Share

Bab 127: Tidak Mungkin!

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 15:22:30
Beberapa jam lalu di lokasi longsor, Ruslan yang turut serta dalam pencarian berdiri di bawah rintik gerimis. Pandangannya yang kabur oleh air hujan terpaku pada sesuatu yang menyembul dari balik tumpukan tanah. Dengan tangan bergetar, dia memungut benda kecil itu.

“Ini …,” gumam Ruslan, napasnya tercekat. “Cincin Nona Dewi.”

Jantung pria itu berdebar dan harapan muncul seiring benda itu dalam genggamannya.

“Sebelah sini! Tolong aku!” Ruslan berteriak lantang, suaranya melawan gemuruh hujan.

Tim SAR segera merapat, membawa cangkul dan peralatan lainnya. Prosesnya tidak mudah; material tanah yang padat dan akar pohon yang melilit memperlambat mereka. Namun, kegigihan mereka membuahkan hasil.

Sebuah tas dengan logo Rumah Sakit JB tertahan pada akar pohon. Tak lama kemudian, embusan napas lemah terdengar dari bawah.

“Pak Denver!” teriak Ruslan, emosinya meluap.

Tubuh Denver ditemukan dalam kondisi lemah, cedera parah di kepala dan kaki membuatnya tak sadarkan diri. Masker oksigen yang dip
NACL

ya ampun Denver T.T Apaaa lagi ini? Terus siapa itu dia main masuk aja ke ruangan Denver?

| 8
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
NACL
bab barunya sudah up ya kakak makasih╰⁠(⁠^⁠3⁠^⁠)⁠╯
goodnovel comment avatar
NACL
kasian ihh dewi •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀•́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀•́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀
goodnovel comment avatar
NACL
semoga bener ya kak bab baru sudah up kakak。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 128 : Lupa Segalanya

    Dewi meremas tiang infusnya, netra sipitnya terpaku pada Dwyne dan Ruslan yang berdiri di depan pintu ruang rawat Denver. Ada jarak yang tak kasat mata memisahkan dirinya dari pria itu, membuat hatinya terasa kosong dan hampa.“Dewi!” panggil Astuti.Tubuh ringkih wanita itu berlari kecil mendekati Dewi yang tengah bersembunyi di balik dinding. “Kenapa kamu keluar kamar? Ayo, Nak, kamu harus istirahat!” tegasnya, merangkul bahu Dewi yang terkulai lemas.Astuti dengan penuh kasih membantu Dewi kembali ke ranjang, menyelimutinya secara hati-hati. Namun, gadis itu hanya diam, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.“Kamu kenapa? Perutnya sakit? Ibu panggil dokter, ya,” ucap Astuti, suaranya penuh kekhawatiran.Dewi menahan tangan Astuti, menatap wajah keriput itu dengan lekat, lalu menggeleng pelan. “Dokter Denver … lupa segalanya, Bu.”Suara Dewi terdengar lirih, seperti kepingan hati yang jatuh berhamburan. Matanya berkabut, mengingat bagaimana Denver menatap kosong ke arah C

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 129 : Calon Istri Baru Untuk Denver?

    "Melihat anakku dan Dewi. Mama tunggu saja di sini,” pamit Denver sembari menahan nyeri pada pinggang dan menyeret kaki yang terasa berat.Sayang, semesta seakan tidak memihak padanya. Rasa lembab pada sisi perut membuatnya meraba bagian tersebut. Saat tangannya kembali ke depan matanya, noda merah yang melekat di sana membuat rahang pria itu mengatup kuat.“Lihat ‘kan, kamu terlalu memaksakan diri!” cecar Dwyne dengan tatapan tajam.Tanpa menunggu Denver membantah, wanita itu langsung merangkul putranya, menyeretnya kembali ke ranjang.“Tolong pastikan tidak ada infeksi apa pun,” titah wanita itu kepada tim medis yang segera bergerak.Dengan berat hati, Denver kembali berbaring, membiarkan dokter menangani lukanya. Namun, keinginan Denver untuk bertemu Dewi dan putranya tidak surut sedikit pun.Pandangan pria itu bergerak ke arah Ruslan yang berdiri kaku di sudut ruangan. Dengan gerakan halus, Denver mengisyaratkan sesuatu padanya. Ruslan mengangguk paham dan segera melesat keluar.“B

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 130 : Godaan Dokter Tampan

    Seketika napas Dewi tersengal, tubuhnya membeku dengan air mata yang kembali membasahi pipi. Sungguh, dia belum siap menerima kenyataan pahit dari informasi perawat itu.Bahkan kini tubuh mungilnya bergetar hebat, seolah jiwa gadis itu berusaha menolak apa pun yang akan dikatakan selanjutnya. Dada Dewi terasa sesak, seakan seluruh udara di lorong ini menghilang.“A—anakku … apa yang terjadi padanya?” lirihnya dengan suara serak.Denver berdiri di sampingnya, dengan rahang mengeras, dan detak jantung berpacu tidak karuan. Tangan pria itu secara refleks menggenggam pegangan kursi roda Dewi lebih erat, seolah memberi kekuatan untuk menahan tubuhnya yang tiba-tiba melemah.“Katakan!” titah Denver dengan suara tegar, tetapi dalam hatinya, dia merasakan kepanikan luar biasa.Sama halnya dengan Darius dan Astuti yang menegang di belakang mereka.Perawat itu menelan ludah gugup, melihat reaksi orang tua bayi yang kini menatapnya penuh harap dan ketakutan. “Bayi Anda … mengalami demam dan menol

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 131: Kesepakatan Menyakitkan

    “Ternyata uang lebih penting bagimu daripada menjadi istriku, ya?” Denver mencolek puncak hidung mungil Dewi yang mancung. Membuat pemiliknya menggeliat dan menepis tangan itu dalam tidur.Bukannya menjauh, justru Denver makin menggeser tubuhnya dekat dengan Dewi. Padahal pinggang pria itu tidak boleh terkena gesekan dan sentuhan, tetapi dia nekat.Bahkan Denver mencuri ciuman di bibir merah muda gadis itu.Dia ingin melumatnya, tetapi suara pintu yang terbuka membuatnya pura-pura tidur.Ya, semalaman dua insan itu berbagi ranjang pasien. Meskipun Dewi menolak, Denver tidak memedulikan dan bersikeras tidur di sini. Termasuk melawan sang mama yang tadi malam menjemputnya ke kamar ini.Itu sungguh memalukan bagi Denver. Dia bukan lagi anak TK, tetapi Dwyne memperlakukannya bagai bocah ingusan.“Ternyata mereka masih tidur,” bisik seseorang sambil menaruh satu bungkus makanan di atas meja.Denver membuka sedikit matanya, lalu menatap Dewi yang perlahan menggeliat. Dia menahan senyum karen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 132: Di Mana Anakku?!

    Tubuh Dewi tersentak, matanya membelalak lebar. Napasnya memburu dan dadanya naik turun dengan cepat. Keringat dingin mengalir di pelipis, tangan ramping gadis itu gemetar saat meraba kasur di sampingnya. Tidak ada!"Anakku!" pekiknya dengan suara tercekat.Sebelum kepanikannya makin memuncak, sepasang tangan hangat menggenggam jemarinya dengan erat."Sayang, tenang. Aku di sini," bisik suara itu, "kamu mimpi buruk lagi?"Dewi menggigit bibir, matanya kembali berkaca-kaca. Dia menoleh ke samping dan berujar dengan napas tersengal, "Dokter … aku mimpi … seseorang mengambil anak kita, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa."Mendengar pernyataan itu, Denver langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya, membiarkan gadis itu bersandar di dada bidangnya."Tidak akan terjadi. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil anak kita," bisik pria itu di atas kepala Dewi.Dewi terdiam sesaat dalam dekapan hangat itu, mendengar detak jantung Denver yang stabil. Rasanya … begitu menenangkan."Aku … takut

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 133: Tidak Ingin Jadi Istrimu!

    "Kamu yakin mau pergi sendirian? Ibu bisa minta tolong Rani antar kamu, Wi," tutur Astuti menatap cemas pada Dewi.Sedangkan yang ditatap justru berusaha tegar dan tenang. Jemarinya mengusap lembut bahu Astuti sebelum beralih mendekati ranjang bayi, tempat putranya terlelap nyaman dan hangat. Setelah mandi dan minum susu, bayi mungil itu tidur lagi."Mama berangkat dulu, ya, Sayang. Baik-baik sama Nenek." Jemari Dewi mengelus pipi lembut bayinya. Ada rasa syukur karena bisa melihat makhluk mungil itu lagi di pagi ini."Bu, titip anakku, ya," ujarnya pada Astuti yang membalas dengan anggukan penuh pengertian.Dewi meninggalkan apartemen dengan langkah mantap. Namun, makin dekat ke rumah tahanan, napasnya terasa berat. Hatinya berdebar, bukan karena rindu, melainkan karena ketakutan yang tak terhindarkan.Ini kali pertama dia bertemu Bima setelah semuanya berubah. Statusnya masih sebagai istri pria itu, tetapi hati dan jiwanya sudah lama ingin bebas.Saat keduanya duduk berhadapan, Bima

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 134 : Kepedihan Lalu

    "Kenapa kamu melamun?"Suara berat itu mengempaskan lamunan Dewi tentang Bima. Dia mengerjap, lalu menoleh ke arah Denver yang tengah menatapnya dalam-dalam. Seolah pria itu bisa membaca isi hatinya hanya dengan sekali pandang.Dewi membuka bibir, tetapi tidak ada suara yang keluar. Bahkan bukan tentang Bima, tetapi lebih ke perasaan aneh yang bergemuruh dalam dada setiap kali Denver menatapnya seperti ini."Apa yang dia katakan?" Suara Denver lebih rendah sekarang, juga menekan. "Dia mengancammu, hmm? Bilang padaku, Dewi," desaknya.Dewi tersentak dan buru-buru menggeleng. "Oh … bukan apa-apa."Dia tersenyum canggung, mencoba meraih bayi dari gendongan Denver. Namun, alih-alih menyerahkannya, pria itu malah menggeser tangan ke belakang, membuat posisi bayi makin jauh.Dewi hampir kehilangan keseimbangan dan tanpa sadar tangannya bertumpu pada dada bidang pria itu.Kedekatan ini … terlalu berbahaya."Kamu tahu ini terlalu dekat, bukan?" bisik Denver, suaranya serak dan napasnya mengha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 135: Dia Menghilang

    Setelah makan malam singkat dengan latar sedikit romantis, tetapi berujung berbagi kesedihan, Denver menggendong putra kecilnya dan memberikan bayi itu botol susu."Kalau sudah besar nanti, Papa harap kamu jadi seorang dokter, terserah mau ambil spesialis apa pun," kata Denver sambil menatap dalam mata jernih putranya, yang bibirnya kuat menyedot susu dari botol.Interaksi itu membuat hati Dewi menghangat. Pemandangan ini seperti impian yang sejak lama dia harapkan.Ini terlalu indah jika harus berakhir. Dia ingin membangun rumah tangga bahagia bersama pasangannya. Tentu saja, awalnya dia mengira pria itu adalah Bima.Tangan Dewi yang sedang melipat pakaian bayi terhenti saat air matanya mengalir tanpa bisa dia cegah. Dia buru-buru menyekanya sebelum Denver menyadari."Kenapa harus jadi dokter seperti Papanya? Bukankah bagus kalau dia menentukan sendiri?" timpal Dewi dengan dagu terangkat, membuat Denver menatap dengan intens."Tentunya anakku itu harus banyak menolong orang-orang, Dew

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status