Home / Romansa / Terjebak Dua Cinta / Bab 05 - Istri Pajangan

Share

Bab 05 - Istri Pajangan

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-30 10:55:04

Jalinan waktu terus berjalan. Masa yang diberikan Farzan untuk berpikir, hampir tiba. Hal itu menyebabkan Tanti gelisah dan sulit berkonsentrasi. 

Kegundahan hati Tanti kian bertambah karena Yosrey berulang kali mendatanginya di kafe. Pria berkumis tipis tidak berani berkunjung ke rumahnya karena pasti tidak akan disukai orang tua Tanti. 

Sore itu, perempuan berambut sebahu baru selesai bekerja. Dia tengah mengemasi meja ketika ponselnya berdering. Tanti melirik pada benda yang tengah diisi daya di samping kanan. Dia segera mencabut kabel untuk mengangkat ponsel dan menerima panggilan. 

"Assalamualaikum," sapa Farzan.

"Waalaikumsalam," jawab Tanti. 

"Maaf ganggu. Tapi ini benar-benar urgent." 

"Ya, Mas. Nggak apa-apa." Tanti terdiam sesaat, lalu bertanya, "Ada yang bisa kubantu?" 

"Ayah menolak makan dari pagi. Walaupun udah pakai infusan, tetap saja kami khawatir." 

"Astaghfirullah." 

"Apa kamu ada waktu? Maksudku, untuk datang dan menemui beliau." 

Tanti melirik pergelangan tangan kiri, kemudian menjawab, "Ya, Mas. Bisa." 

"Bagus. Segeralah turun. Aku ada di tempat parkir." 

Farzan menutup sambungan telepon tanpa berpamitan. Tanti terpaku sesaat, sebelum melanjutkan berkemas dan jalan keluar. Perempuan bersetelan blazer biru menuruni tangga dengan hati-hati hingga tiba di lantai satu. 

Tanti sempat berbincang dengan manajer kafe, sebelum mengayunkan tungkai menuju tempat parkir. Farzan ternyata telah keluar dari mobilnya dan menyandar ke pintu mobil sambil menunggu Tanti tiba.

Pria berhidung bangir menyunggingkan senyuman menyambut perempuan berkulit kuning langsat. Farzan menegakkan tubuh dan bersiap untuk membukakan pintu mobilnya. 

"Aku pakai mobilku saja, Mas," tutur Tanti setelah tiba di dekat lelaki berkemeja marun. 

"Nggak usah. Nanti kuantar pulang ke rumahmu. Sekalian ada yang ingin kubicarakan dengan Om Saad," jelas Farzan. 

"Tentang apa?" 

"Kita bicarakan sambil jalan." Farzan membukakan pintu samping kiri kendaraannya. "Ayo, masuk. Terlalu sore nanti jalanan macet," sambungnya. 

"Ehm, ya." 

Tanti beranjak memasuki mobil. Farzan menutup pintunya, kemudian memutari kendaraan dan membuka pintu samping kanan. 

Tidak berselang lama, mobil MPV hitam bergerak menjauhi tempat parkir dan bergabung dengan ratusan kendaraan di jalanan. 

Selama beberapa saat suasana hening. Farzan memfokuskan pandangan ke depan. Sementara Tanti mengarahkan perhatian ke sekeliling sembari menunggu lelaki di sebelahnya memulai percakapan. 

"Ti, sudah ada jawabannya?" tanya Farzan yang mengejutkan Tanti. 

"Ehm, ini baru lima hari, Mas. Masih ada waktu dua hari lagi untuk berpikir," kilah Tanti. 

"Waktu Ibu nelepon tadi dan memintamu datang, beliau juga memintaku menemui Om Saad. Kita udah nggak bisa ngelak, Ti." Farzan melirik sekilas, kemudian kembali menatap ke depan. "Kecuali kalau kamu menolak, maka aku bisa langsung menjelaskan hal itu pada keluargamu dan juga orang tuaku," pungkas. 

Tanti menggigit bibir bawah. Dia benar-benar bingung harus memutuskan apakah hendak menerima permintaan Farzan, ataupun menolaknya. Kedua jawaban itu sama-sama memiliki konsekuensi yang berat. Terutama karena akan mempengaruhi hubungan persahabatan keluarga Bramanty dan keluarga Hendrawan. 

Tiba-tiba sebuah mobil SUV abu-abu menyalip dari kiri dan menyebabkan Farzan terkejut. Dia mengerem mendadak ketika mobil tersebut berhenti. Pengemudi SUV keluar sembari memberi kode agar Farzan menepikan kendaraan. 

Tanti membulatkan matanya ketika memastikan bila Yosrey-lah yang menghentikan mobil. Tanti menimbang-nimbang sesaat, sebelum membuka sabuk pengaman dan hendak keluar. 

"Mau ke mana?" tanya Farzan. 

"Menemuinya," sahut Tanti. 

"Dia itu siapa?" 

"Ehm, teman." Tanti membuka pintu dan segera turun. "Tunggu sebentar, Mas," pintanya sembari menutup pintu. 

Farzan memandangi perempuan yang mendatangi lelaki berkemeja putih. Keduanya terlibat percakapan serius. Farzan mengangkat alisnya ketika pria berdasi hitam menarik tangan Tanti dan mengajaknya pergi. Tidak peduli perempuan tersebut berteriak memprotes, tetapi dirinya tetap dipaksa jalan.

Farzan melepaskan sabuk pengaman dan bergegas turun. Dia berlari mengejar kedua orang yang bergerak menjauh. Farzan memegangi kedua bahu Tanti agar tidak bisa ditarik lagi. 

"Mas, lepasin!" geram Tanti sembari berusaha menarik tangannya dari cekalan sang mantan.

"Kamu harus ikut aku!" titah Yosrey. 

"Sorry, Bung. Tapi Tanti tidak akan ke mana-mana," ungkap Farzan. "Jadi, lepaskan tangannya!" tegasnya sembari menatap tajam pada pria yang tubuhnya sedikit lebih tinggi darinya. 

"Kamu siapa, hah?" Yosrey memelototi Farzan. "Ini urusanku dengan dia. Nggak ada hubungannya denganmu!" geramnya. 

"Dia jelas ada hubungan denganku," ungkap Tanti. 

"Apa maksudmu?" tanya Yosrey. 

"Dia ... calon suamiku." 

Yosrey terkesiap. Dia memandangi laki-laki berkemeja marun. "Calon suami?" desaknya sambil menatap perempuan di hadapannya dengan tajam.

"Ya." Tanti menghempaskan tangannya hingga terlepas dari cekalan sang mantan. 

"Kenapa kamu nggak ada ngomong soal itu?" 

"Sudah, tapi Mas nggak percaya, kan?" 

"Kupikir kamu mengada-ads." 

"Enggak. Aku serius." Tanti menggeser badan mendekati Farzan dan melingkarkan tangan kiri ke lengan kanan pria yang tetap diam. "Sekarang Mas pasti paham, kenapa aku menolak untuk kembali menjalin kasih," sambungnya. 

Yosrey tidak menyahut. Dia masih terkejut dengan kenyataan di hadapannya. Pria berparas manis memandangi tangan pasangan tersebut yang saling mengait. Hatinya memanas karena tidak menyukai hal itu. 

"Yuk, Mas. Kita sudah ditunggu," ucap Tanti sembari memandangi Farzan yang membalas dengan anggukan. 

"Kami permisi," tutur Farzan, sebelum memutar badan dan mengajak Tanti menuju mobilnya.

Sekian menit berlalu, Yosrey masih terpaku di tempatnya. Pria tersebut masih tidak mempercayai apa yang baru saja dilihatnya. Yosrey terkejut, karena tidak menduga jika Tanti benar-benar telah mengalihkan hati pada lelaki tadi. 

Sementara itu di mobil, Tanti masih menyandar ke pintu sembari memejamkan mata. Dia merasa malu pada Farzan karena harus menjadi saksi perdebatannya dengan Yosrey. 

"Ti, tadi itu, mantanmu?" tanya Farzan, setelah tidak bisa menahan rasa penasaran. 

Tanti membuka mata, kemudian menyahut, "Ya." Dia menoleh ke kanan, lalu melanjutkan ucapan. "Maaf, tadi aku terpaksa berbohong dan mengatakan kalau Mas calon suamiku," ungkapnya. 

"Enggak apa-apa. Tapi, aku penasaran. Kenapa dia memaksamu ikut dengannya?" 

"Dia mau ngajak aku ke rumahnya. Dari pagi dia udah nge-chat, tapi nggak kugubris." 

"Kutebak, kalian putusnya tidak baik-baik, betul?" 

"Hu um." 

Farzan manggut-manggut. "Dia kayaknya cemburu padaku." 

"Abaikan." 

Tanti mengamati area luar. Pikirannya berkecamuk antara Yosrey dan lelaki di sebelah kanan. Permintaan kedua pria itu hampir sama, yakni mengajaknya menikah. Perbedaannya adalah, posisinya sebagai istri.

Tanti menarik napas dalam-dalam dan menahannya sesaat, sebelum melepaskannya perlahan. Ruang di hatinya masih menyisakan rasa sayang pada Yosrey. Namun, Tanti tidak yakin akan kesetiaan pria tersebut. 

Selain itu, orang tuanya sudah menegaskan agar Tanti tidak lagi menjalin hubungan dengan Yosrey yang telah menyakiti hatinya. Perempuan berbibir tipis menyadari jika itu menjadi salah satu alasan sang bapak menerima perjodohan dengan Haedar. Yakni, Saad tidak mau anaknya dinikahi Yosrey. 

Tanti menggigit bibir bawah. Dia menyadari jika menikahi sang sopir, maka dia hanya akan menjadi istri pajangan Farzan. Belum lagi berbagai permasalahan yang harus dijalani selama setahun ke depan yang pastinya akan rumit. 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
yg paling kasihan di sini Tanti
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kasian Tanti kayak yang di kejar kejar sama penagih utang aja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 06 - Pasrah

    Sambutan hangat Nuri pada Tanti, mengingatkan Farzan akan sambutan berbeda ibunya pada Ristin tempo hari. Pria berkemeja marun mendengkus pelan menyaksikan bagaimana senangnya Nuri karena didatangi Tanti. Farzan mengamati kala perempuan bersetelan blazer biru mendatangi Haedar dan menyalaminya dengan takzim. Farzan kembali membatin jika sang ayah juga terlihat senang dengan kedatangan anak sahabatnya. Percakapan ringan dilakukan Tanti dan Nuri. Farzan tidak urun bicara. Dia hanya mengamati interaksi kedua perempuan berbeda generasi yang terlihat begitu akrab."Maaf, aku ke sini nggak bawa apa-apa," tutur Tanti. "Tidak apa-apa, Nak. Kamu datang saja, Ibu sudah senang," balas Nuri. "InsyaAllah, kalau ke sini lagi, aku bawakan menu terbaru dari kafe." Tanti mengalihkan pandangan pada lelaki tua yang matanya sama sendunya dengan sang putra. "Om mau dibawakan apa?" tanyanya. Haedar menggeleng. "Saya cuma ingin kamu sering-sering ke sini," tuturnya dengan suara pelan. Tanti mengangguk

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 07 - Apa Kamu Masih Cinta Sama Dia?

    07Jalinan detik bergulir menjadi menit. Perputaran jam berlanjut begitu cepat hingga hari berganti menjadi minggu. Haedar akhirnya diizinkan pulang oleh tim dokter karena kondisinya sudah membaik. Pria tua menuruti semua nasihat dokter. Haedar tidak menolak apa pun yang disuguhi istrinya untuk dimakan. Lelaki berkumis dan berjanggut berusaha keras agar bisa lekas pulih, demi menyongsong acara pertemuan keluarga dengan calon besan.Tanti tidak menduga jika orang tuanya begitu gesit mempersiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan acara perkenalan keluarga sekaligus lamaran. Perempuan bermata cukup besar masih terkaget-kaget menyaksikan semua kehebohan di rumahnya, tepat dua minggu setelah dia menerima perjodohan. Sabtu pagi, Tanti didandani Sovia Mindira, kakaknya yang baru tiba kemarin malam dari Yogyakarta. Sovia sudah bermukim di sana sejak lima tahun silam, untuk mengikuti suaminya, Rauf, yang bertugas di kota gudeg tersebut. Sovia yang berprofesi sebagai penata rias, begitu

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 08 - Perjanjian

    08Pertanyaan Farzan tadi siang masih terngiang-ngiang di telinga Tanti. Dia tidak menduga jika Farzan akan menanyakan hal yang selama itu menjadi kebimbangan hatinya. Tanti tadi tidak menyahut. Dia hanya menggeleng tanpa menjelaskan apa pun. Bagi Tanti, itu sangat privasi. Meskipun mereka akan menikah, Farzan tidak perlu mengetahuinya. Malam kian larut. Tanti memasuki kamarnya dan mematikan lampu utama. Dia berpindah ke meja rias untuk menyalakan lampu kecil, kemudian mencabut kabel pengisi daya dan meraih ponselnya. Tanti menghempaskan badan ke tepi tempat tidur. Dia membuka kunci layar ponsel dan mengecek puluhan pesan yang masuk. Satu nama yang mengirimkan banyak pesan membuat Tanti berdecih. Dia mengabaikan pesan-pesan itu dan beralih berselancar dalam dunia maya. Dering ponselnya menyebabkan Tanti menjengit. Dia mengamati nama pemanggil, sebelum mendengkus kuat. Namun, Tanti akhirnya memutuskan untuk menerima panggilan karena tahu orang yang menelepon tidak akan berhenti sam

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 09 - Terburu-buru Menikah Untuk Menutupi Sesuatu?

    09Beberapa hari telah berlalu dari pertemuan terakhirnya dengan Farzan. Siang itu, pria berkumis tipis tiba-tiba datang ke kafe dan mengajak Tanti menemui ibunya. Meskipun bingung, perempuan berkulit kuning langsat tetap memenuhi permintaan laki-laki berkemeja hijau lumut. Sepanjang perjalanan Farzan mengajak Tanti berbincang mengenai bisnis. Dia dan teman-temannya berencana membangun resor di Lembang. Farzan mengajak Tanti untuk menjadi rekanan yang khusus menyediakan pastry dan berbagai macam kue. "Ya, Mas. Aku mau," ungkap Tanti sembari memandangi Farzan dengan sorot mata berbinar-binar. "Oke. Senin depan, meeting pertama. Kamu ikut," terang Farzan. "Acaranya di mana dan jam berapa?""Ruang rapat hotel. Nanti kamu bisa sekalian diskusi dengan wedding organizer. Mungkin ada masukan sebelum mereka mempersiapkan dekorasi untuk resepsi kita." "Semuanya sudah kuserahkan sama Bunda dan Ibu. Biar mereka yang urus tentang itu. Aku cuma mau fokus pada diri sendiri." Farzan melirik se

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 10 - Orang Ketiga

    10Tanti jalan mondar-mandir sepanjang ruang kerjanya. Dia sekali-sekali akan melirik pergelangan tangan kanan untuk mengecek arloji. Detik demi detik menunggu terasa begitu lama bagi perempuan berbaju abu-abu. Kala ponselnya berbunyi, dia segera mengangkatnya. Tidak berselang lama Tanti sudah jalan menyusuri tangga. Setibanya di lantai satu, dia menyambangi pria berkemeja biru tua yang tengah duduk di kursi dekat meja kasir. Setelah menempati kursi seberang Farzan, Tanti langsung menceritakan tentang perdebatannya kemarin malam dengan Yosrey. "Ternyata dia benar-benar mencari tahu tentang Mas lewat akun instagram. Jadi, waktu Ristin men-tag Mas, kebukalah semuanya," tutur Tanti. Farzan mendengkus pelan. Dia tidak menduga jika Yosrey akan menggali informasi tentang dirinya. "Akunnya apa? Biar kublokir," cakapnya. "Kupikir dia pakai akun palsu. Akan ketahuan kalau dia gunakan akun asli." "Ehm, ya, benar juga." "Tolong sampaikan ke Ristin, untuk sementara jangan up apa pun yang b

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 11 - Membagi Hati

    11Kedatangan Farzan yang bertepatan dengan azan magrib, mengejutkan orang-orang di kediaman Saad. Tanti yang menemui calon suaminya dengan ditemani Nabila, mengulaskan senyuman ketika Farzan menyerahkan satu buket bunga. "Buatku, nggak ada, Mas?" tanya Nabila. "Nanti kubelikan," balas Farzan. "Beneran, loh, ya." "Hu um. Mau bunga apa?" "Tulip, minimal dua puluh tangkai. Lalu diselipkan kartu ATM dengan saldo minimal seratus juta." "Waduh! Perampokan itu." Keduanya tergelak, sementara Tanti hanya menggeleng pelan. Perempuan bermata cukup besar mengajak Farzan duduk, kemudian dia memberikan buket bunga pada Nabila yang membawanya ke dalam. "Mas nggak salat?" tanya Tanti. "Mau. Numpang salat di sini," jawab Farzan. "Ehm, mau minum apa? Kubuatin sambil nunggu Mas salat." "Kopi susu." Tanti mengangguk Dia hendak berdiri, tetapi dicegah Farzan. "Ada apa?" tanyanya. "Habis salat, kita keluar, yuk!" ajak Farzan. "Mau ke mana?" "Makan sate di simpang lima." "Aku lagi dipingit

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 12 ' Menjelang Pernikahan

    12Langit pagi Kota Bandung sangat cerah. Awan putih berarak melintasi lapisan atas. Udara minim polusi kian menyegarkan siapa pun yang tengah menikmati keindahan panorama. Tanti mendengarkan kesibukan orang-orang di halaman belakang, yang tengah berjibaku menyiapkan makanan, untuk acara pengajian sekaligus selamatan, yang akan dilangsungkan nanti siang. Perempuan bermata cukup besar tidak mengetahui jumlah pasti para tetangga yang ikut membantu juru masak keluarga. Namun, dia meyakini jika jumlah mereka banyak. Sekali-sekali terdengar gelakak mereka yang turut memancing senyuman Tanti. Dia ikut terbahak kala mendengar latahnya Nenek Ros yang tinggal di rumah sebelah kanan. Panggilan dari luar menyebabkan tawa Tanti menghilang. Dia mempersilakan orang yang tengah mengetuk pintu untuk segera masuk. Secarik senyuman terbit di paras ayu Tanti ketika melihat kedua sepupunya yang tinggal di Jakarta ternyata telah datang. Kedua perempuan yang rambutnya sama-sama pendek, bergantian mend

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 13 - Yes, I'm A Lion

    13Sabtu pagi, konvoi belasan mobil melintasi jalan raya BKR. Farzan yang berada di mobil sedan mewah milik Saad yang berada di bagian terdepan, berusaha menenangkan jantungnya yang sejak tadi berdegup kencang. Farzan menyadari bila pernikahannya dengan Tanti adalah sebuah tanggung jawab besar. Pria berbeskap sage kian meragukan keputusannya untuk menikah pura-pura. Terutama karena dirinya mengingat petuah Haedar kemarin malam. Farzan menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia menimbang-nimbang untuk membicarakan hal itu pada Tanti, nanti malam. Meskipun tidak yakin calon istrinya akan setuju, tetapi Farzan tetap akan mencobanya. Mobil yang dikemudikan Irshad berbelok ke kiri menyusuri jalan sepi. Puluhan meter berikutnya konvoi memasuki sebuah gang yang cukup besar. Beberapa petugas parkir berseragam rompi hijau, mengarahkan semua mobil untuk parkir di tanah kosong, tepat di sebelah kanan kediaman Saad. Para penumpangnya turun dan spontan merapikan pakaian masing-ma

Latest chapter

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 51 - Takdir

    51Jalinan waktu terus bergulir. Sebab Farzan harus sering ke tempat proyek, akhirnya Tanti mengikuti saran Evangeline untuk menyibukkan diri dengan berbagai hal positif.Tanti mengikuti kursus memasak makanan western dan aneka kue. Dia juga membantu Evangeline di kebun bunga milik perempuan tua tersebut. Tanti tidak menduga jika bunga memiliki banyak variasi. Dia giat mempelajari ilmu bercocok tanam, sembari mengaplikasikannya bersama Evangeline. Jumat sore itu, Tanti dan yang lainnya telah berada di kediaman Timothy. Mereka menyambut kedatangan keluarga Bryan dan Keven beserta Ibu masing-masing. Tanti turut bergabung dengan Aruna dan ketiga perempuan tua, yang berkumpul di teras belakang. Sekali-sekali Tanti ikut memangku Kaylee, anak Aruna dan Keven yang berusia setahun lebih. Tanti mengamati interaksi antara Aruna, Karin dan Lucky. Tanti bisa melihat ketulusan kasih Aruna pada kedua keponakannya, yang diperlakukan sama dengan Kaylee. Karin dan Lucky tidak sungkan untuk berman

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 50 - Kode

    50Hari berganti menjadi minggu. Bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Berbeda dengan negara-negara di Eropa yang musim seminya berlangsung di Maret sampai Mei, bulan September hingga November di New Zealand merupakan musim semi di negara kepulauan tersebut. Pagi itu Tanti terbangun dengan tubuh linu. Dia meringis ketika kesulitan menggerakkan badan, terutama area pinggang. Tanti menggapai ponselnya di meja samping kanan kasur, lalu menghubungi Darmi. Perempuan tua segera mendatangi Nyonya mudanya di kamar utama. Darmi terkejut kala menyadari bila tubuh Tanti sangat panas dan wajahnya pun pucat. Darmi segera memanggil suaminya yang berada di halaman. "Non, kita ke dokter, ya," usul Yayat seusai menempelkan telapak tangan ke dahi dan leher Tanti. "Aku nggak bisa bangun," bisik Tanti. Mulutnya terasa kering dan leher sedikit sakit. "Paman panggilkan Dimas. Dia lagi libur hari ini. Sekalian minta dia yang nyetir, karena Paman belum berani mengemudi di sini," ungkap Yayat. Kala

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 49 - 47 Tahun 111 Hari

    49*Grup Proyek New Zealand*Axelle Dante Adhitama : Kami sudah sampai di bandara Cengkareng.Baskara Gardapati Ganendra : Alhamdulillah.Artio Laksamana Pramudya : Lusa kita meeting, @Dante.Dante : Mas @Tio, bisa nggak jangan rapat dulu? Aku mau cuti dan istirahat di rumah.Tio : Cutinya, kan, dari kantor Adhitama. Dari PG, cuti sudah diambil bulan lalu.Dante : Astagfirullah! Dasar, Komisaris pelit!Tio : Aku harus tegas, karena gajimu besar, @Dante.Dante : Aku mau resign aja dari PG!Tio : Enggak bisa. Kontrakmu masih berlaku sampai 47 tahun, 111 hari lagi.Dante : Gelo!Yanuar Kaisar Ming Sipitih : Aku terkenyout!Austin David Wirapranata : Apa itu, @Yanuar?Yanuar : Terkejut, @Mas David. Bahasa gaul itu.Alvaro Gustav Baltissen : Bukan bahasa gaul, tapi alay.Heru Pranadipa Dewawarman : Yanuar memang masih remaja.Samudra Adhitama : ABG.Arrivan Qaiz Latief : Ababil.Fairel Attalariz Calief : Gen Z.Harry Adhitama : Yanuar bukan lagi gen Z, tapi, gen ZZZ.Wirya Arudji Kartawina

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 48 - Tempat Bersembunyi

    48"Aku buatin teh hangat, ya," tutur Farzan. "Hu um," sahut Tanti sambil memegangi lengan suaminya dan mengajak Farzan keluar. "Ada makanan apa, Mas? Perutku harus diisi. Kayaknya masuk angin," ungkapnya. "Macam-macam. Nasi juga ada. Mungkin pihak hotel sengaja menyediakan itu buat kita." "Lagi nggak kepengen nasi. Ada sup?" "Ada. Paling banyak, sih, aneka cake. Kamu pasti tahu jenisnya apa aja. Aku nggak hafal." Keduanya tiba di dekat sofa dan duduk berdampingan. Farzan dengan tangkas membuatkan minuman hangat buat sang istri. Sementara Tanti memerhatikan hidangan, sebelum mengambil mangkuk sup jagung yang ternyata masih hangat, karena dihidangkan dalam tempat pemanas makanan. Farzan meletakkan cangkir berisi teh ke meja. Kemudian dia berpindah ke balkon untuk mengambil makanan dan minumannya, untuk dialihkan ke dalam. Selama beberapa saat suasana hening. Mereka sibuk menghabiskan berbagai makanan yang ternyata lezat. Kala Tanti bersendawa, keduanya serentak tersenyum sambil

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 47 - Jet Lag

    47Terminal F keberangkatan Bandara internasional Soekarno-Hatta, terlihat ramai orang berkemeja ataupun blus putih. Para pengawal yang ikut berangkat menemani bos masing-masing, mengenakan kemeja putih dengan logo PB di saku kiri. Selain mereka, beberapa komandan yang turut serta juga menggunakan pakaian serupa. Farzan dan Ristin saling menatap sesaat, kemudian lelaki bercelana jin biru mendekap mantan kekasihnya yang sebentar lagi juga akan menjadi mantan istrinya. Farzan membiarkan Ristin menangis di dadanya, karena hanya itu yang bisa dilakukannya untuk sang istri kedua. Tidak lama berselang, Ristin mengurai dekapan. Dia mengusap mata dan pipi yang basah dengan tisu. Farzan mengucapkan kata-kata penghiburan yang dibalas Ristin dengan anggukan. Setelah melepaskan perempuan berbaju hijau, Farzan berpindah menyalami Bobby. Dia menitipkan Ristin pada pria yang lebih muda. Sekaligus memastikan Bobby akan membantu usaha baru Ristin yang berkolaborasi dengan BPAGK. Adegan perpisahan

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 46 - Batu Loncatan

    46Deretan mobil beraneka tipe dan warna melintas di jalan bebas hambatan menuju Kota Jakarta. Farzan yang berada di mobil kedua yang dikemudikan Irwansyah, mendengarkan penuturan Linggha Atthaya Pangestu yang berada di kursi tengah bersama Leandru Mahendra dan Giandra Ardianto, sahabat Linggha yang juga merupakan salah satu anggota PG. Sementara Moreno dan Rusdi, ajudan Linggha yang berada di belakang, turut mendengarkan percakapan para bos. Tiba-tiba Rusdi terbahak dan menyebabkan yang lainnya terkejut. Sang pengawal cepat-cepat menghentikan tawanya karena dipandangi Linggha. "Maaf, Pak. Ini aku lagi berbalas pesan dengan teman-teman pengawal di semua mobil," jelas Rusdi. Dia memutuskan menerangkan alasannya tertawa agar tidak diomeli sang bos. "Hmm, ya." Linggha manggut-manggut. "Sepertinya semua pengawal PBK, kalau sudah mengobrol itu akan jadi kocak semua," sambungnya. "Sama aja dengan semua bosnya," tukas Giandra. "Paling kacau memang pasukan Pramudya," sela Leandru. "Di

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 45 - Melepaskan dan Mengikhlaskan

    45Embusan angin sepoi-sepoi menyapa apa pun yang dilewatinya. Dedaunan bergoyang mengikuti arah sang bayu. Sinar mentari yang cukup hangat menjadikan senja itu terasa menyenangkan. Sepasang manusia duduk di bangku panjang taman sebuah rumah sakit. Sementara pendamping mereka memerhatikan keduanya dari kursi-kursi di lorong. Yosrey mengamati paras Tanti yang kian ayu. Dia tahu, sudah tidak akan bisa menggapai hati perempuan pujaan, karena telah dimiliki Farzan. Yosrey pun sadar, tidak ada cara lain baginya kecuali melepaskan serta mengikhlaskan Tanti. Kenangan masa indah mereka tempo hari masih terbayang jelas dalam ingatan Yosrey. Lelaki berkaus putih hanya bisa menyimpan memori itu dalam ruang khusus di sudut hatinya. "Kamu kapan berangkat, Ti?" tanya Yosrey memecahkan keheningan. "Jumat nanti kami ke Jakarta dulu. Ke New Zealand-nya, Sabtu siang," jelas Tanti. "Kenapa harus ke Jakarta? Enggak bisa berangkat dari sini?" "Sebetulnya bisa. Tapi, Jumat siang, Mas Farzan rapat te

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 44 - Calon Janda Baru

    44Ruang pertemuan di lantai tiga gedung hotel Bramanty Grup, Jumat malam terlihat ramai orang. Selain karyawan di perusahaan itu, teman-teman semasa kuliah Farzan juga turut hadir. Seusai memberikan kata sambutan, Farzan meminta Tanti untuk maju dan bergabung dengannya di panggung. Pria bersetelan jas abu-abu mengulaskan senyuman, saat menyambut istrinya yang mengenakan gaun panjang berwarna serupa dengannya. Farzan melingkarkan tangan kiri ke pinggang Tanti, kemudian mencuri kecupan di pipi sang istri. Tidak peduli diteriaki hadirin, Farzan justru mengangkat tangan kanan dan melambai seraya tersenyum lebar. Setelahnya, CEO Bramanty Grup tersebut mengambil mikrofon dari tiang di depannya. Farzan mendekatkan benda itu ke depan wajah, lalu memindai sekitar seraya mengulum senyum. "Teman-teman semuanya, sekali lagi, saya dan istri mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalian di malam perpisahan kami," tutur Farzan. "Kami sengaja mengumpulkan karyawan perusahaan, teman-teman kuliah

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 43 - Kejutan

    43Seunit mobil MPV hitam berhenti di depan sebuah rumah di kawasan Sriwijays. Pengemudinya turun sambil membawa dua kantung belanja sarat barang. Dia memasuki pekarangan rumah di mana beberapa pria tengah menurunkan perabotan dari mobil bak terbuka. Farzan memasuki ruang tamu sambil mengucapkan salam yang disahut kedua perempuan dari ruangan dalam. Pria berkemeja cokelat muda meneruskan langkah hingga tiba di ruang keluarga, yang lebih rapi daripada di depan. Farzan meletakkan kedua tas ke sofa. Tanti segera membongkar isi tas sambil menyusunnya di meja. Sementara Ristin memasukkan beberapa bungkusan berisi aneka buah ke lemari pendingin. "Ti, masak nggak?" tanya Farzan sambil mendudukkan diri di sofa tunggal. "Enggak, Mas," jawab Tanti. "Mas lapar?" tanyanya. "Hu um. Tadi siang padahal sudah makan. Tapi jam segini sudah qlapar lagi." "Aku bikinin nasi goreng, mau?" "Boleh. Sekalian es teh manis." "Sip." Tanti bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan buat suaminya. Ristin

DMCA.com Protection Status