Share

Bab 05 - Istri Pajangan

Jalinan waktu terus berjalan. Masa yang diberikan Farzan untuk berpikir, hampir tiba. Hal itu menyebabkan Tanti gelisah dan sulit berkonsentrasi. 

Kegundahan hati Tanti kian bertambah karena Yosrey berulang kali mendatanginya di kafe. Pria berkumis tipis tidak berani berkunjung ke rumahnya karena pasti tidak akan disukai orang tua Tanti. 

Sore itu, perempuan berambut sebahu baru selesai bekerja. Dia tengah mengemasi meja ketika ponselnya berdering. Tanti melirik pada benda yang tengah diisi daya di samping kanan. Dia segera mencabut kabel untuk mengangkat ponsel dan menerima panggilan. 

"Assalamualaikum," sapa Farzan.

"Waalaikumsalam," jawab Tanti. 

"Maaf ganggu. Tapi ini benar-benar urgent." 

"Ya, Mas. Nggak apa-apa." Tanti terdiam sesaat, lalu bertanya, "Ada yang bisa kubantu?" 

"Ayah menolak makan dari pagi. Walaupun udah pakai infusan, tetap saja kami khawatir." 

"Astaghfirullah." 

"Apa kamu ada waktu? Maksudku, untuk datang dan menemui beliau." 

Tanti melirik pergelangan tangan kiri, kemudian menjawab, "Ya, Mas. Bisa." 

"Bagus. Segeralah turun. Aku ada di tempat parkir." 

Farzan menutup sambungan telepon tanpa berpamitan. Tanti terpaku sesaat, sebelum melanjutkan berkemas dan jalan keluar. Perempuan bersetelan blazer biru menuruni tangga dengan hati-hati hingga tiba di lantai satu. 

Tanti sempat berbincang dengan manajer kafe, sebelum mengayunkan tungkai menuju tempat parkir. Farzan ternyata telah keluar dari mobilnya dan menyandar ke pintu mobil sambil menunggu Tanti tiba.

Pria berhidung bangir menyunggingkan senyuman menyambut perempuan berkulit kuning langsat. Farzan menegakkan tubuh dan bersiap untuk membukakan pintu mobilnya. 

"Aku pakai mobilku saja, Mas," tutur Tanti setelah tiba di dekat lelaki berkemeja marun. 

"Nggak usah. Nanti kuantar pulang ke rumahmu. Sekalian ada yang ingin kubicarakan dengan Om Saad," jelas Farzan. 

"Tentang apa?" 

"Kita bicarakan sambil jalan." Farzan membukakan pintu samping kiri kendaraannya. "Ayo, masuk. Terlalu sore nanti jalanan macet," sambungnya. 

"Ehm, ya." 

Tanti beranjak memasuki mobil. Farzan menutup pintunya, kemudian memutari kendaraan dan membuka pintu samping kanan. 

Tidak berselang lama, mobil MPV hitam bergerak menjauhi tempat parkir dan bergabung dengan ratusan kendaraan di jalanan. 

Selama beberapa saat suasana hening. Farzan memfokuskan pandangan ke depan. Sementara Tanti mengarahkan perhatian ke sekeliling sembari menunggu lelaki di sebelahnya memulai percakapan. 

"Ti, sudah ada jawabannya?" tanya Farzan yang mengejutkan Tanti. 

"Ehm, ini baru lima hari, Mas. Masih ada waktu dua hari lagi untuk berpikir," kilah Tanti. 

"Waktu Ibu nelepon tadi dan memintamu datang, beliau juga memintaku menemui Om Saad. Kita udah nggak bisa ngelak, Ti." Farzan melirik sekilas, kemudian kembali menatap ke depan. "Kecuali kalau kamu menolak, maka aku bisa langsung menjelaskan hal itu pada keluargamu dan juga orang tuaku," pungkas. 

Tanti menggigit bibir bawah. Dia benar-benar bingung harus memutuskan apakah hendak menerima permintaan Farzan, ataupun menolaknya. Kedua jawaban itu sama-sama memiliki konsekuensi yang berat. Terutama karena akan mempengaruhi hubungan persahabatan keluarga Bramanty dan keluarga Hendrawan. 

Tiba-tiba sebuah mobil SUV abu-abu menyalip dari kiri dan menyebabkan Farzan terkejut. Dia mengerem mendadak ketika mobil tersebut berhenti. Pengemudi SUV keluar sembari memberi kode agar Farzan menepikan kendaraan. 

Tanti membulatkan matanya ketika memastikan bila Yosrey-lah yang menghentikan mobil. Tanti menimbang-nimbang sesaat, sebelum membuka sabuk pengaman dan hendak keluar. 

"Mau ke mana?" tanya Farzan. 

"Menemuinya," sahut Tanti. 

"Dia itu siapa?" 

"Ehm, teman." Tanti membuka pintu dan segera turun. "Tunggu sebentar, Mas," pintanya sembari menutup pintu. 

Farzan memandangi perempuan yang mendatangi lelaki berkemeja putih. Keduanya terlibat percakapan serius. Farzan mengangkat alisnya ketika pria berdasi hitam menarik tangan Tanti dan mengajaknya pergi. Tidak peduli perempuan tersebut berteriak memprotes, tetapi dirinya tetap dipaksa jalan.

Farzan melepaskan sabuk pengaman dan bergegas turun. Dia berlari mengejar kedua orang yang bergerak menjauh. Farzan memegangi kedua bahu Tanti agar tidak bisa ditarik lagi. 

"Mas, lepasin!" geram Tanti sembari berusaha menarik tangannya dari cekalan sang mantan.

"Kamu harus ikut aku!" titah Yosrey. 

"Sorry, Bung. Tapi Tanti tidak akan ke mana-mana," ungkap Farzan. "Jadi, lepaskan tangannya!" tegasnya sembari menatap tajam pada pria yang tubuhnya sedikit lebih tinggi darinya. 

"Kamu siapa, hah?" Yosrey memelototi Farzan. "Ini urusanku dengan dia. Nggak ada hubungannya denganmu!" geramnya. 

"Dia jelas ada hubungan denganku," ungkap Tanti. 

"Apa maksudmu?" tanya Yosrey. 

"Dia ... calon suamiku." 

Yosrey terkesiap. Dia memandangi laki-laki berkemeja marun. "Calon suami?" desaknya sambil menatap perempuan di hadapannya dengan tajam.

"Ya." Tanti menghempaskan tangannya hingga terlepas dari cekalan sang mantan. 

"Kenapa kamu nggak ada ngomong soal itu?" 

"Sudah, tapi Mas nggak percaya, kan?" 

"Kupikir kamu mengada-ads." 

"Enggak. Aku serius." Tanti menggeser badan mendekati Farzan dan melingkarkan tangan kiri ke lengan kanan pria yang tetap diam. "Sekarang Mas pasti paham, kenapa aku menolak untuk kembali menjalin kasih," sambungnya. 

Yosrey tidak menyahut. Dia masih terkejut dengan kenyataan di hadapannya. Pria berparas manis memandangi tangan pasangan tersebut yang saling mengait. Hatinya memanas karena tidak menyukai hal itu. 

"Yuk, Mas. Kita sudah ditunggu," ucap Tanti sembari memandangi Farzan yang membalas dengan anggukan. 

"Kami permisi," tutur Farzan, sebelum memutar badan dan mengajak Tanti menuju mobilnya.

Sekian menit berlalu, Yosrey masih terpaku di tempatnya. Pria tersebut masih tidak mempercayai apa yang baru saja dilihatnya. Yosrey terkejut, karena tidak menduga jika Tanti benar-benar telah mengalihkan hati pada lelaki tadi. 

Sementara itu di mobil, Tanti masih menyandar ke pintu sembari memejamkan mata. Dia merasa malu pada Farzan karena harus menjadi saksi perdebatannya dengan Yosrey. 

"Ti, tadi itu, mantanmu?" tanya Farzan, setelah tidak bisa menahan rasa penasaran. 

Tanti membuka mata, kemudian menyahut, "Ya." Dia menoleh ke kanan, lalu melanjutkan ucapan. "Maaf, tadi aku terpaksa berbohong dan mengatakan kalau Mas calon suamiku," ungkapnya. 

"Enggak apa-apa. Tapi, aku penasaran. Kenapa dia memaksamu ikut dengannya?" 

"Dia mau ngajak aku ke rumahnya. Dari pagi dia udah nge-chat, tapi nggak kugubris." 

"Kutebak, kalian putusnya tidak baik-baik, betul?" 

"Hu um." 

Farzan manggut-manggut. "Dia kayaknya cemburu padaku." 

"Abaikan." 

Tanti mengamati area luar. Pikirannya berkecamuk antara Yosrey dan lelaki di sebelah kanan. Permintaan kedua pria itu hampir sama, yakni mengajaknya menikah. Perbedaannya adalah, posisinya sebagai istri.

Tanti menarik napas dalam-dalam dan menahannya sesaat, sebelum melepaskannya perlahan. Ruang di hatinya masih menyisakan rasa sayang pada Yosrey. Namun, Tanti tidak yakin akan kesetiaan pria tersebut. 

Selain itu, orang tuanya sudah menegaskan agar Tanti tidak lagi menjalin hubungan dengan Yosrey yang telah menyakiti hatinya. Perempuan berbibir tipis menyadari jika itu menjadi salah satu alasan sang bapak menerima perjodohan dengan Haedar. Yakni, Saad tidak mau anaknya dinikahi Yosrey. 

Tanti menggigit bibir bawah. Dia menyadari jika menikahi sang sopir, maka dia hanya akan menjadi istri pajangan Farzan. Belum lagi berbagai permasalahan yang harus dijalani selama setahun ke depan yang pastinya akan rumit. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kasian Tanti kayak yang di kejar kejar sama penagih utang aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status