluncur ke rumah kontrakan Maharani.Begitu sampai, langkahnya terhenti saat melihat Astuti terduduk di lantai ruang tamu, bahunya terguncang karena isakan.Di hadapannya, ads selembar cek senilai seratus juta tergeletak begitu saja di atas meja kayu tua.“Bu Astuti?” Dewi mendekat, menahan detak jantungnya yang berdebar tidak karuan. “Apa yang terjadi?”Astuti mendongak, wajahnya yang sembab memperlihatkan keputusasaan begitu kentara. “Rani pergi ... Dokter Dania kasih uang ini. Seratus juta, Dewi. Ibu takut!”Dewi memicingkan mata, perasaan tidak enak menyergap pikirannya. “Uang sebanyak ini untuk apa?”Astuti

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 246 : Dibawa Pergi

    “Tumben mendadak datang ke sini, Wi?” Intonasi Maharani terdengar tercekat, senyumnya kaku. “Ini masih pagi.”Dewi tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap lekat wajah Maharani, mengamati setiap perubahan ekspresinya. Napas Maharani tampak tersendat, jemarinya mencengkeram gelas susu sangat erat hingga sedikit bergetar. Terlalu jelas dia menyembunyikan sesuatu.“Rani … tujuanku datang ke sini ingin tahu apa hubunganmu dengan Dokter Dania. Aku tidak percaya kalian berteman,” ujar Dewi dengan nada tajam, mata sipitnya menyipit penuh selidik.Tangan Maharani makin gemetar. Gelas yang dipegangnya hampir tergelincir. Wajah yang semula tenang kini memucat.Dewi tidak bisa mengabaikan perasaan tidak nyaman sejak kemarin. Kedekatan tak wajar antara Maharani dan Dania terus mengusik pikirannya. Pagi ini, tanpa banyak berpikir, dia memutuskan mengunjungi rumah kontrakan.Denver yang kebetulan ada kegiatan pagi ini bersedia mengantarnya. Mereka berangkat lebih awal dari biasanya.“Ada apa, Rani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 245 : Ada Hubungan Apa?

    “Hari ini Pratiwi bisa bantu kamu belajar.” Denver menandatangani berkas di layar tabletnya, jemarinya cekatan bergerak tanpa sedikit pun mengalihkan perhatian.“Beneran?” Mata Dewi berbinar. “Memangnya dokterku enggak repot kalau ditinggal Suster Tiwi?” tanyanya sambil menyuapi Dirga dengan lembut, memastikan anaknya mengunyah dengan benar.Meskipun ada pengasuh, Dewi tetap ingin menikmati setiap momen berharga bersama putranya. Bahkan selama seminggu ini, saat dia menjalani masa magang di JB, Dirga selalu mengekor ke mana pun dia pergi, enggan jauh dari sang ibu.“Iya, Sayang. Hari ini aku libur praktik, cuma ada jadwal operasi jam tiga sore.” Denver akhirnya melirik, senyum tipis terbit di sudut bibirnya saat melihat wajah Dewi yang sumringah.Dewi memang sedang menempuh gelar profesinya sebagai perawat praktisi, dan Denver memberid dukungan penuh. Bahkan, dia rela melepas perawat kepercayaan untuk membim

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 244 : Apa yang Terjadi?

    “Bagaimana hasil pemeriksaanku? Umm … kapan program bayi tabungnya?” Maharani menyandarkan punggung pada dinding kamar sempitnya. Dia masih menempelkan telepon genggam di telinga, mendengar suara Dania yang terdengar ceria di seberang sana."Oke. Hasil pemeriksaanmu sangat bagus, Maharani. Dokter bilang badanmu dalam kondisi prima. Dengan obat yang sudah diberikan, sel telurmu berada dalam kualitas terbaik," tutur Dania yang suaranya penuh kepuasan.Maharani tersenyum getir. "Itu … kabar baik. Aku ingin semua berjalan lancar. Aku juga mau minta tolong Dokter Dania untuk daftar operasi plastik di rumah sakit JB … setelah melahirkan."Dania terdiam sejenak, lalu tertawa tanpa suara dan geleng-geleng. "Gampang. Aku bisa mengurus semuanya untukmu. Kamu hanya perlu menunggu kehamilan itu saja."Maharani menarik napas panjang dan berbisik, "Boleh aku minta sesuatu?”“Katakan saja!”“Umm … tolong siapkan tempat tingg

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 242 : 500 Juta Untuk Sewa Rahim

    "Hari ini aku ke kampus. Ada kelas," kata Darius dengan suara datarnya. Pagi ini, Darius merapikan jasnya di depan cermin. Dia melirik Dania yang masih berbaring di tempat tidur dengan wajah ketus. Sejak tadi, wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semalam, Darius berhasil menggagalkan rencana liciknya. Tabung kecil berisi benihnya sudah dia amankan sebelum Dania sempat membawanya pergi. “Aku berangkat dulu,” ucap Darius lembut, dan mengecup puncak kepala sang istri. Dania tetap diam. Tangan wanita itu sibuk mengetuk-ngetuk layar ponsel, tetapi sorot matanya menunjukkan kekecewaan mendalam. Saat Darius hendak melangkah keluar, Dania bersuara pelan, tetapi penuh sindiran. “Kamu pikir bisa lolos terus?” Wanita itu menatap tajam pada Darius. "Aku akan menggunakan cara lain, apa kamu lupa aku ini lulusan kedokteran?" Darius berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 241 : Mengambil Kesempatan

    Pagi-pagi sekali, Dania sudah tiba di Rumah Sakit JB. Dia melirik ke kanan dan kiri, lalu melangkah masuk ke dalam area klinik poli estetika.Wanita itu mengendap-endap layaknya penyusup, senyum tipis terpatri di wajahnya. Setelah berhasil mendapatkan sedikit informasi dari para perawat kemarin, hari ini dia berniat menggali lebih dalam.“Aku yakin Maharani itu kompeten,” gumamnya, dengan mata waspada, khawatir Darius mengikutinya.Dari balik meja resepsionis, seorang wanita berkulit sawo matang menyambut dengan senyum ramah. “Selamat siang, Dokter Dania, ada yang bisa saya bantu?”Dania menyeringai dan mengangguk kecil, lalu berdeham. “Aku mau bicara sama salah satu perawat di sini.”Wanita itu meneliti Dania sesaat, lantas mengangguk. “Sebentar, saya panggilkan.”Tidak butuh waktu lama, seorang wanita berkacamata dengan seragam perawat rapi datang menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu, Dokter Dania?”Dania tersenyum r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 240 : Ibu Pengganti

    Dania memandang kertas kecil di tangannya. Sebuah rincian medis atas nama seseorang."Maharani Putri, rincian biaya bedah plastik," ucapnya. Mata wanita itu menyipit, meneliti nama itu dengan saksama. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, seakan-akan dia pernah mendengar dan bahkan mengenal orang ini.Awalnya, dia hendak meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, telinganya menangkap bisikan dua orang perawat yang baru saja keluar dari poli estetika, tengah berbincang di dekatnya."Kasihan, ya? Maharani apes banget.""Benar. Begitulah orang kaya, kalau tidak butuh, ya, ditendang.""Padahal dia bisa saja minta tolong sama Pak Rudi. Dia 'kan pernah jadi ibu pengganti."Langkah Dania seketika terhenti. Jari-jarinya yang tadi hendak membuang kertas itu kini mengurungkan niatnya dam menjauh dari tempat sampa. Mata wanita itu kembali tertuju pada tulisan pada kertas medis di tangannya. Maharani Putri. Ibu pengganti?Tiba-tiba sja senyuman miring terukir di bibirnya. Kerta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 239 : Anak Kecil Itu Pengganggu

    Dewi menatap wajah kecil dalam dekapannya. Tubuh mungil itu terasa menghangatkan hati, tetapi pikirannya merambat begitu dingin. Kata-kata Dania tadi masih menusuk-nusuk benaknya, berputar tanpa henti seakan menjadi mantra kutukan. "Mama, aku mau bobo dipeluk Mama, ya?" Dirga menggumam pelan, matanya yang indah mulai meredup dalam kantuk. Dewi tersentak dari lamunannya. Dia menelan ludah, berusaha mengembalikan fokus ke putranya. Bibir merah muda wanita itu melengkung samar, meskipun hatinya masih penuh gundah. "Iya, Sayang. Mama bakal peluk Dirga semalaman." "Janji. Mama nggak hilang, ya?" Bocah itu menatap sang mama dengan mata ngantuknya. "Janji, Bos Kecil." Dirga tersenyum kecil mendengar ucapan mamanya, lalu menyusup lebih dalam ke pelukan Dewi. Napas anak itu mulai teratur, tangannya masih menggenggam baju ibunya erat. Seakan takut jika melepaskan, Dewi akan kembali hilang. Denver melirik ke kaca spion, melihat istrinya yang masih menunduk, membelai rambut putranya de

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status