5. PELET(Terjebak Cinta Terlarang)
Gelagat Aneh Paman Penulis:Lusia Sudarti Part 5 ************* Sunardi pun menghampiri Fotografer itu, lalu menariknya kebelakang panggung yang sepi. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Dari arah panggung, panitia menghampiri aku. "Mbak ini uang saweran milik Mbak Maya tadi," ucap Panitia sambil menyodorkan sejumlah uang yang ada di dalam kotak khusus saweran. "Ooh iya makasih banyak Pak," jawabku. "Iiya sama-sama Mbak, nanti Mbak Maya di minta untuk membawakan lagu kembali," ucap panitia dengan tersenyum sopan. Aku terkejut, benar-benar tak menyangka, kalo masih di minta membawakan lagu lagi. "Oohh baiklah Pak," ucapku, aku mengulas senyuman. "Kalo begitu saya permisi Mbak," pamitnya kemudian. "Baiklah Pak, terima kasih ya," ujarku sambil membungkuk hormat. Aku membawa kotak kardus pemberian dari pihak panitia kedalam kamar pengantin, pintu kututup agar tak ada yang melihat aku menghitung jumlah uang yang bertaburan di dalam kardus. Kedua bola mataku membelalak sempurna! Aku menutup mulut dengan kedua jemari setelah mengetahui nomimalnya. 'Ya Allah, ini setara dengan gajiku satu bulan sebagai kuli di perkebunan," lirihku. Kemudian aku mengucap syukur dan mengusap wajah. 'Alhamdulillah Ya Allah ...," ucapku bersyukur sambil memasukkan semua uang total tiga juta rupiah kedalam tas slempang yang ia sandang. Kemudian ia keluar dari kamar dan kembali ketempat duduknya semula. "Bu, aku dapat uang tiga juta," bisikku kepada Ibu. "Alhamdulillah," jawab Ibu. Disaat aku sedang fokus melihat kearah pelaminan, melihat Bibik yang tersenyum bahagia, hatiku pun merasa sangat bahagia. Tak terasa titik bening mengalir perlahan dari kedua netraku. 'Semoga Bibik hidup dalam kebahagiaan sampai jannah, amiin," doaku dalam hati. Aku menyeka bulir bening dengan tisu. Ketika melihat sosok yang keluar dari belakang. Dan melintas di depanku. Fotografer tadi terlihat begitu tergesa-gesa, dan terlihat disudut bibirnya memar dan berdarah. "Lho Mas, kenapa kok bibirnya berdarah?" tanyaku heran. "Ooh nggak Papa Mbak, ini tadi jatuh terpeleset dan membentur tembok," jawabnya berdalih dalam kebohongan . "Oh ya? Benarkah Mas? Tapi itu bukan bekas jatuh?" sambungku kemudian, hatiku merasa ada yang janggal antara Sunardi dan fotografer. "Bener kok Mbak," jawabnya berdalih untuk meyakinkan. "Ya udah kalo gitu Mas," sahutku. "Saya permisi Mbak," ujarnya, ia nampak terlihat sangat ketakutan. "Silahkan Mas," aku mengangguk, dan menatap punggungnya dari kejauhan. Aku mengangkat kedua bahuku. Aku melihat ia berlalu dengan begitu tergesa-gesa. 'Aneh ...," bathinku lirih. ❣❣❣❣❣ 'Heemm haus sekali." Aku pun melenggang menuju meja untuk mengambil air minum dan mengambil cemilan. Lumayan capek dan serak tenggorokan ini. Disaat aku sedang asyik menikmati puding, aku mendengar ada suara sedikit berisik diruang sebelah. Dengan sangat hati-hati aku mendekati daun pintu yang terbuka sedikit. "Awas bro, kamu harus awasi orang-orang yang mau mendekati keponakan aku," suara parau seseorang, sepertinya aku mengenalnya. "Kalo kamu gagal, bayaranmu aku potong," bentaknya. "Ja-ngan Bos," jawab laki-laki di dalam ruangan. "Makanya lakukan dengan baik dan hati-hati," perintah seseorang yang mirip Sunardi. "Ssiiaap Bos," katanya lagi. "Cepat awasi dari jarak jauh," sahut orang yang mereka panggil dengan sebutan Bos. Mendengar langkah menuju kearah pintu aku buru-buru, sembunyi dibalik pintu .. dan menahan nafas agar tak ketahuan. 'Sebenarnya ada apa dengan Sunardi itu ya? kenapa bawa-bawa aku?" lirihku dalam hati. Dari tempat acara yang telah dimulai kembali setelah istirahat makan siang. Suara MC memanggil namaku kembali. "Kepada Mbak Maya, di persilahkan naik keatas panggung, untuk membawakan sebuah lagu," suara MC menggema melalui microfon. Maya! Maya! Maya! Suuuuiiiiittttt! Maya pun segera menuju keatas panggung kembali. "Terima kasih sebelumnya, atas kehormatan yang di berikan kepada saya. Saya akan mencoba membawakan sebuah lagu dari ... "Lilis Karlina, Cinta Terisolasi," suaraku menggema. Horreeee ...! Terdengar riuh tepukan dan sorakan dari para tamu undangan yang semakin banyak memenuhi ruangan, bahkan hingga kehalaman. Mereka semua begitu menikmati persembahan diriku yang ketiga kalinya. Akhirnya, sampai lagu kelima berturut-turut aku bernyanyi, dan sambutan dan reaksi tamu undangan begitu antusias. Aku melihat sosok yang diam-diam memperhatikanku dari tempo hari, entah mengapa hatiku begitu penasaran. Penampilannya selalu mencuri hatiku. Wajah dan tubuhnya yang membuat ia berbeda dengan yang lain. Mata elangnya begitu tajam, wanita yang menjumpainya pasti akan tertarik dan rela antri untuk mendapatkan dirinya. Jantungku seolah terpompa dengan cepat, debaran yang kurasakan semakin membuatku hampir tak mampu untuk kukendalikan. "Astagfirrullah, apa yang aku rasakan ini," berulang kali aku mengucap istigfar dalam hati, untuk mengendalikan gejolak dalam dadaku. 'Siapakah dia? Tunggu di bab-bab selanjutnya tentang lelaki yang berhasil mencuri perhatian seorang Maya. ❣❣❣❣ "Dek, nanti dampingi Bibik di pelaminan ya ...!" tiba-tiba suara Sunardi mengagetkan aku. Sontak aku menoleh kearah suara. Ia telah berdiri disampingku. "Iya Paman," jawabku singkat. Kemudian ia pamit untuk bergabung dengan mempelai di pelaminan. Namun kedua netranya tak lepas dariku. Bahkan aku menangkap, sesuatu disana. Namun aku hanya menganggap itu biasa, mungkin bentuk dari kasih sayangnya untukku, sebagai keponakan yang belum lama dipertemukan. Tetapi itu hanya alibiku semata kala itu! Karena aku tak tau, bahwa Sunardi mempunyai maksud terselubung, maksud jahat dan licik. Ternyata ia ingin menjadikanku miliknya. Sunardi tak rela jika aku di dekati siapa pun. Dan saat itu aku benar-benar tak menyadarinya. Bahkan kekuargaku pun tak tau. Hanya Sunardilah yang tau. Sebenarnya ada beberapa sahabat karibnya yang mencoba untuk mendekati aku tetapi dilarang keras olehnya. Seperti kejadian tadi pagi. "Bro kenalin donk sama tuh keponakan kamu yang kemarin membawakan lagu, suaranya begitu merdu dan manis sekali wajahnya," "Awas kalo kamu berani mendekati keponakan aku Fer, kamu berurusan sama aku," ancam Sunardi, ia tak menyangka kalo kehadiranku menarik perhatian dari sahabat-sahabatnya. Ia takut aku jatuh kepelukan orang lain, selain dirinya. "Kenapa emangnya Di?" tanyanya kala itu, dari tempat tersembunyi diam-diam aku memperhatikan mereka. "Ah gak apa-apa, nanti kamu permainkan perasaan Adikku," sanggahnya kemudian. Dan Ferdi pun mundur secara teratur dan pergi meninggalkan Sunardi. Sementara itu acara masih begitu meriah, undangan semakin banyak berdatangan bahkan dari tetangga desa, mau pun dari jawa. Maklum keluarga kami keluarga besar. Dan tak terasa waktu terus berjalan, acara masih terus berlanjut, karena memang acara akan berakhir hingga sehari semalam kemudian. Malam harinya acara dilanjut kembali, setelah mengadakan pengajian dan tausiyah dari Kyai yang sengaja di datangkan. Dan diiringi dengan musik qosidah/gambus. Acara berlangsung dengan khidmat. Sang mempelai wanita masih tetap berlinang air mata, karena sebentar lagi akan melepas masa-masa lajangnya. Dan akan meninggalkan rumah orang tuanya demi berbakti kepada sang Suami. Aku pun turut menitikkan air mata kala mendampinginya. "Selamat berbahagia ya Bik, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, sampai ke jannah. Amiiin," ucapku seraya memeluknya dengan erat. "Amiiinn, terima kasih banyak Maya, semoga kelak Maya juga mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik lagi ya," balasnya, disaat kami berpelukan. "Iya Bik, mudah-mudahan jika Maya masih diberikan jodoh lagi, walau pun sebetulnya, belum berfikir untuk menikah lagi, Maya belum bisa melupakan trauma itu," jawabku sendu. "Jangan begitu Maya, gak semua laki-laki itu buruk, masih banyak diluar sana laki-laki yang baik lho." ujarnya memberi nasihat kepadaku. Kami pun saling bercerita tentang kehidupan dan pengalaman perjalanan masing-masing. Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Bersambung6. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Anjani Keberatan Aku Bernyanyi Penulis:Lusia Sudarti Part 6 ********* Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah.Aku tertegun sejenak melihat semua ini, untuk saat ini aku belum ingin menikah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Dan tak terasa waktu terus berjalan acara masih terus berlanjut karena memang acara akan berakhir hingga satu hari satu malam kemudian.Jangan ditanya kalo dana yang didapat! Tetapi dana yang masuk pun melebihi dari semua pengeluaran, Herman Mbahku adalah sosok yang disegani dan penuh wibawa dimata masyarakat. Tak heran jika ia menpunyai hajat, semua tumpah ruah seperti hujan yang turun dari langit.Sumbangan yang didapat tiga kali lipat dari pengeluaran. 'Masyaallah, sungguh besar kuasa Allah," lirihku dalam hati. Aku tak heran, saweran yang kudap
7. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi aneh! Penulis: Lusia SudartiPart 7***************** "Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar. "Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang. "Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang. Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya. "Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan. "Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku. Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya. "Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya. "Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih. Aku terperangah mendengar ucapan-ny
8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente
9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan
10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.
11. Terjebak Cinta Terlarang Iya Atau Tidak! Penulis: Lusia Sudarti Part 11 *** Karena semua sudah siap di meja aku pun masuk kedalam kamarku. Mandi lagi dan membersihkan semua noda dosa. "Di, ikut Mas kerja ya?" ajak Bapak saat kami di meja makan. "Iya Mas ...!" jawabnya setengah hati. Dia melirikku dan aku pura-pura tak melihatnya, raut wajahnya berubah sedikit masam. "Pak, Maya mau kerja lagi ya?" ucapku membujuk Bapak karena aku bosan berada dirumah terus. "Enggak usah May, nanti kamu sakit lagi!" cegah Bapak sambil menatap tajam kearahku. "Biarlah Bapak sama Ibumu yang kerja kamu dirumah aja, membantu pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja," imbuh beliau sambil menyesap kopi. Aku hanya diam menjadi pendengar dan Anak yang baik. Ibu dan Sunardi hanya mendengarkan tanpa berani mengeluarkan suara. "Nanti setiap bulan Bapak kasih kamu uang Rp 500.000, dari Ibu Rp 500.000.Untuk kebutuhan kamu. Anjani biar jadi tanggung jawab kami," sambung Bapak kembali. Aku masih terd
14. Terjebak Cinta Terlarang Jadi Pemuas Nafsu Penulis:Lusia Sudarti Part 14 Di kamar tak jadi tidur, malah teringat peristiwa yang terjadi semalam. Jeratnya, perbuatannya membuatku seperti orang gila. Hingga membutakan mata hatiku yang membuat benar-benar lupa akan jati diriku sesungguhnya.🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Keesokan harinya ketika sedang sarapan pagi seperti biasa, aku mengutarakan keinginanku kepada kedua orang tuaku untuk menunaikan ibadah puasa. "Bu, besok bulan suci Ramadhan. Boleh ya Maya Puasa?" tanyaku sambil menatap beliau penuh harap. "Maya, Ibu gak mau penyakitmu kambuh! Kamu gak kasihan sama Kami? Bagaimana kalo bertambah parah?" ucap Ibu sedikit tegas dengan raut wajah penuh kebingungan. Aku pun sesungguhnya dalam kebimbangan dan tak yakin bisa berpuasa, karena asam lambung dan gagal ginjal yang akut. "Ya sudah Bu! Maya akan mencoba untuk mendengar nasihat Bapak sama Ibu," jawabku lirih. Dalam hati berontak, tapi tapi akal dan fikiran tak mampu menolak. Setiap har
13. Terjebak Cinta Terlarang Nafsu Liar Paman Penulis: Lusia Sudarti Part13 *** Malam ini seperti tiada akhirnya, dan ini hampir pukul 04:00 dini hari. Aku lelah aku capek tapi aku masih berada dikungkungan tubuhnya. "Dek, jangan tinggalkan Paman," ucapnya yang kesekian kalinya. Aku tak tahu sudah yang keberapa kalinya ini terjadi dan terjadi lagi. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Malam penuh kubangan dosa. Yang kulakukan bersamanya.Di sebuah kamar berukuran 5x6, menjadi saksi bisu perbuatan nista kami berdua. Ternyata kedatangan sang Paman, membuat petaka bagi aku keponakan-nya. Yang seharusnya dilindungi dengan segenap hati, sepenuh jiwa. Cinta buta, yang hanya mengikuti nafsu dan kenikmatan dunia. Bahkan menghalalkan segala cara aku menikmatinya tanpa sadar, yang kuingat hanya menuruti semua keinginannya.Aku tanpa bisa melawannya dan menjadi korban ilmu pelet sang Paman. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Adzan shubuh berkumandang, begitu syahdu dan membangunkanku dari mimpi, aku menggeliat untuk merenggang
24. Terjebak Cinta Terlarang Kehebohanku Bersama Sahabatku Penulis : Lusia Sudarti Part 24 "May aku sebelah sana, anjani ditengah, kamu dipinggir ya." "Iya, aku dipinggir aja," tukasku. Kami pun terlelap dalam buaian mimpi.*** Sayup-sayup terdengar suara adzan dari masjid di desaku.Aku mengumpulkan segenap tenagaku, aku merenggangkan otot-otot yang terasa kaku. Aku membangunkan Sella yang masih tertidur pulas. Hem, tidurnya kok pulas banget, sampai-sampai suara adzan tak terdengar olehnya. "Sell! Sella ... ayo bangun sholat dulu. Nanti kalau masih ngantuk tidurlah lagi!" aku memanggilnya perlahan sambil menepuk-nepuk pipinya perlahan agar terbangun. Ia pun membuka mata dengan tatapan heran kearahku. Mungkin ia lupa kalau tidur di tempatku. "Hei, kok bengong sih? Ayo bangun sholat! Nanti keburu habis waktu lho," ajakku lagi. Ia mengerjapkan mata, memandang berkeliling, menyapu setiap sudut dengan netranya. "Heem May, aku lupa kalau aku dikamar mu!" ucapnya menggeliat lal
23. Terjebak Cinta TerlarangPenulis : Lusia Sudarti Kedatangan Mas Rafa Part 23"Ini tehnya Mas," Sella membawakan teh untuk kami. Lalu segera pamit. "Iya Sell terimakasih," sela hanya tersenyum. "Sell, ini tolong bawain kebelakang ya," aku meminta tolong padanya membawakan oleh-oleh dari Mas Rafa, ia pun menyambut plastik yang kuberikan untuk dibawa serta kedapur.*** Sella datang lagi membawa piring diatas baki berisi makanan dari Mas Rafa. Mas Rafa menatapku dengan pandangan sulit untukku jabarkan. Aku pun masih diam seribu basa, entah dari mana aku harus memulai percakapan dengannya. Aku teringat akan kata dan penghinaan Tante Ningsih. Tante dari Mas Rafa, yang begitu menyakitkan. 'Sehina itukah aku dimata mereka?" lirihku. "Oh ada tamu to?" sapa Bapak yang baru keluar dari dapur. Entah habis dari mana! Dan duduk disebelahku berbasa-basi sebentar. "Iya Pak, barusan datang," jawabku. Setelah Mas Rafa menyalaminya. "Kabarnya, mau pulang ke Bengkulu Mas, kapan?" tanya Ba
22. Terjebak Cinta Terlarang Baru saja mau membuka hati, kecewa kembali Penulis: Lusia Sudarti WARNING!!! Mengandung konten dewasa!! Bijaklah untuk memilih.RATE 21++++ Part 22 Aku mengangguk. Anjani tertidur dipelukanku.Kasihan sekali, usianya masih terlalu kecil untuk mendengarkan kata-kata yang tak pantas. Kubaringkan ia dikamar. Lalu aku menemani Sella ngopi yang tadi belum sempat kami minum.Aku menghempaskan bobot disamping Sella. Huuffftt ...! Kuhempas nafas dengan kasar dan emosi masih menguasai hati dan fikiran. "Lalu apa yang kamu lakukan setelah kejadian tadi May? Aku turut bersedih tentang hal ini," Sella mengusap lembut pundakku, untuk memberikan kekuatan. "Entahlah Sel ... aku sedang berusaha menata hatiku sekarang! Baru saja aku membuka lembaran baru, tapi ternyata kenyataan dan kebahagiaan hanyalah khayalan belaka," desahku sendu. "Sabar ya May? Mungkin Allah sedang menunjukkan siapa nantinya yang terbaik untukmu," ujar Sella. "Nanti malam ia berjanji un
21. Terjebak Cinta Terlarang.Penolakan Ningsih Penulis:Lusia Sudarti Part 21 Rate 21+++++ *** "Maaf saat itu, aku betul-betul sibuk!" kilahku. "Oh ya sudah! Kalo sekarang, kira-kira sibuk enggak nih? "Baru banget pulang! Duduk pun belum Ga!" ketusku. Ya udah, enggak pa-pa," sahutnya. Pasti ia kecewa terhadapku.Fikiranku bercabang-cabang antara Arga dan Rafa. 'Ahh pusing! Biarlah waktu yang menjawabnya." Hari ini ritual pun dimulai.Setelah semalam melakukan tirakatan.Tidak tidur sekejap pun.Satu hari ini makan nasi tujuh kepal yang harus habis.Dan kepalan itu harus Ibu yang membuat, karena dari beliaulah restuku. Begitu juga keesokan harinya.Di hari kedua, enam buah nasi putih kepal. Begitu selanjutnya. Selalu dikurang satu. Hari terakhir hanya satu kepal nasi putih.Dan kepalan itu sebesar mangkuk bakso. Setelah tujuh hari tujuh malam, ini yang paling berat. Puasa satu hari satu malam, tanpa tidur, makan dan minum.Menjelang pukul tiga dinihari, harus melakukan
20. Terjebak Cinta Terlarang Selain Pelet, Ada Juga Siluman Kera Yang Mengikutiku. Penulis: Lusia Sudarti Part 20 WARNING!! Bijaklah dalam memilih bacaan.Mengandung unsur Dewasa RATE 21+++++ *** "Istigfar Pak! Istigfar, maafkan Nardi Pak!" ratap Ibunya, dalam tangisnya meluluhkan emosi beliau. Dengan menahan amarah yang meluap.Pak Herman pun meninggalkan mereka. Nardi hanya bisa meratapi kesalahannya dan menangis tersedu. 'Maafin Paman Dek, Paman khilaf, tapi Paman benar-benar menyukai Adek," ratapnya semakin pilu. Begitulah Mbah Herman bercerita kepada Bapak saat melakukan panggilan telpon dikamarku, pada saat itu aku mendengarnya dengan sangat jelas.🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Sementara dirumahku beberapa hari kemudian. Bapak merawat dan menjagaku dengan penuh kasih. Anjani menangis disisiku sambil mengusap pucuk kepalaku. "Mama kenapa? Mama cepet sembuh dong!" dengan lembut dibelai wajahku yang nampak pucat menurutnya. Drrtt! Drrtt! Drrtt," "Pak! Ada telpon!" teriak Anjani kep
19. Terjebak Cinta Terlarang Perbuatan Nardi Terkuak Penulis: Lusia Sudarti Part 19 Sebelum baca jika berkenan, Subscribe, Follow, komen dan pencet lopenya ya!🥰 WARNING!! Bijaklah dalam memilih bacaan. Mengandung Konten Dewasa Rate 21+++++ ***"Maya mau pulang Mas, lebaran ketupat nanti." Rico terdiam mendengar ucapanku."Mama, Om sini!" suara imut Anjani mengagetkan kami.Dan aku seoalah tersadar dari alam mimpi, begitu pun dengan Rico. Tanpa aba-aba kami tertawa, karena tersadar dari kekonyolan yang tercipta tanpa sengaja. "Hehehe, untung aja!" gumamnya yang nampak salah tingkah. Aku pun demikian dan rasanya ingin menceburkan diri disaluran irigasi agar menghilang. "Sebentar Tuan Putri cantik!" teriaknya seraya melambaikan tangannya kepada Anjani. "Ayo Om, ihh gak asyik ah!" gerutunya, disertai dengan wajah cemberut. Aku tersenyum melihatnya cemberut dengan wajah semakin imut. "Iya-iya Ruan Putri." Rico pun melangkah mendekati Anjani yang sedang asyik bermain air.
18. Terjebak Cinta Terlarang Kejujuran Maya Tentang Nardi Penulis: Lusia Sudarti Part 18 WARNING!!! Bacaan mengandung konten dewasa. Bijak lah untuk memilih bacaan!Rate 21+++++ ****"Eeheemm!" deheman Ferdi menyadarkan Rico dan aku. Lalu genggamannya dilepas dari tanganku. "Ric, ada orang disini! Kamu fikir kami ini Patung!" cecar Angga yang melihat gelagat panas dari Nardi. Mbah yang gak tahu menahu pun tersenyum mendengar kata-kata Angga. "Biarin aja lho Ngga! Maya kan singel, Rico jugakan belum menikah," ujar Mbah memberi dukungan.Sepertinya Mbah memberikan lampu hijau. Aku hanya menunduk, Rico seperti mendapat angin segar mendengar kata-kata Mbah Herman. Ia tersenyum kepadaku sembari menatapku dengan mesra, hatiku menjadi berdebar tak menentu. Jangan ditanya kalau Nardi, wajahnya sudah seperti makan belimbing wuluh. "Ma, ayo kita keluar! Anjani bosan di dalam terus!" Anjani mengajakku lebaran kerumah tetangga dan aku mengiyakan. "Mbah, Maya mau ketempat Mbah Asih du
17. Terjebak Cinta Terlarang Hari Raya Idul Fitri Penulis: Lusia Sudarti Part 17 *** Setelah setengah jam bersama melakukan penyatuan tanpa ikatan. Ia pun lunglai dengan nafas terengah, keringat membasahi seluruh tubuhnya. Entah tenaga apa yang dimiliki oleh Sunardi itu? Setelah 30 menit istirahat sambil memeluk tubuhku yang masih berbalut selimut, hasratnya bangun kembali dan tegak menantang. Sunardi pun melancarkan serangan kedua dengan tanpa ampun. Tubuhku bergetar tak mampu menolak semuanya. Tanpa ampun ia melakukan penyatuan berkali-kali yang membuatku semakin tak berdaya. "Aku gak mau Paman." "Pa-amaan, hentikan!" teriakku, namun ia tak menghiraukan ucapanku, gerakannya semakin membabi buta ia beranjak untuk merubah posisinya bergantian. Dengan kedua tangan-nya ia membantu mengangkat dan menurunkan tubuhku diatasnya, sementara bibirnya memagut mengvlvm put**g d4d4ku dengan rakus, sehingga membuatku menggelepar tak berdaya. Tak hanya dengan satu g4y4 dan posis
16. Terjebak Cinta Terlarang BERKENALAN Penulis: Lusia Sudarti Part 16 "Eh Ric, gantian dong ngobrolnya! Masa kamu aja yang deket Dek Maya," sungut Ferdi di sambung sama Angga. "Enggak tau nih si Rico, dipepet teruus kalo ada yang bening-bening!" sungut Angga. Rico dan aku hanya tersenyum mendengar candaan mereka. Sedangkan Sunardi semakin kesal mendengar dan melihat obrolan kami. Raut gelisah semakin terlihat jelas di wajahnya sebentar-sebentar dia membuang nafas kasar.Melihat gelagatnya, teman-teman Sunardi pun heran. "Lho kamu kenapa Di ... kok kayaknya kesal begitu," tanya Ferdi. Sunardi gelagapan ditanya demikian oleh Ferdi. "Eeh gak apa-apa bro! Santai aja, terusin aja ngobrolnya, aku mau kedalam sebentar!" sahutnya sambil berlalu menuju kedalam rumah. "Oh iya Dek! Ambilin minum buat mereka, nanti protes nggak dikasih minum!" perintahnya kepadaku sembari tersenyum kaku. Aku pun bergegas kedapur karena malam hampir larut semua sudah terlelap dalam mimpi masing-masing