2. Terjebak Cinta Terlarang
Diminta Membawakan Lagu Penulis: Lusia Sudarti Part 2 *** Setelah melepas lelah sejenak, Dan menyantap makanan untuk kami sekeluarga. Kami menuju kerumah Mbah yang lain! Disini kami menginap selama menghadiri acara. Jaraknya tidak terlalu jauh, juga tidak dekat, cukup untuk sekedar olah raga dengan berjalan kaki, kami bersenda gurau dalam perjalanan, tak terasa akhirnya kami pun tiba. ❣❣❣❣❣❣ Keesokan harinya ... Pagi yang cerah, udara begitu sejuk. Hhmmm ... kuhirup udara yang begitu sejuk memenuhi seluruh ruang pernafasan dan kuhembuskan perlahan! Aku berjalan pagi ini mengelilingi halaman, pemandangan begitu asri, sawah yang menghijau, saluran irigasi yang berair jernih. Para petani hilir mudik kesawah menggunakan sepeda ontel. sungguh asri ... Matahari bersinar terang, pantulannya berkilau di air yang jernih. Di sebuah saung di tepi sawah, aku duduk termenung. Para petani melakukan pekerjaan mereka, ada yang menanam padi, ada yang menabur pupuk ada yang masih melakukan proses pencangkulan menggunakan mesin. Sejauh mata memandang, hanya hamparan sawah yang membentang, menghijau, sungguh aku begitu betah dan tenang. Gemericik air dari saluran irigasi menambah syahdu suasana. Para penduduk beramai-ramai berangkat mau pun pulang, bekal yang mereka bawa ditaruh di sepeda, memakai caping lebar sebagai penutup kepala untuk melindungi dari sengatan panas matahari yang begitu terik jika hari menjelang siang. Kami akan pulang jika memasuki waktu dzuhur tiba, dan kembali ba'da dzuhur hingga waktu menjelang ashar. Para lelaki akan kembali lagi mencari rumput untuk makanan ternak mereka. Ibu-Ibu memasak untuk makan malam. Entah berapa lama aku berada di saung, pastinya aku enggan untuk beranjak pulang. Aku melihat matahari telah meninggi. Akhirnya aku beranjak pulang, kemungkinan semua orang telah menanti kepulanganku. Beberapa orang berpapasan denganku, mereka begitu ramah dan kubalas dengan senyum dan anggukan. 'Huff lelah juga ya, pulang dulu mungkin si bocil kebingungan mencari keberadaanku," gumamku. Sedikit berlari-lari kecil aku kembali kerumah Mbah. "Oalah Nduk wes muleh (oh Nak sudah pulang)," sambut Mbah Uti ketika melihatku. "Eeh kaget, ada Mbah rupanya! Iya Mbah seger banget Mbah suasana pagi. Jadi aku jalan-jalan sebentar," jawabku sembari kuulas senyum. Rupanya bocilku mendengar aku berada di depan, dan ia menghambur kepelukanku. Kupeluk dan kucium dengan gemes. "Mama dari mana sih?" sungutnya. "Jalan-jalan pagi donk, habis sholat tadi," sahutku. Sambil kuusap pucuk kepalanya. "Ayo semua siap-siap kita berangkat!" terdengar suara Bapak dari dalam, meminta semua bersiap untuk berangkat. Akhirnya kami pun berangkat! Dan berjalan kerumah hajat karena memang hanya berjarak 500 meter dari rumah yang kami tempati. Sambil bersenda gurau, beberapa warga ada yang tersenyum dan menyapa. Ada yang tak berkedip menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Mbah ...!" bisikku memanggil Mbah yang berada disampingku. "Aapa ...!" jawab Mbah sembari menatapku. "Coba lihat penampilan aku Mbah, apa ada yang aneh?" tanyaku, sembari berjalan mendahului Mbah lalu berdiri dihadapannya. Mbah pun menelisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tiba-tiba Mbah mengacungkan dua jempol tangan-nya. "Perfeck ...!" sahutnya, sambil tersenyum. "hahaha ... Mbah lebay," kataku sembari manyun, aku terkekeh. Mbah juga Bapak, Ibu pun ikut tertawa. Tak terasa ternyata kami telah tiba di rumah hajat. "Ehh sudah pada datang rupanya!" sambut Mbah Herman dengan ramah. "Ayo masuk sini," ucapnya kepada kami. Di ruang khusus untuk para kerabat disana ada Paman dan kedua Adiknya. "Dek ...," panggil Paman kepadaku. Aku menoleh kearahnya. "Iya Paman, ada apa?" jawabku. "Sini deket Paman," katanya. "Emm ... sini aja Paman," tolakku halus. "Iya udah nggak pa-pa," jawabnya sedikit kecewa. Sambil menunggu semua proses acara aku berjalan-jalan di sekeliling rumah, aku melangkah ke halaman depan, suasana begitu meriah, berbagai pedagang dadakan memenuhi area disekitar rumah hajat, berbagai pedagang! Dari pedagang mainan, pedagang es, pedagang bakso, balon dan lain-lain. Disaat aku hendak membeli bakso, terdengar panggilan lantang di belakangku. "Mama tunggu ... Anjani mau beli es cream!" teriaknya. Aku berhenti seketika, lalu memutar tubuh kebelakang. Anjani berlari-lari kecil menghampiriku aku dengan raut wajah ceria. "Mau beli es cream, atau bakso?" tanyaku seraya menunggunya tiba didekatku. "Dua-duanya, hehehe," jawabnya sambil nyengir. Aku menoel dagunya dengan gemas. Kami melangkah beriringan menuju ke penjual bakso di seberang jalan. Banyak pasang mata yang mengawasi kami, ada yang sinis, terutama Ibu-Ibu muda, ada yang menunjukkan sorot kagum, itu dari kaum adam tentunya, aku hanya cuek menanggapinya. "Bu, beli bakso dua mangkok!" ujarku kepada Ibu penjual bakso seraya menempati tempat duduk di depan gerobak bakso. "Dibungkus apa dimakan sini Mbak?" tanyanya kepadaku seraya tersenyum ramah. "Dimakan sini Bu," jawabku pelan. "Oh iya Mbak, sebentar ya?" jawabnya sambil meracik toping bakso. "Iya Bu ..." "Dari mana Mbak, kayaknya bukan penduduk sini ya, baru lihat!" tanyanya sambil menaruh mangkuk bakso dihadapanku. "Iya Bu," jawabku singkat. "Ini punya Adeknya!" ia menaruh mangkuk dihadapan Anjani. Aku terkejut mendengar kata-kata Adek, sontak aku dan Anjani saling pandang, lalu tertawa. "Maaf Bu ... ini bukan Adik! Melainkan Anak saya Bu," jawabku seraya tersenyum. Kini giliran Ibu penjual bakso yang terkejut mendengar penjelasanku, kedua bola matanya melebar seketika. "Anaknya ya Mbak? Waduh maaf, saya kira Adeknya, hehehe," si Ibu pun terkekeh. Setelah selesai dan membayar kami berdua segera pamit, takut dicari semua orang. ❣❣❣❣ Para Pramusaji sibuk menyiapkan hidangan. Aku bangkit mau ikut Membantu para pramusaji. "Jangan Nduk ..." cegah Mbah saat aku hendak beranjak. "Itu tugas mereka, dari sebelah keluarga kedua belah pihak dilarang ikut bantu-bantu," terangnya kemudian. "Ooh gitu ya Mbah?" sahutku manggut-manggut. "Iya Nduk," jelasnya lagi. Tak sengaja aku melihat Paman yang mencuri pandang. Saatku pergoki ia lalu membuang muka. Heemm kok hatiku rasanya tak tenang ya?" gumamku. Hari ini masih ada Ritual Adat Jawa. Entahlah aku tak faham. Dan alunan musik gambus bergantian dengan gending Jawa menambah syahdu dan semarak suasana. Ternyata begini ya jika menikah dengan acara yang dibuat mewah, seandainya dahulu aku menikah dengan orang yang tepat, mungkin aku pun seperti ini, duduk bersanding di pelaminan dan menjadi raja dan ratu sehari. Aku duduk terpaku di tempatku menyaksikan hilir mudik para tetangga yang membantu, dan memperhatikan kesibukan pengantin yang harus melakukan ini dan melakukan itu menurut adat. Ternyata ribet juga ya menjadi seorang pengantin? Aku memang tak mengalami itu semua, karena dahulu aku menikah karena perjodohan dan hanya pernikahan di bawah tangan. Karena aku tak sanggup lagi menjalani pernikahan yang menyakitkan, akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dan menjalani kehidupan menjadi seorang janda dengan satu Anak. Kini penyesalan tiada guna, karena tak akan mengembalikan masa-masa dahulu sebelum menikah. Yah memang itu semua perjalanan takdir yang harus kujalani. Tak ada satu pun umat manusia yang mampu melawan takdir-Nya, kita hanya bisa merubah nasib, tapi kalau takdir sudah digariskan sebelum kita diciptakan. Tiba-tiba Ibu memberi kode agar aku mendekat kepadanya. "Kenapa Bu?" tanyaku, setelah aku berada di sampingnya. "Maya sebentar lagi kamu dipanggil kepanggung untuk menyumbangkan sebuah lagu, permintaan dari kedua belah pihak," kata Ibu, sembari menatapku lekat. "A-apaa buuu?" teriakku tanpa sadar, aku pun menutup mulut dengan kedua tangan. Bersambung3. Terjebak Cinta Terlarang Aku Juga Jago Nyanyi Penulis: Lusia Sudarti Part 3 *** "Maya sebentar lagi kamu akan di panggil keatas panggung untuk menyumbangkan sebuah lagu, permintaan dari kedua belah pihak," kata Ibu sembari menatapku lekat. "A-apaa buuu?" teriakku tanpa sadar, aku pun menutup mulut dengan kedua tanganku. Dengan dada berdebar tak menentu nafas tak beraturan keringat dingin bercucuran aku mencoba untuk tidak grogi sedikitpun. Kutarik napas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan, agar lebih rileks dan santai. Akhirnya Alhamdulillah berhasil. Maklum karena aku, sudah lama sekali tidak pernah bernyanyi. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Nardi yang telah berdiri disampingku seraya menepuk pundakku perlahan. Seketika aku mendongak menatapnya sejenak. "Eehh Dek kamu kenapa kok pucat dan kayaknya lelah gitu?" tanyanya, ia menautkan kedua alisnya. "Eh Paman, gak kok cuma nerfes aja. Karna sebentar lagi Maya mau bawain lagu diatas pentas," jaw
4. Terjebak Cinta Terlarang Insiden Paman Dengan Fotografer Penulis: Lusia Sudarti Part 4 ***** Lagi! Lagi! Lagi! MC pun bertanya. "Bagaimana Mbak? Mereka suka sekali sama suara merdu Mbak Maya," tanyanya, ia mengumbar senyuman dan mengedipkan mata genitnya. Hufft! Apa ini?" aku memutar bola mata dengan perasaan sebal. ❣❣❣❣❣❣ "Baiklah! Saya akan coba membawakan sebuah lagu kesayangan saya. Dan lagu kali ini sebuah lagu dari Sony Josh. Orang Desa ..." Plok! Plok! Plok! Tepuk tangan meriah kembali terdengar riuh dan membahana, dari ratusan tamu undangan. Dan seketika hening dan senyap dikala musik mulai mengalun. 'Hitam kulitku, putih kulitmu, Rombeng bajuku, dari toko bajumuu ... Pikirlah duluu, kalo cinta padaku, Yang lebih baik, jangan buru-buru ... Aku orang desa, engkau orang kota ... Ku orang miskiiinn ... Hidupmu terjamin ... Jangankan mobiiill ... Jangankan motoorr ... Sepeda sajaa, aku tak punyaa ...
5. Terjebak Cinta Terlarang Gelagat Aneh Paman Penulis:Lusia Sudarti Part 5 ************* Sunardi pun menghampiri Fotografer itu, lalu menariknya kebelakang panggung yang sepi. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Dari arah panggung, panitia menghampiri aku. "Mbak ini uang saweran milik Mbak Maya tadi," ucap Panitia sambil menyodorkan sejumlah uang yang ada di dalam kotak khusus saweran. "Ooh iya makasih banyak Pak," jawabku. "Iiya sama-sama Mbak, nanti Mbak Maya di minta untuk membawakan lagu kembali," ucap panitia dengan tersenyum sopan. Aku terkejut, benar-benar tak menyangka, kalo masih di minta membawakan lagu lagi. "Oohh baiklah Pak," ucapku, aku mengulas senyuman. "Kalo begitu saya permisi Mbak," pamitnya kemudian. "Baiklah Pak, terima kasih ya," ujarku sambil membungkuk hormat. Aku membawa kotak kardus pemberian dari pihak panitia kedalam kamar pengantin, pintu kututup agar tak ada yang melihat aku menghitung jumlah uang yang bertabu
6. Terjebak Cinta Terlarang Anjani Keberatan Aku Bernyanyi Penulis:Lusia Sudarti Part 6 ********* Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah. Aku tertegun sejenak melihat semua ini, untuk saat ini aku belum ingin menikah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Dan tak terasa waktu terus berjalan acara masih terus berlanjut karena memang acara akan berakhir hingga satu hari satu malam kemudian. Jangan ditanya kalo dana yang didapat! Tetapi dana yang masuk pun melebihi dari semua pengeluaran, Herman Mbahku adalah sosok yang disegani dan penuh wibawa dimata masyarakat. Tak heran jika ia menpunyai hajat, semua tumpah ruah seperti hujan yang turun dari langit. Sumbangan yang didapat tiga kali lipat dari pengeluaran. 'Masyaallah, sungguh besar kuasa Allah," lirihku dalam hati. Aku tak heran, saw
7. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi aneh! Penulis: Lusia SudartiPart 7***************** "Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar. "Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang. "Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang. Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya. "Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan. "Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku. Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya. "Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya. "Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih. Aku terperangah mendengar ucapan-ny
8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente
9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan
10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.
43. Terjebak Cinta TerlarangMelanjutkan Kembali Membaca Surat Dari Mas Reno.Penulis : Lusia Sudarti Part 43"Mama mau bikin sarapan dulu ya, Tante masih ambil wudhu, habis Tante, Anjani segera sholat!" titahku kepadanya, aku melangkah menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. "Iya Ma," jawabnya lirih.🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Siang ini begitu terik aku hendak melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. Aku takut bos akan marah kepadaku, jika pekerjaanku belum selesai dan belum dikerjain. Aku dan Sella udah berjanji untuk kerjain pekerjaan kami yang tertunda. Sebelum ia pulang tadi pagi kami berjanji untuk mendatangi pemilik perkebunan. "Bu, Maya mau kerumah Sella dulu ya? Anjani tertidur, titip dulu ya Bu?" Aku menghampiri Ibu yang sedang nonton televisi, beliau baru pulang dari mengurus bayi baru yang lahir, profesi Ibuku. "Kamu jadi kerjanya?" tanya Ibu sambil mendongakkan kepala menatapku yang berdiri dibelakangnya. "Rencananya sih Bu! Dari pada pusing dirumah!" ujarku sam
42. Terjebak Cinta Terlarang Aku Menunggu Kedatangan Mu Mas! Penulis: Lusia Sudarti Part 42Aku membaca sampai kedua bola mataku terasa pedih, namun masih penasaran dengan perjalanan Mas Reno.🌷🌷🌷🌷🌷🌷 Malam semakin merambat, namun aku bertekad untuk membaca semua surat yang Mas Reno kirimkan. "Tapi gue ada urusan Rom!" kata Mas Reno berbasa-basi, sesungguhnya Mas pun lelah untuk melakukan perjalanan kembali. Tetapi Mas memang harus istirahat untuk mengumpulkan tenaga agar esok dapat fokus dalam melakukan perjalanan panjang. Romi membujuk Mas agar mau bermalam dirumahnya. "Alah, urusan besokkan bisa sehabis dari sirkuit!" sergah Romi sembari menyulut sebatang rokok marlboro. Mas diam sesaat mendengar perkataan Romi dan mempertimbangkan ajakannya. "Ya udah deh, gue ngalah." Akhinya Mas menyetujui ajakannya. "Nah gitu donk, kita happy aja dulu ini malam, sebelum tanding," kata Romi sambil tersenyum senang.Namun, ada yang tak Mas suka darinya yang selalu turut campur mas
41. Terjebak Cinta Terlarang⁰ Aku Kembali Mendapat Surat Dari Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 41"Anjani ganti baju dulu ya, Tante mau omelin tuh Mama Anjani!" titah Sella kepada Anjani. "Asiap Tante cantik," ujar Anjani sambil tersenyum genit kearah Sella kemudian beralih menatapku, aku hanya mencibir melihatnya. Anjani berlalu dari hadapan kami menuju ke kamar untuk berganti pakaian. "May, bisa gak sih kamu bersikap biasa aja!" Sella menjatuhkan bobot disampingku, ia menatapku dengan raut datar. "Apaan sih, jutek amat!" sungutku, aku melipat tangan di dada, seraya menatapnya. Pyuuurrr! "Happy birthday to you, happy birthday to you," Anjani dan Sella berjingkrak, melompat dan Anjani menuang tepung terigu ke kepala dan wajahku, hingga hanya kedua bola mataku yang terlihat. Seketika aku melongo mirip sapi ompong. "Selamat ulang tahun Mama," katanya sambil memelukku yang berlumur tepung dan mencium pipiku. "Tiup lilinnya May!" Sella mendekat kepadaku sambil membawa sa
40. Terjebak Cinta Terlarang Masih Membaca Sambungan Surat Mas Reno. Penulis: Lusia Sudarti"Kurang ajar, gue gak akan membiarkan elu pergi dari sini dan jauh dari gue, gak akan gue biarin elu menikahi tuh cewek kampung!" umpatnya seorang diri dan terlihat dari cctv.Viona mengintai dari celah pintu kamar milik Mas Reno yang terbuka sedikit. Part 40"Maaf ya Dek, jika surat Mas terlalu panjang. Mas lanjutkan ya Dek ..." Aku masih membaca surat Mas Reno, karena aku penasaran tentang dirinya.'Gue harus ngubungi seseorang, untuk mencegah dan menghalangi Kak Reno kembali ke Sumatera, bila perlu Kak Reno gue sekap!" ujar Viona pelan sembari masih tetap mengawasi mereka di dalam kamar. "Viona tak menyadari, jika ia Mas awasi melalui cctv." Aku menjadi geram membaca surat Mas Reno tentang Viona.🌷🌷🌷🌷🌷🌷 "Hingga akhirnya Mas pamit sama Mama dan Dian." "Mah, Reno pamit ya? Jaga kesehatan Mama, kalo ada apa-apa, hubungi Reno.""Mas Reno memeluk Mama Ovi dengan sangat erat dan lam
39. Terjebak Cinta Terlarang Sambungan Surat Dari Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 39 Hingga di sepertiga malam aku membaca surat dari Mas Reno. "Mulai kepo deh elu Yan!" ujar Mas, sambil menyentil kening Dian. "Mas malah jadi bahan ledekan yank." Aku tersenyum membacanya."Iihh Mas Reno pelit amat sih! Heem Dian tau, pasti Mbak Maya begitu spesial, dan baru kali ini Mamas gue bertekuk lutut ama yang namanya cewek, hehehe," ujar Dian menggoda Mas.Mas Reno tentunya hanya nyengir mendengar candaan Adik Mas itu. "Ya iyalah, masa iya, iya donk," balas Mas Reno yang semakin membuat Dian kesal. "Disaat Mas sama Dian becanda, muncullah ras terkuat di bumi, yank. Yaitu Mama.""Ternyata kalian ada disini ...?" perempuan setengah baya berdiri diambang pintu sambil bersedekap, dengan tatapan penuh kerinduan. "Eeh Mama," Mas Reno beranjak bangun lalu memeluk perempuan yang Mas panggil Mama dengan erat.Begitupun sebaliknya. Kami berpelukan dengan erat. Dian pun turut serta, merek
38. Terjebak Cinta Terlarang Ada Tabir Yang Menaungi(Surat Dari Mas Reno) Penulis: Lusia Sudarti Part 38"Oh iya, saya sudah tahu maksud kedatangan Mbak," ujarnya menatapku, kami semua hanya saling pandang mendengar ucapan beliau, aku pun mengangguk. "Oh iya, ini sama Mbak siapa ya?" Pak Senen bertanya kepadaku, beliau membawa sebuah buku dan satu buah pulpen ditangannya. "Saya Maya Pak!" jawabku sopan seraya tersenyum. "Oh Mbak Maya! Kalo nama calonnya siapa?" beliau bertanya kembali nama Mas Reno. "Reno Pak namanya," ujarku lagi dan beliau manggut-manggut sambil menulis namaku dan Mas Reno. Aku tak tahu apa yang ditulis di buku itu.Keningnya bertaut melihat buku yang di genggamannya.Sorot kedua bola matanya menyiratkan sebuah ke khawatiran membaca apa yang ia tulis. "Mbak, maaf sebelumnya! Bagaimana kalo di gagalkan saja dengan Masnya ...!" Pak Senen menggantung ucapannya. Itu semua membuatku penasaran. Ibu dan Kak Heri terdiam seribu basa mendengar penuturan beliau. "Me
37. Terjebak Cinta Terlarang Mas Reno Mengirim Kabar. Penulis: Lusia Sudarti Part 37Mas jangan kenceng-kenceng, aku takut!" Teriaknya sembari memeluk erat pinggang Reno. Sedang Reno hanya mengusap jemari Maya dengan mesra memberikan kekuatan dan keberanian. Aku semakin erat memeluk Reno, jantungku bertalu-talu antara takut dan bahagia karena bertemu dengan Reno lelaki yang telah tiga bulan ini mengisi ruang kosong dalam hatiku, yang telah dua pekan ini meninggalkanku, pamit hanya satu pekan tetapi belum kembali juga. Reno mengendarai motornya semakin kencang, ia piawai sekali memegang kendali, bagai seorang pembalap yang sedang tanding disircuit. Gedung tinggi menjulang di daerah perkotaan, kota yang sangat asing bagiku. Dikawasan elit, Reno mengurangi kecepatan motornya, kemudian ia memasuki halaman luas yang berpagar tinggi, rumah mewah dua lantai bertengger dengan megah. Motor pun berhenti tepat disisi bangunan nan megah, ia melepaskan helm yang membalut kepalanya. Aku s
36. Terjebak Cinta Terlarang Mimpi Bertemu Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 36 "Hehehe, bisa aja kamu," Sella terkekeh sambil mencubit tanganku pelan. "Yah kamu itu. Masa iya laporan tertulis, kayak yang resmi aja," sungutku. "Ya kan biar kamu yakin! Enggak anggap ucapanku modus, wek," sungutnya sembari menjulurkan lidah untuk menggodaku. Aku mencibir mendengar ucapannya. "Ehh, masih gak percaya!" ujarnya seraya berdiri dan melangkah menuju kearahku dengan tatapan tajam dan kedua tangannya diangkat hendak menyentuh pinggangku. Aku yang menyadari situasi, segera ambil ancang-ancang menggunakan langkah seribu.Ia melompat menyergapku. "Iya ampun Sell, ampun, iya percaya kok, hehehe," kataku terpingkal-pingkal ketika kedua tangan Sella menggelitik punggangku tanpa ampun. "Ampun Sell, ampun!" teriakku memohon kepadanya dengan wajah memelas. "Lagi?" tanyanya hendak bersiap menggelitikku kembali. "Enggak Sell, ampun," jawabku sembari duduk dilantai karena lemas di gelitikn
35. Terjebak Cinta Terlarang Kasus dengan Ibu-Ibu Pembuat Masalah. Penulis : Lusia Sudarti Part 35 "Ma, Anjani berangkat dulu ya?" aku terkejut, tiba-tiba ia telah berada disampingku. Sepontan aku menoleh kesamping dan menatapnya, sembari mengusap dada. "Ngagetin aja sih!" ujarku sambil mencubit gemas kedua pipinya yang cubby, ia malah terkekeh. "Hehehe, semenjak Om pergi, Mama melamun terus deh," ujarnya menggoda aku."Mama kangen ya?" sambungnya sembari duduk disampingku, aku hanya diam tak menjawab. "Ayo kalo mau Mama anter ngaji," ujarku sembari menarik tanyanya perlahan. Aku mencoba mengalihkan pertanyaannya. "Aduh sebentar donk Ma! Anjanikan belum bawa tas," jawabnya, seketika aku menoleh kebelakang untuk menatapnya, ia masih terkekeh melihatku. Dengan segera aku melepaskan pegangan tanganku, membiarkannya mengambil tas di dalam kamar, sementara aku hanya mampu menggelengkan kepala. "Ayo Ma!" ujarnya seraya menarik tangan kiriku.Aku mengikuti langkahnya menuju ke arah