Home / Romansa / Terjebak Dua Cinta / Bab 07 - Apa Kamu Masih Cinta Sama Dia?

Share

Bab 07 - Apa Kamu Masih Cinta Sama Dia?

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-30 15:10:04

07

Jalinan detik bergulir menjadi menit. Perputaran jam berlanjut begitu cepat hingga hari berganti menjadi minggu. Haedar akhirnya diizinkan pulang oleh tim dokter karena kondisinya sudah membaik. 

Pria tua menuruti semua nasihat dokter. Haedar tidak menolak apa pun yang disuguhi istrinya untuk dimakan. Lelaki berkumis dan berjanggut berusaha keras agar bisa lekas pulih, demi menyongsong acara pertemuan keluarga dengan calon besan.

Tanti tidak menduga jika orang tuanya begitu gesit mempersiapkan segala sesuatunya untuk melaksanakan acara perkenalan keluarga sekaligus lamaran. Perempuan bermata cukup besar masih terkaget-kaget menyaksikan semua kehebohan di rumahnya, tepat dua minggu setelah dia menerima perjodohan. 

Sabtu pagi, Tanti didandani Sovia Mindira, kakaknya yang baru tiba kemarin malam dari Yogyakarta. Sovia sudah bermukim di sana sejak lima tahun silam, untuk mengikuti suaminya, Rauf, yang bertugas di kota gudeg tersebut. 

Sovia yang berprofesi sebagai penata rias, begitu bersemangat mendandani adiknya. Perempuan berkulit kecokelatan berulang kali memuji keelokan paras Tanti yang memang lebih cantik darinya. 

"Yes, udah beres," ucap Sovia sembari mengarahkan badan sang adik menghadap cermin besar. 

Tanti mengerjap-ngerjapkan mata. Dia tidak mempercayai bila tampilan wajahnya akan berubah lebih ayu. "Kak, ini bagus banget," pujinya sembari memegangi lengan perempuan yang lebih tua. 

"Manglingi. Udah kayak pengantin beneran." 

"Hmm, ya. Kaget aku, bisa jauh berubah gini." 

"Kamu jarang dandan. Jadinya sekali dipoles, hasilnya cakep." 

Tanti mengulaskan senyuman. "Hatur nuhun," ungkapnya sembari memeluk Sovia dari samping. 

"Sami-sami, Geulis." Sovia mendaratkan kecupan di puncak kepala adiknya. "Enggak nyangka, bentar lagi kamu nikah," bisiknya sambil mengedip-ngedipkan mata yang mulai mengabut. 

"Jangan nangis, Kak. Entar aku ikut mewek, nih." 

"Siapa yang nangis?" 

"Itu, udah srot-srot." 

"Hidungku mampet." 

"Alibi!" 

Keduanya serentak terkekeh. Mereka baru menghentikan tawa setelah Sovia dipanggil keluar oleh Endang. Sang kakak meninggalkan adiknya untuk mendatangi bundanya yang minta didandani. 

Tanti mengamati pantulan dirinya pada cermin. Sudut bibirnya membingkai senyuman saat menyadari bila kecantikannya kian bertambah, seiring polesan kosmetik hasil karya Sovia. 

Akan tetapi, senyuman gadis berhidung mancung tiba-tiba menghilang ketika Tanti menyadari bila pernikahannya hanyalah sebuah drama. Perempuan berambut sebahu menggeleng pelan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi orang tuanya andai mengetahui bila Farzan akan berpoligami. 

Tanti memejamkan mata. Dia berdoa sepenuh hati, agar rahasia itu tetap tertutupi hingga pernikahannya dengan Farzan usai. Tanti tahu, berbohong itu adalah dosa. Namun, dia tidak memiliki pilihan lain dan hanya itu satu-satunya cara untuk menyenangkan orang tua. 

Puluhan menit terlewati. Tanti dipanggil keluar oleh Dayyan yang diminta bundanya menjemput sang kakak. Pria muda mengulaskan senyuman ketika melihat Tanti keluar dari kamar. Dayyan mengulurkan tangan kanan agar bisa digunakan kakaknya berpegangan. 

Keduanya menuruni tangga dengan hati-hati hingga tiba di lantai satu. Mereka meneruskan langkah menuju ruang tamu di mana banyak orang telah menunggu. Dayyan mengantarkan Tanti hingga bisa duduk di antara Saad dan Endang. Selanjutnya Dayyan memutari area untuk menempati kursinya di belakang. 

Rauf yang menjadi pemandu acara, membuka pertemuan keluarga dengan untaian doa. Pria berbaju batik hijau membacakan semua susunan acara, sebelum mempersilakan Ayah mertuanya memberikan kata-kata sambutan. 

Dengan lugas dan sangat santun, Saad menyampaikan ucapan terima kasih kepada hadirin yang telah datang. Pria berkemeja batik serupa dengan sang menantu, memperkenalkan satu per satu anggota keluarganya lengkap dengan keterangan anak dan cucu. 

Dari pihak Farzan, Hasyim Bramanty yang merupakan Kakak Haedar, menjadi perwakilan keluarga. Pria yang rambutnya sudah memutih seluruhnya, juga memperkenalkan semua anggota keluarga Bramanty. 

Farzan yang duduk di antara kedua orang tuanya, mengamati Tanti yang terlihat sangat berbeda dari biasanya. Semenjak gadis tersebut menyatakan kesediaannya untuk menikah, mereka tidak pernah bertemu lagi. Farzan hanya sekali-sekali mengirimkan pesan singkat basa-basi tanpa percakapan panjang. 

Pria berbaju batik biru spontan tersenyum ketika Tanti menatapnya dari seberang. Sang gadis membalas senyuman itu, sebelum kembali menunduk. Farzan terus memerhatikan Tanti, hingga dirinya tersentak kala dipanggil Rauf untuk maju ke tengah-tengah ruangan. 

Bersama Nuri, Farzan melangkah menuju tempat yang ditentukan. Mereka menunggu Endang dan Tanti tiba, kemudian memulai acara pemberian seserahan simbolis sebagai bentuk keseriusan untuk menuju jenjang pernikahan. 

Farzan mengambil cincin yang diulurkan ibunya. Dia menunduk dan memegangi jemari tangan kiri Tanti yang terasa dingin. Farzan memasangkan cincin sederhana sebagai bukti keteguhannya untuk meminang perempuan tersebut. 

Kala lelaki bermata sendu menengadah, dia beradu pandang dengan Tanti yang terlihat tegang. Sudut hati Farzan bergetar karena menyadari bila pernikahan mereka nanti adalah sebuah tanggung jawab yang besar. 

Seusai acara seserahan, Rauf mempersilakan para tamu menikmati hidangan yang telah dipersiapkan di ruang tengah. Farzan mengambil bagiannya, kemudian mendatangi Tanti dan meminta bicara secara pribadi. 

Gadis bergaun panjang hijau,  mengiakan permintaan calon suaminya. Tanti mengambil makanan terlebih dahulu, sebelum mengajak Farzan ke teras belakang. 

"Ti, Ibu nanya, kamu mau maharnya apa?" tanya Farzan, sesaat setelah mereka duduk berhadapan di kursi teras.

"Belum tahu, Mas," sahut Tanti. "Nanti kutanyakan dulu ke Bunda," lanjutnya sebelum menyuapkan makanan ke mulutnya. 

"Kalau sudah ada jawabannya, hubungi aku. Kita belanja." 

Tanti spontan menengadah. "Belanja?" tanyanya. 

"Ya. Biar kamu bisa pilih sendiri mau model apa." 

"Ehm, nggak usah. Apa pun yang dipilihkan Ibu Mas, akan aku terima." 

Farzan tertegun. Dia tidak menduga jika jawaban Tanti akan berbeda daripada yang diperkirakan. Pada awalnya Farzan menduga jika perempuan berparas cantik tersebut akan kukuh memilih sendiri, seperti yang telah dilakukan Ristin tempo hari. 

"Ti, walaupun pernikahan kita hanya sementara, tapi kamu boleh menentukan apa pun yang kamu mau," tutur Farzan dengan suara pelan. "Aku sudah berjanji pada diri sendiri, akan berlaku adil padamu dan Ristin. Dia sudah memilih semua barang yang diinginkannya, jadi kamu juga bisa begitu," sambungnya. 

"Mas, aku benar-benar nggak keberatan kalau dipilihkan," terang Tanti. "Aku yakin, apa pun yang diberikan Ibu pasti barang-barang terbaik," ungkapnya. 

"Tapi kalau nggak sesuai dengan seleramu, gimana?" 

"Enggak apa-apa. Tetap akan kupakai untuk menghormati pemberinya." 

Farzan mengangguk paham. Dia menyukai cara berpikir Tanti yang sederhana dan tidak macam-macam. Tanpa sadar dia terus mengamati perempuan yang masih melanjutkan bersantap. Farzan berpura-pura menunduk ketika Tanti menatapnya saksama. 

"Ehm, Mas. Kemarin Mas Yosrey nelepon," cakap Tanti. 

"Bilang apa dia?" tanya Farzan di sela-sela mengunyah. 

"Nanyain acara ini." Tanti terdiam sesaat, kemudian melanjutkan ucapannya. "Aku nggak tahu dia dengar tentang ini dari mana. Karena aku nggak ada cerita ke siapa pun di luar orang-orang terdekat." 

"Enggak apa-apa kalau dia tahu. Mungkin dengan begitu dia nggak akan ganggu kamu lagi." 

Tanti manggut-manggut. "Ya, itu lebih baik." 

"Aku boleh tanya hal pribadi?" 

"Ehm, boleh." 

"Apa kamu masih cinta sama dia?" 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
ngga usah kepo Farzan nanyain soal perasaan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 08 - Perjanjian

    08Pertanyaan Farzan tadi siang masih terngiang-ngiang di telinga Tanti. Dia tidak menduga jika Farzan akan menanyakan hal yang selama itu menjadi kebimbangan hatinya. Tanti tadi tidak menyahut. Dia hanya menggeleng tanpa menjelaskan apa pun. Bagi Tanti, itu sangat privasi. Meskipun mereka akan menikah, Farzan tidak perlu mengetahuinya. Malam kian larut. Tanti memasuki kamarnya dan mematikan lampu utama. Dia berpindah ke meja rias untuk menyalakan lampu kecil, kemudian mencabut kabel pengisi daya dan meraih ponselnya. Tanti menghempaskan badan ke tepi tempat tidur. Dia membuka kunci layar ponsel dan mengecek puluhan pesan yang masuk. Satu nama yang mengirimkan banyak pesan membuat Tanti berdecih. Dia mengabaikan pesan-pesan itu dan beralih berselancar dalam dunia maya. Dering ponselnya menyebabkan Tanti menjengit. Dia mengamati nama pemanggil, sebelum mendengkus kuat. Namun, Tanti akhirnya memutuskan untuk menerima panggilan karena tahu orang yang menelepon tidak akan berhenti sam

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 09 - Terburu-buru Menikah Untuk Menutupi Sesuatu?

    09Beberapa hari telah berlalu dari pertemuan terakhirnya dengan Farzan. Siang itu, pria berkumis tipis tiba-tiba datang ke kafe dan mengajak Tanti menemui ibunya. Meskipun bingung, perempuan berkulit kuning langsat tetap memenuhi permintaan laki-laki berkemeja hijau lumut. Sepanjang perjalanan Farzan mengajak Tanti berbincang mengenai bisnis. Dia dan teman-temannya berencana membangun resor di Lembang. Farzan mengajak Tanti untuk menjadi rekanan yang khusus menyediakan pastry dan berbagai macam kue. "Ya, Mas. Aku mau," ungkap Tanti sembari memandangi Farzan dengan sorot mata berbinar-binar. "Oke. Senin depan, meeting pertama. Kamu ikut," terang Farzan. "Acaranya di mana dan jam berapa?""Ruang rapat hotel. Nanti kamu bisa sekalian diskusi dengan wedding organizer. Mungkin ada masukan sebelum mereka mempersiapkan dekorasi untuk resepsi kita." "Semuanya sudah kuserahkan sama Bunda dan Ibu. Biar mereka yang urus tentang itu. Aku cuma mau fokus pada diri sendiri." Farzan melirik se

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 10 - Orang Ketiga

    10Tanti jalan mondar-mandir sepanjang ruang kerjanya. Dia sekali-sekali akan melirik pergelangan tangan kanan untuk mengecek arloji. Detik demi detik menunggu terasa begitu lama bagi perempuan berbaju abu-abu. Kala ponselnya berbunyi, dia segera mengangkatnya. Tidak berselang lama Tanti sudah jalan menyusuri tangga. Setibanya di lantai satu, dia menyambangi pria berkemeja biru tua yang tengah duduk di kursi dekat meja kasir. Setelah menempati kursi seberang Farzan, Tanti langsung menceritakan tentang perdebatannya kemarin malam dengan Yosrey. "Ternyata dia benar-benar mencari tahu tentang Mas lewat akun instagram. Jadi, waktu Ristin men-tag Mas, kebukalah semuanya," tutur Tanti. Farzan mendengkus pelan. Dia tidak menduga jika Yosrey akan menggali informasi tentang dirinya. "Akunnya apa? Biar kublokir," cakapnya. "Kupikir dia pakai akun palsu. Akan ketahuan kalau dia gunakan akun asli." "Ehm, ya, benar juga." "Tolong sampaikan ke Ristin, untuk sementara jangan up apa pun yang b

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 11 - Membagi Hati

    11Kedatangan Farzan yang bertepatan dengan azan magrib, mengejutkan orang-orang di kediaman Saad. Tanti yang menemui calon suaminya dengan ditemani Nabila, mengulaskan senyuman ketika Farzan menyerahkan satu buket bunga. "Buatku, nggak ada, Mas?" tanya Nabila. "Nanti kubelikan," balas Farzan. "Beneran, loh, ya." "Hu um. Mau bunga apa?" "Tulip, minimal dua puluh tangkai. Lalu diselipkan kartu ATM dengan saldo minimal seratus juta." "Waduh! Perampokan itu." Keduanya tergelak, sementara Tanti hanya menggeleng pelan. Perempuan bermata cukup besar mengajak Farzan duduk, kemudian dia memberikan buket bunga pada Nabila yang membawanya ke dalam. "Mas nggak salat?" tanya Tanti. "Mau. Numpang salat di sini," jawab Farzan. "Ehm, mau minum apa? Kubuatin sambil nunggu Mas salat." "Kopi susu." Tanti mengangguk Dia hendak berdiri, tetapi dicegah Farzan. "Ada apa?" tanyanya. "Habis salat, kita keluar, yuk!" ajak Farzan. "Mau ke mana?" "Makan sate di simpang lima." "Aku lagi dipingit

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 12 ' Menjelang Pernikahan

    12Langit pagi Kota Bandung sangat cerah. Awan putih berarak melintasi lapisan atas. Udara minim polusi kian menyegarkan siapa pun yang tengah menikmati keindahan panorama. Tanti mendengarkan kesibukan orang-orang di halaman belakang, yang tengah berjibaku menyiapkan makanan, untuk acara pengajian sekaligus selamatan, yang akan dilangsungkan nanti siang. Perempuan bermata cukup besar tidak mengetahui jumlah pasti para tetangga yang ikut membantu juru masak keluarga. Namun, dia meyakini jika jumlah mereka banyak. Sekali-sekali terdengar gelakak mereka yang turut memancing senyuman Tanti. Dia ikut terbahak kala mendengar latahnya Nenek Ros yang tinggal di rumah sebelah kanan. Panggilan dari luar menyebabkan tawa Tanti menghilang. Dia mempersilakan orang yang tengah mengetuk pintu untuk segera masuk. Secarik senyuman terbit di paras ayu Tanti ketika melihat kedua sepupunya yang tinggal di Jakarta ternyata telah datang. Kedua perempuan yang rambutnya sama-sama pendek, bergantian mend

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 13 - Yes, I'm A Lion

    13Sabtu pagi, konvoi belasan mobil melintasi jalan raya BKR. Farzan yang berada di mobil sedan mewah milik Saad yang berada di bagian terdepan, berusaha menenangkan jantungnya yang sejak tadi berdegup kencang. Farzan menyadari bila pernikahannya dengan Tanti adalah sebuah tanggung jawab besar. Pria berbeskap sage kian meragukan keputusannya untuk menikah pura-pura. Terutama karena dirinya mengingat petuah Haedar kemarin malam. Farzan menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia menimbang-nimbang untuk membicarakan hal itu pada Tanti, nanti malam. Meskipun tidak yakin calon istrinya akan setuju, tetapi Farzan tetap akan mencobanya. Mobil yang dikemudikan Irshad berbelok ke kiri menyusuri jalan sepi. Puluhan meter berikutnya konvoi memasuki sebuah gang yang cukup besar. Beberapa petugas parkir berseragam rompi hijau, mengarahkan semua mobil untuk parkir di tanah kosong, tepat di sebelah kanan kediaman Saad. Para penumpangnya turun dan spontan merapikan pakaian masing-ma

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 14 - Nggak Usah Pulang

    14Tanti keluar dari kamar mandi dengan rambut lembap. Dia memegangi pakaian pengantin di depan dada, kemudian melangkah menuju gantungan. Dengan hati-hati dia merapikan kebaya pada hanger sebelum berpindah ke dekat rak. Sekian menit berlalu, Tanti baru selesai salat Zuhur kala pintu kamar terbuka dan sosok Farzan memasuki ruangan. Pria berkaus putih membawa nampan dan meletakkannya di meja dekat sofa. Dia memanggil Tanti yang segera menyambanginya. "Makan lagi?" tanya Tanti saat melihat isi piring di nampan. "Kita sebelum naik tadi nggak makan dulu. Jadinya lapar," jelas Farzan. "Mau?" tanyanya sembari memandangi perempuan berhidung bangir di hadapannya. "Ehm, dikit aja." "Aku sengaja bawa dua piring. Mungkin kamu juga lapar." Farzan membagi isi piringnya, kemudian memberikan piring kedua pada Tanti. Keduanya makan sambil menonton televisi yang menayangkan berita dunia selebriti tanah air. "Mas udah salat?" tanya Tanti, sesaat setelah menghabiskan hidangan. "Udah. Aku numpang

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 15 - Membatalkan Perjanjian

    15Farzan menepuk dahinya, sebelum berpindah duduk di sofa. Tanti yang masih berdiri di dekat tempat tidur, mengulum senyum menyaksikan baju yang telah disiapkan Adik iparnya. Tanti merunduk untuk mengambil kertas merah muda dari tumpukan baju tidur. Dia membaca tulisan tangan Jihan yang menyertai bingkisan tersebut. Tanti terkekeh ketika Jihan menjelaskan bila ada baju lain di lemari yang hanya boleh dikenakan esok hari. Tanti berbalik dan jalan menuju lemari. Dia membuka pintu benda putih besar, kemudian mengecek benda-benda yang dimaksud sang ipar. Tanti manggut-manggut saat mengakui bila gaun untuknya dan kemeja buat Farzan ternyata sangat bagus. Sebuah tas kosmetik berukuran sedang yang berada di pinggir baju, diambil Tanti. Dia memeriksa isinya yang ternyata cukup lengkap, kemudian dia meletakkan benda itu ke meja rias. Tanti duduk di bangku dan memulai pembersihan wajahnya. Farzan mengamati perempuan yang tengah sibuk di depan cermin. Dia menyukai cara Tanti yang bergerak c

Latest chapter

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 48 - Tempat Bersembunyi

    48"Aku buatin teh hangat, ya," tutur Farzan. "Hu um," sahut Tanti sambil memegangi lengan suaminya dan mengajak Farzan keluar. "Ada makanan apa, Mas? Perutku harus diisi. Kayaknya masuk angin," ungkapnya. "Macam-macam. Nasi juga ada. Mungkin pihak hotel sengaja menyediakan itu buat kita." "Lagi nggak kepengen nasi. Ada sup?" "Ada. Paling banyak, sih, aneka cake. Kamu pasti tahu jenisnya apa aja. Aku nggak hafal." Keduanya tiba di dekat sofa dan duduk berdampingan. Farzan dengan tangkas membuatkan minuman hangat buat sang istri. Sementara Tanti memerhatikan hidangan, sebelum mengambil mangkuk sup jagung yang ternyata masih hangat, karena dihidangkan dalam tempat pemanas makanan. Farzan meletakkan cangkir berisi teh ke meja. Kemudian dia berpindah ke balkon untuk mengambil makanan dan minumannya, untuk dialihkan ke dalam. Selama beberapa saat suasana hening. Mereka sibuk menghabiskan berbagai makanan yang ternyata lezat. Kala Tanti bersendawa, keduanya serentak tersenyum sambil

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 47 - Jet Lag

    47Terminal F keberangkatan Bandara internasional Soekarno-Hatta, terlihat ramai orang berkemeja ataupun blus putih. Para pengawal yang ikut berangkat menemani bos masing-masing, mengenakan kemeja putih dengan logo PB di saku kiri. Selain mereka, beberapa komandan yang turut serta juga menggunakan pakaian serupa. Farzan dan Ristin saling menatap sesaat, kemudian lelaki bercelana jin biru mendekap mantan kekasihnya yang sebentar lagi juga akan menjadi mantan istrinya. Farzan membiarkan Ristin menangis di dadanya, karena hanya itu yang bisa dilakukannya untuk sang istri kedua. Tidak lama berselang, Ristin mengurai dekapan. Dia mengusap mata dan pipi yang basah dengan tisu. Farzan mengucapkan kata-kata penghiburan yang dibalas Ristin dengan anggukan. Setelah melepaskan perempuan berbaju hijau, Farzan berpindah menyalami Bobby. Dia menitipkan Ristin pada pria yang lebih muda. Sekaligus memastikan Bobby akan membantu usaha baru Ristin yang berkolaborasi dengan BPAGK. Adegan perpisahan

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 46 - Batu Loncatan

    46Deretan mobil beraneka tipe dan warna melintas di jalan bebas hambatan menuju Kota Jakarta. Farzan yang berada di mobil kedua yang dikemudikan Irwansyah, mendengarkan penuturan Linggha Atthaya Pangestu yang berada di kursi tengah bersama Leandru Mahendra dan Giandra Ardianto, sahabat Linggha yang juga merupakan salah satu anggota PG. Sementara Moreno dan Rusdi, ajudan Linggha yang berada di belakang, turut mendengarkan percakapan para bos. Tiba-tiba Rusdi terbahak dan menyebabkan yang lainnya terkejut. Sang pengawal cepat-cepat menghentikan tawanya karena dipandangi Linggha. "Maaf, Pak. Ini aku lagi berbalas pesan dengan teman-teman pengawal di semua mobil," jelas Rusdi. Dia memutuskan menerangkan alasannya tertawa agar tidak diomeli sang bos. "Hmm, ya." Linggha manggut-manggut. "Sepertinya semua pengawal PBK, kalau sudah mengobrol itu akan jadi kocak semua," sambungnya. "Sama aja dengan semua bosnya," tukas Giandra. "Paling kacau memang pasukan Pramudya," sela Leandru. "Di

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 45 - Melepaskan dan Mengikhlaskan

    45Embusan angin sepoi-sepoi menyapa apa pun yang dilewatinya. Dedaunan bergoyang mengikuti arah sang bayu. Sinar mentari yang cukup hangat menjadikan senja itu terasa menyenangkan. Sepasang manusia duduk di bangku panjang taman sebuah rumah sakit. Sementara pendamping mereka memerhatikan keduanya dari kursi-kursi di lorong. Yosrey mengamati paras Tanti yang kian ayu. Dia tahu, sudah tidak akan bisa menggapai hati perempuan pujaan, karena telah dimiliki Farzan. Yosrey pun sadar, tidak ada cara lain baginya kecuali melepaskan serta mengikhlaskan Tanti. Kenangan masa indah mereka tempo hari masih terbayang jelas dalam ingatan Yosrey. Lelaki berkaus putih hanya bisa menyimpan memori itu dalam ruang khusus di sudut hatinya. "Kamu kapan berangkat, Ti?" tanya Yosrey memecahkan keheningan. "Jumat nanti kami ke Jakarta dulu. Ke New Zealand-nya, Sabtu siang," jelas Tanti. "Kenapa harus ke Jakarta? Enggak bisa berangkat dari sini?" "Sebetulnya bisa. Tapi, Jumat siang, Mas Farzan rapat te

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 44 - Calon Janda Baru

    44Ruang pertemuan di lantai tiga gedung hotel Bramanty Grup, Jumat malam terlihat ramai orang. Selain karyawan di perusahaan itu, teman-teman semasa kuliah Farzan juga turut hadir. Seusai memberikan kata sambutan, Farzan meminta Tanti untuk maju dan bergabung dengannya di panggung. Pria bersetelan jas abu-abu mengulaskan senyuman, saat menyambut istrinya yang mengenakan gaun panjang berwarna serupa dengannya. Farzan melingkarkan tangan kiri ke pinggang Tanti, kemudian mencuri kecupan di pipi sang istri. Tidak peduli diteriaki hadirin, Farzan justru mengangkat tangan kanan dan melambai seraya tersenyum lebar. Setelahnya, CEO Bramanty Grup tersebut mengambil mikrofon dari tiang di depannya. Farzan mendekatkan benda itu ke depan wajah, lalu memindai sekitar seraya mengulum senyum. "Teman-teman semuanya, sekali lagi, saya dan istri mengucapkan terima kasih atas kehadiran kalian di malam perpisahan kami," tutur Farzan. "Kami sengaja mengumpulkan karyawan perusahaan, teman-teman kuliah

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 43 - Kejutan

    43Seunit mobil MPV hitam berhenti di depan sebuah rumah di kawasan Sriwijays. Pengemudinya turun sambil membawa dua kantung belanja sarat barang. Dia memasuki pekarangan rumah di mana beberapa pria tengah menurunkan perabotan dari mobil bak terbuka. Farzan memasuki ruang tamu sambil mengucapkan salam yang disahut kedua perempuan dari ruangan dalam. Pria berkemeja cokelat muda meneruskan langkah hingga tiba di ruang keluarga, yang lebih rapi daripada di depan. Farzan meletakkan kedua tas ke sofa. Tanti segera membongkar isi tas sambil menyusunnya di meja. Sementara Ristin memasukkan beberapa bungkusan berisi aneka buah ke lemari pendingin. "Ti, masak nggak?" tanya Farzan sambil mendudukkan diri di sofa tunggal. "Enggak, Mas," jawab Tanti. "Mas lapar?" tanyanya. "Hu um. Tadi siang padahal sudah makan. Tapi jam segini sudah qlapar lagi." "Aku bikinin nasi goreng, mau?" "Boleh. Sekalian es teh manis." "Sip." Tanti bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan buat suaminya. Ristin

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 42 - Ikatan Cinta

    42Beberapa unit mobil MPV berbagai tipe dan warna, melaju di jalan bebas hambatan menuju luar Kota Jakarta, Sabtu pagi. Setiap lima kilometer, semua sopir yang merupakan pengawal PBK akan berlatih manuver. Hal itu dimaksudkan untuk mempersiapkan semua pengawal bila harus menghindari pihak lawan. Farzan berada di kursi bagian depan mobilnya yang dikemudikan Hisyam, pengawas beberapa unit kerja para pengawal di Bandung. Hisyam juga menjadi manajer operasional BPAGK yang nantinya akan bersinergi dengan Farzan di New Zealand. Pada kursi tengah, Wirya dan Zulfi serta Moreno tengah berdiskusi serius. Dimas dan Valdy turut mendengarkan percakapan itu. Kedua pria di kursi belakang yang masih aktif sebagai pengawal sekaligus asisten bos masing-masing, nantinya akan ikut tinggal di New Zealand. Hansel Arvasathya, anak dari Timothy Arvasathya, telah menyediakan dua rumah bersebelahan yang akan ditempati Farzan, Moreno dan tim pengawal yang menjadi tim pelaksana proyek. Selain rumah, Hansel

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 41 - Mendua Hati

    41Detik terjalin menjadi menit. Jam terus berputar hingga hari berganti, tanpa bisa dicegah oleh siapa pun. Jumat pagi, Farzan berpamitan pada Tanti. Setelah mendaratkan kecupan di dahi sang istri, pria berkemeja biru muda bergegas memasuki mobilnya yang berada di depan pagar rumah.Moreno yang menjadi sopir, menekan klakson sebagai tanda berpamitan. Lelaki berkulit kuning langsat menekan pedal gas hingga kendaraan melaju melintasi jalan blok tersebut. Tanti mengamati hingga mobil suaminya menghilang dari pandangan. Selanjutnya dia membuka pintu mobil sedannya dan memasuki kendaraan yang tengah dipanaskan mesinnya. Yayat berpindah ke dekat pagar. Dia segera menutup benda besi, sesaat setelah mobil Tanti keluar dari pekarangan rumah. Pria tua memasang gembok, sebelum kembali ke halaman untuk melanjutkan pekerjaan memangkas rumput. Tanti melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang. Sekali-sekali dia akan berdendang mengikuti irama lagu yang diputar di radio. Jalanan yang padat tidak

  • Terjebak Dua Cinta   Bab 40 - Sama-sama Sampah!

    40Sengatan sinar matahari di luar, seketika menghilang saat Ristin menginjakkan kaki di ruang tamu rumah milik Haedar. Dia berdiri di tengah-tengah ruangan yang tidak memiliki pembatas dengan ruang keluarga, hingga terkesan luas.Minimnya perabotan menjadikan tempat itu terlihat lega. Tanpa sadar Ristin melengkungkan senyuman, karena ternyata dia menyukai rumah itu. Meskipun bentuk bangunannya tidak semewah rumah utama Haedar, tetapi dinding bernuansa hijau muda dan putih terkesan meneduhkan siapa pun yang melihatnya. Tanti yang ditemani Jihan, mengajak Ristin berkeliling. Sementara Bi Asih berhenti di ruang tengah untuk mengobrol dengan Darmi, yang merupakan Kakak sepupunya. "Ini kamar utamanya. Aku yakin, kamu pasti betah tinggal di sini, karena tempatnya nyaman," tukas Tanti seusai membuka pintu ruangan besar yang berada di ujung kanan halaman. Terpisah tiga meter dengan bangunan utama. Ristin manggut-manggut. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling seraya tersenyum. "Ya, di si

DMCA.com Protection Status