Share

Bab 04 - Menjaga Hati

Seorang pria yang berada di dalam mobil SUV abu-abu, mengamati sepasang manusia yang tengah mengobrol di teras kafe. Dia mengerutkan dahi karena tidak mengenali lelaki berperawakan sedang yang tengah berbincang dengan Tanti. 

Yosrey terus memandangi pria yang akhirnya berbalik dan jalan menuju tempat parkir. Dia benar-benar tidak mengetahui siapa lelaki tersebut. Yosrey penasaran tentang sosok itu sekaligus alasannya bertemu Tanti. 

Seunit mobil MPV hitam melintas di depan mobil Yosrey. Lelaki berkemeja krem memastikan mobil itu menjauh, sebelum membuka pintu kendaraannya dan turun. 

Yosrey spontan merapikan rambut dan pakaiannya, sebelum mengayunkan tungkai menyambangi perempuan berambut sebahu yang tampak terkejut melihatnya datang. 

"Aku kirim chat dan meneleponmu beberapa kali, tetapi tidak dijawab," tutur Yosrey, sesaat setelah tiba di dekat Tanti. 

"Ehm, ponselnya lagi di-charge di ruang kerja. Aku tengah menemui tamu," jelas Tanti. 

"Siapa pria yang tadi?" 

Tanti terdiam sesaat, lalu menyahut, "Teman." 

"Aku belum pernah lihat dia." 

"Aku tidak perlu menerangkan siapa saja temanku, Mas." 

Yosrey tertegun, kemudian mengangguk paham. Dia enggan berdebat karena tahu bila Tanti tidak suka didesak. "Aku mau makan," tuturnya mengalihkan percakapan. 

"Silakan masuk dan pilih tempat duduk. Pegawai kafe akan melayani Mas," balas Tanti. 

"Aku mau kamu yang layani." 

"Maaf, tapi aku masih harus menyelesaikan pekerjaan." 

"Ti, aku cuma minta waktumu sebentar saja. Paling lama satu jam."

Perempuan berbaju putih mengalihkan pandangan ke kiri. Dia mendengkus pelan karena menyadari bila lelaki berkumis tipis di hadapannya akan tetap kukuh hingga keinginannya dikabulkan. 

Tanti melirik Yosrey, kemudian mengarahkan dagu ke kiri sebagai kode agar pria tersebut mengikutinya. Tanti memutar tumit, lalu menjauh sembari menenangkan hatinya yang berdesir. 

Perempuan berbibir tipis mengeluh dalam hati karena kehadiran Yosrey menjadikan rasa sayang itu kembali muncul. Padahal Tanti sudah berusaha melupakan lelaki berambut ikal tersebut. Namun, ternyata sosoknya masih menimbulkan getaran di sanubari sang gadis.

Yosrey mengekori langkah perempuan berparas ayu seraya mengulum senyum. Dia senang karena akhirnya Tanti bersedia berbincang. Keduanya berhenti di dekat meja ujung kanan. Tanti memanggil pelayan dan memintanya mencatat pesanan tamunya. 

Setelah pelayan pergi, keduanya masih terdiam. Tanti berpura-pura memperhatikan beberapa tamu lain yang sedang bersantap. Sedangkan Yosrey memandangi perempuan di hadapannya yang terlihat makin menawan. 

"Ti, sebelumnya aku mau minta maaf karena pergi mendadak," ucap Yosrey yang berhasil mencuri perhatian Tanti hingga menatapnya saksama. "Seperti yang kamu ketahui, aku mendaftar ikut ke sana sudah cukup lama. Dan aku nggak dapat tempat karena kalah saing dengan yang lain," terangnya.

"Tapi, ternyata aku ditawarkan posisi yang sama dari Mbak Githa. Aku nggak mau kehilangan kesempatan dan langsung mengiakannya. Proses pengurusan yang mendadak pun dibantu tim Mbak Githa hingga aku bisa berangkat bareng beliau dan rekan-rekan. Jadi ...." 

"Mas, aku nggak marah karena Mas berangkat ke sana tanpa membicarakannya denganku. Tapi aku kesal karena Mas menerima tawaran perempuan itu," potong Tanti yang menyebabkan Yosrey terkejut. 

"Aku dan dia udah nggak ada hubungan apa-apa, Ti. Kamu salah paham." 

"Begitu?" Tanti mengerutkan keningnya. "Kalau nggak ada apa-apa, kenapa foto kalian berdua memenuhi akun instagramnya? Belum lagi captionnya, benar-benar romantis!" desisnya. 

"Foto yang mana?" 

"Mas lihat aja sendiri!" 

Yosrey terkesiap. Dia tidak menduga bila Tanti diam-diam mengikuti akun Githa, perempuan yang merupakan keponakan bos Yosrey. Mereka sempat menjalani hubungan rahasia, sebelum Tanti mengetahuinya dan mengamuk. 

Yosrey masih ingat bagaimana cara Tanti melampiaskan kemarahannya. Pria berparas manis benar-benar menyesal karena telah menduakan Tanti. Yosrey sudah memutuskan menjauhi Githa, tetapi kesempatan yang datang dari mantan selingkuhan, tidak bisa diabaikan lelaki berhidung bangir. 

"Selama di sana, kami nggak pernah berdua saja, Ti. Selalu ada teman yang lain," cakap Yosrey. "Mungkin dia menghapus foto teman-teman hingga hanya ada kami berdua," ungkapnya. 

Tanti melengos. Dia telanjur kecewa atas keputusan sepihak Yosrey. Luka dalam hati yang sudah kering, kembali basah karena Tanti meyakini jika Yosrey dan Githa kembali menjalin hubungan. 

"Aku nggak butuh penjelasan, Mas. Lagi pula, hubungan kita sudah berakhir, tepat di saat Mas pergi tempo hari," tukas Tanti. 

"Bagiku, belum. Aku masih mencintaimu," kukuh Yosrey. 

Tanti menggeleng. "Sudah lewat enam bulan, dan bagiku semua sudah usai!" tegasnya. 

"Ti, dengar dulu. Aku ...." 

"Mas ingat? Waktu Mas membujuk agar aku memaafkan perselingkuhan dan kembali memperbaiki hubungan kita. Aku pernah bilang, itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya aku mau memaafkan Mas." 

Yosrey mengerjap-ngerjapkan mata. "Ya, aku ingat. Tapi aku nggak selingkuh lagi, Ti. Aku juga udah berusaha ngejelasin ke kamu lewat telepon, tapi pembicaraan kita selalu kamu putus sebelum aku menuntaskannya." 

***

Lembayung senja sudah menggelap ketika mobil MPV hitam memasuki area parkir sebuah gedung apartemen. Sang pengemudi menghentikan mobil, kemudian turun sambil membawa paper bag. 

Setelah menutup dan mengunci pintu mobil, pria yang mengenakan t-shirt hijau tua mengayunkan tungkai menuju lobi tower B. Dia membalas sapaan petugas lobi, kemudian meneruskan langkah memasuki lift. 

Sekian menit berikutnya, lelaki bermata sendu telah berada di unit kekasihnya. Mereka tengah duduk berdampingan di sofa, sambil bergenggaman tangan. Tidak ada yang bicara dan keduanya larut dalam pikiran masing-masing. 

Suara televisi yang menayangkan informasi dunia hiburan menjadi satu-satunya yang terdengar di ruangan bernuansa ungu muda. Selebihnya benar-benar senyap. 

"Besok pagi, ikut aku," ujar Farzan. 

"Ke mana?" tanya Ristin. 

"Rumah sakit." 

"Ehm, kayaknya lebih baik aku nggak muncul, deh." 

"Kenapa?" 

"Nanti dicuekin lagi." 

"Abaikan. Aku cuma ingin menegaskan pada Ayah dan Ibu jika aku benar-benar akan menikahimu."

"Gimana dengan perempuan itu? Apa dia setuju?" 

"Tanti minta waktu untuk berpikir. Aku kasih waktu seminggu buatnya."

"Kalau dia nolak, gimana?" 

"Justru itu maksudku. Aku sengaja memberikan syarat itu agar dia mundur. Jadi nggak ada alasan lagi orang tua untuk menjodohkan kami, kalau dia yang menolak." 

"Kalau dia menerima, apa Mas benar-benar bisa memegang teguh janji untuk tidak menjadikannya istri yang sebenarnya?" 

"Apa kamu nggak percaya sama aku?" 

"Ya." 

"Ris, kita udah sering bahas ini." 

"Tapi itu artinya Mas udah nggak adil padanya." 

"Aku nggak peduli. Karena aku cuma mau kamu yang jadi istriku satu-satunya." 

"Mas nggak bisa begitu. Bagaimana kalau dia nggak rida dan menceritakan itu pada keluarganya?" 

"Itu hal kedua yang kuinginkan dari poligami ini. Kalau keluarganya nggak terima dan meminta perceraian, aku akan langsung mengurusnya tanpa mikir panjang." 

Ristin menggeleng. "Itu egois, Mas. Pikirkan juga perasaannya. Apalagi bila bercerai nanti, statusnya menjadi janda. Meskipun dia masih perawan, tetap saja status itu sudah tersemat pada dirinya." 

"Aku capek harus terus memikirkan orang lain. Kali ini, biarlah aku yang egois." 

"Hatinya akan terluka, Mas." 

"Biarkan saja. Aku hanya ingin menjaga hatimu dan tidak mau memikirkan yang lainnya." 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
jahat kamu Farzan keegoisan kamu melukai Tanti lebih dalam nanti nya kalo mau protes ke orang tua kamu donk kalo engga langsung bilang ke orang tuanya Tanti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status