5. PELET(Terjebak Cinta Terlarang)
Gelagat Aneh Paman Penulis:Lusia Sudarti Part 5 ************* Sunardi pun menghampiri Fotografer itu, lalu menariknya kebelakang panggung yang sepi. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Dari arah panggung, panitia menghampiri aku. "Mbak ini uang saweran milik Mbak Maya tadi," ucap Panitia sambil menyodorkan sejumlah uang yang ada di dalam kotak khusus saweran. "Ooh iya makasih banyak Pak," jawabku. "Iiya sama-sama Mbak, nanti Mbak Maya di minta untuk membawakan lagu kembali," ucap panitia dengan tersenyum sopan. Aku terkejut, benar-benar tak menyangka, kalo masih di minta membawakan lagu lagi. "Oohh baiklah Pak," ucapku, aku mengulas senyuman. "Kalo begitu saya permisi Mbak," pamitnya kemudian. "Baiklah Pak, terima kasih ya," ujarku sambil membungkuk hormat. Aku membawa kotak kardus pemberian dari pihak panitia kedalam kamar pengantin, pintu kututup agar tak ada yang melihat aku menghitung jumlah uang yang bertaburan di dalam kardus. Kedua bola mataku membelalak sempurna! Aku menutup mulut dengan kedua jemari setelah mengetahui nomimalnya. 'Ya Allah, ini setara dengan gajiku satu bulan sebagai kuli di perkebunan," lirihku. Kemudian aku mengucap syukur dan mengusap wajah. 'Alhamdulillah Ya Allah ...," ucapku bersyukur sambil memasukkan semua uang total tiga juta rupiah kedalam tas slempang yang ia sandang. Kemudian ia keluar dari kamar dan kembali ketempat duduknya semula. "Bu, aku dapat uang tiga juta," bisikku kepada Ibu. "Alhamdulillah," jawab Ibu. Disaat aku sedang fokus melihat kearah pelaminan, melihat Bibik yang tersenyum bahagia, hatiku pun merasa sangat bahagia. Tak terasa titik bening mengalir perlahan dari kedua netraku. 'Semoga Bibik hidup dalam kebahagiaan sampai jannah, amiin," doaku dalam hati. Aku menyeka bulir bening dengan tisu. Ketika melihat sosok yang keluar dari belakang. Dan melintas di depanku. Fotografer tadi terlihat begitu tergesa-gesa, dan terlihat disudut bibirnya memar dan berdarah. "Lho Mas, kenapa kok bibirnya berdarah?" tanyaku heran. "Ooh nggak Papa Mbak, ini tadi jatuh terpeleset dan membentur tembok," jawabnya berdalih dalam kebohongan . "Oh ya? Benarkah Mas? Tapi itu bukan bekas jatuh?" sambungku kemudian, hatiku merasa ada yang janggal antara Sunardi dan fotografer. "Bener kok Mbak," jawabnya berdalih untuk meyakinkan. "Ya udah kalo gitu Mas," sahutku. "Saya permisi Mbak," ujarnya, ia nampak terlihat sangat ketakutan. "Silahkan Mas," aku mengangguk, dan menatap punggungnya dari kejauhan. Aku mengangkat kedua bahuku. Aku melihat ia berlalu dengan begitu tergesa-gesa. 'Aneh ...," bathinku lirih. ❣❣❣❣❣ 'Heemm haus sekali." Aku pun melenggang menuju meja untuk mengambil air minum dan mengambil cemilan. Lumayan capek dan serak tenggorokan ini. Disaat aku sedang asyik menikmati puding, aku mendengar ada suara sedikit berisik diruang sebelah. Dengan sangat hati-hati aku mendekati daun pintu yang terbuka sedikit. "Awas bro, kamu harus awasi orang-orang yang mau mendekati keponakan aku," suara parau seseorang, sepertinya aku mengenalnya. "Kalo kamu gagal, bayaranmu aku potong," bentaknya. "Ja-ngan Bos," jawab laki-laki di dalam ruangan. "Makanya lakukan dengan baik dan hati-hati," perintah seseorang yang mirip Sunardi. "Ssiiaap Bos," katanya lagi. "Cepat awasi dari jarak jauh," sahut orang yang mereka panggil dengan sebutan Bos. Mendengar langkah menuju kearah pintu aku buru-buru, sembunyi dibalik pintu .. dan menahan nafas agar tak ketahuan. 'Sebenarnya ada apa dengan Sunardi itu ya? kenapa bawa-bawa aku?" lirihku dalam hati. Dari tempat acara yang telah dimulai kembali setelah istirahat makan siang. Suara MC memanggil namaku kembali. "Kepada Mbak Maya, di persilahkan naik keatas panggung, untuk membawakan sebuah lagu," suara MC menggema melalui microfon. Maya! Maya! Maya! Suuuuiiiiittttt! Maya pun segera menuju keatas panggung kembali. "Terima kasih sebelumnya, atas kehormatan yang di berikan kepada saya. Saya akan mencoba membawakan sebuah lagu dari ... "Lilis Karlina, Cinta Terisolasi," suaraku menggema. Horreeee ...! Terdengar riuh tepukan dan sorakan dari para tamu undangan yang semakin banyak memenuhi ruangan, bahkan hingga kehalaman. Mereka semua begitu menikmati persembahan diriku yang ketiga kalinya. Akhirnya, sampai lagu kelima berturut-turut aku bernyanyi, dan sambutan dan reaksi tamu undangan begitu antusias. Aku melihat sosok yang diam-diam memperhatikanku dari tempo hari, entah mengapa hatiku begitu penasaran. Penampilannya selalu mencuri hatiku. Wajah dan tubuhnya yang membuat ia berbeda dengan yang lain. Mata elangnya begitu tajam, wanita yang menjumpainya pasti akan tertarik dan rela antri untuk mendapatkan dirinya. Jantungku seolah terpompa dengan cepat, debaran yang kurasakan semakin membuatku hampir tak mampu untuk kukendalikan. "Astagfirrullah, apa yang aku rasakan ini," berulang kali aku mengucap istigfar dalam hati, untuk mengendalikan gejolak dalam dadaku. 'Siapakah dia? Tunggu di bab-bab selanjutnya tentang lelaki yang berhasil mencuri perhatian seorang Maya. ❣❣❣❣ "Dek, nanti dampingi Bibik di pelaminan ya ...!" tiba-tiba suara Sunardi mengagetkan aku. Sontak aku menoleh kearah suara. Ia telah berdiri disampingku. "Iya Paman," jawabku singkat. Kemudian ia pamit untuk bergabung dengan mempelai di pelaminan. Namun kedua netranya tak lepas dariku. Bahkan aku menangkap, sesuatu disana. Namun aku hanya menganggap itu biasa, mungkin bentuk dari kasih sayangnya untukku, sebagai keponakan yang belum lama dipertemukan. Tetapi itu hanya alibiku semata kala itu! Karena aku tak tau, bahwa Sunardi mempunyai maksud terselubung, maksud jahat dan licik. Ternyata ia ingin menjadikanku miliknya. Sunardi tak rela jika aku di dekati siapa pun. Dan saat itu aku benar-benar tak menyadarinya. Bahkan kekuargaku pun tak tau. Hanya Sunardilah yang tau. Sebenarnya ada beberapa sahabat karibnya yang mencoba untuk mendekati aku tetapi dilarang keras olehnya. Seperti kejadian tadi pagi. "Bro kenalin donk sama tuh keponakan kamu yang kemarin membawakan lagu, suaranya begitu merdu dan manis sekali wajahnya," "Awas kalo kamu berani mendekati keponakan aku Fer, kamu berurusan sama aku," ancam Sunardi, ia tak menyangka kalo kehadiranku menarik perhatian dari sahabat-sahabatnya. Ia takut aku jatuh kepelukan orang lain, selain dirinya. "Kenapa emangnya Di?" tanyanya kala itu, dari tempat tersembunyi diam-diam aku memperhatikan mereka. "Ah gak apa-apa, nanti kamu permainkan perasaan Adikku," sanggahnya kemudian. Dan Ferdi pun mundur secara teratur dan pergi meninggalkan Sunardi. Sementara itu acara masih begitu meriah, undangan semakin banyak berdatangan bahkan dari tetangga desa, mau pun dari jawa. Maklum keluarga kami keluarga besar. Dan tak terasa waktu terus berjalan, acara masih terus berlanjut, karena memang acara akan berakhir hingga sehari semalam kemudian. Malam harinya acara dilanjut kembali, setelah mengadakan pengajian dan tausiyah dari Kyai yang sengaja di datangkan. Dan diiringi dengan musik qosidah/gambus. Acara berlangsung dengan khidmat. Sang mempelai wanita masih tetap berlinang air mata, karena sebentar lagi akan melepas masa-masa lajangnya. Dan akan meninggalkan rumah orang tuanya demi berbakti kepada sang Suami. Aku pun turut menitikkan air mata kala mendampinginya. "Selamat berbahagia ya Bik, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, sampai ke jannah. Amiiin," ucapku seraya memeluknya dengan erat. "Amiiinn, terima kasih banyak Maya, semoga kelak Maya juga mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik lagi ya," balasnya, disaat kami berpelukan. "Iya Bik, mudah-mudahan jika Maya masih diberikan jodoh lagi, walau pun sebetulnya, belum berfikir untuk menikah lagi, Maya belum bisa melupakan trauma itu," jawabku sendu. "Jangan begitu Maya, gak semua laki-laki itu buruk, masih banyak diluar sana laki-laki yang baik lho." ujarnya memberi nasihat kepadaku. Kami pun saling bercerita tentang kehidupan dan pengalaman perjalanan masing-masing. Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Bersambung6. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Anjani Keberatan Aku Bernyanyi Penulis:Lusia Sudarti Part 6 ********* Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah.Aku tertegun sejenak melihat semua ini, untuk saat ini aku belum ingin menikah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Dan tak terasa waktu terus berjalan acara masih terus berlanjut karena memang acara akan berakhir hingga satu hari satu malam kemudian.Jangan ditanya kalo dana yang didapat! Tetapi dana yang masuk pun melebihi dari semua pengeluaran, Herman Mbahku adalah sosok yang disegani dan penuh wibawa dimata masyarakat. Tak heran jika ia menpunyai hajat, semua tumpah ruah seperti hujan yang turun dari langit.Sumbangan yang didapat tiga kali lipat dari pengeluaran. 'Masyaallah, sungguh besar kuasa Allah," lirihku dalam hati. Aku tak heran, saweran yang kudap
7. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi aneh! Penulis: Lusia SudartiPart 7***************** "Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar. "Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang. "Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang. Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya. "Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan. "Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku. Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya. "Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya. "Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih. Aku terperangah mendengar ucapan-ny
8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente
9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan
10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.
11. Terjebak Cinta Terlarang Iya Atau Tidak! Penulis: Lusia Sudarti Part 11 *** Karena semua sudah siap di meja aku pun masuk kedalam kamarku. Mandi lagi dan membersihkan semua noda dosa. "Di, ikut Mas kerja ya?" ajak Bapak saat kami di meja makan. "Iya Mas ...!" jawabnya setengah hati. Dia melirikku dan aku pura-pura tak melihatnya, raut wajahnya berubah sedikit masam. "Pak, Maya mau kerja lagi ya?" ucapku membujuk Bapak karena aku bosan berada dirumah terus. "Enggak usah May, nanti kamu sakit lagi!" cegah Bapak sambil menatap tajam kearahku. "Biarlah Bapak sama Ibumu yang kerja kamu dirumah aja, membantu pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja," imbuh beliau sambil menyesap kopi. Aku hanya diam menjadi pendengar dan Anak yang baik. Ibu dan Sunardi hanya mendengarkan tanpa berani mengeluarkan suara. "Nanti setiap bulan Bapak kasih kamu uang Rp 500.000, dari Ibu Rp 500.000.Untuk kebutuhan kamu. Anjani biar jadi tanggung jawab kami," sambung Bapak kembali. Aku masih terd
1. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Dalam perjalanan Penulis:Lusia Sudarti Part1 * "Maya bersiap-siaplah besok kita sekeluarga akan berangkat kerumah Mbahmu di desa Tegal Sari, untuk menghadiri pernikahan Bibikmu disana, bawa pakaian untuk satu minggu ...!" kata Bapak sambil melongok ke dalam kamarku. "Kok lama banget sih Pak, gimana nanti pekerjaanku?" jawabku protes karena bepergian terlalu lama. "Tenang saja Maya, kan cuma satu minggu ...!" bujuk Bapak. "Ok lah Pak ...!" akhirnya aku mengalah. Perkenalkan namaku Maya! Aku janda punya anak satu.Bekerja sebagai buruh kasar di perkebunan kelapa sawit. Tidak sedikit Emak-emak yang menaruh cemburu padaku! Yaah ... secara walaupun aku bekerja jadi buruh kasar, itu tidak mengurangi daya tarikku lho hehehe. Kata orang wajahku manis berambut panjang lurus hidung mungil mata coklat sendu, tubuh langsing walau pun tidak terlalu tinggi, justru membuat kaum adam ter gila-gila hehehe. Pede sedikit gak pa-pa kan! Keesokan harinya, sesu
2. PELET (Terjebak Cinta Terlarang) Diminta Membawakan Lagu Penulis: Lusia Sudarti Part 2 *** Setelah melepas lelah sejenak, Dan menyantap makanan untuk kami sekeluarga. Kami menuju kerumah Mbah yang lain! Disini kami menginap selama menghadiri acara. Jaraknya tidak terlalu jauh, juga tidak dekat, cukup untuk sekedar olah raga dengan berjalan kaki, kami bersenda gurau dalam perjalanan, tak terasa akhirnya kami pun tiba. ❣❣❣❣❣❣ Keesokan harinya ...Pagi yang cerah, udara begitu sejuk. Hhmmm ... kuhirup udara yang begitu sejuk memenuhi seluruh ruang pernafasan dan kuhembuskan perlahan! Aku berjalan pagi ini mengelilingi halaman, pemandangan begitu asri, sawah yang menghijau, saluran irigasi yang berair jernih. Para petani hilir mudik kesawah menggunakan sepeda ontel. sungguh asri ... Matahari bersinar terang, pantulannya berkilau di air yang jernih. Di sebuah saung di tepi sawah, aku duduk termenung. Para petani melakukan pekerjaan mereka, ada yang menanam padi, ada yang mena
11. Terjebak Cinta Terlarang Iya Atau Tidak! Penulis: Lusia Sudarti Part 11 *** Karena semua sudah siap di meja aku pun masuk kedalam kamarku. Mandi lagi dan membersihkan semua noda dosa. "Di, ikut Mas kerja ya?" ajak Bapak saat kami di meja makan. "Iya Mas ...!" jawabnya setengah hati. Dia melirikku dan aku pura-pura tak melihatnya, raut wajahnya berubah sedikit masam. "Pak, Maya mau kerja lagi ya?" ucapku membujuk Bapak karena aku bosan berada dirumah terus. "Enggak usah May, nanti kamu sakit lagi!" cegah Bapak sambil menatap tajam kearahku. "Biarlah Bapak sama Ibumu yang kerja kamu dirumah aja, membantu pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja," imbuh beliau sambil menyesap kopi. Aku hanya diam menjadi pendengar dan Anak yang baik. Ibu dan Sunardi hanya mendengarkan tanpa berani mengeluarkan suara. "Nanti setiap bulan Bapak kasih kamu uang Rp 500.000, dari Ibu Rp 500.000.Untuk kebutuhan kamu. Anjani biar jadi tanggung jawab kami," sambung Bapak kembali. Aku masih terd
10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.
9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan
8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente
7. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi aneh! Penulis: Lusia SudartiPart 7***************** "Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar. "Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang. "Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang. Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya. "Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan. "Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku. Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya. "Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya. "Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih. Aku terperangah mendengar ucapan-ny
6. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Anjani Keberatan Aku Bernyanyi Penulis:Lusia Sudarti Part 6 ********* Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah.Aku tertegun sejenak melihat semua ini, untuk saat ini aku belum ingin menikah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Dan tak terasa waktu terus berjalan acara masih terus berlanjut karena memang acara akan berakhir hingga satu hari satu malam kemudian.Jangan ditanya kalo dana yang didapat! Tetapi dana yang masuk pun melebihi dari semua pengeluaran, Herman Mbahku adalah sosok yang disegani dan penuh wibawa dimata masyarakat. Tak heran jika ia menpunyai hajat, semua tumpah ruah seperti hujan yang turun dari langit.Sumbangan yang didapat tiga kali lipat dari pengeluaran. 'Masyaallah, sungguh besar kuasa Allah," lirihku dalam hati. Aku tak heran, saweran yang kudap
5. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Gelagat Aneh Paman Penulis:Lusia Sudarti Part 5 ************* Sunardi pun menghampiri Fotografer itu, lalu menariknya kebelakang panggung yang sepi.Aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Dari arah panggung, panitia menghampiri aku. "Mbak ini uang saweran milik Mbak Maya tadi," ucap Panitia sambil menyodorkan sejumlah uang yang ada di dalam kotak khusus saweran. "Ooh iya makasih banyak Pak," jawabku. "Iiya sama-sama Mbak, nanti Mbak Maya di minta untuk membawakan lagu kembali," ucap panitia dengan tersenyum sopan. Aku terkejut, benar-benar tak menyangka, kalo masih di minta membawakan lagu lagi. "Oohh baiklah Pak," ucapku, aku mengulas senyuman. "Kalo begitu saya permisi Mbak," pamitnya kemudian. "Baiklah Pak, terima kasih ya," ujarku sambil membungkuk hormat. Aku membawa kotak kardus pemberian dari pihak panitia kedalam kamar pengantin, pintu kututup agar tak ada yang melihat aku menghitung jumlah uang yang bertaburan di dalam kardus.
4. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Insiden Paman Dengan Fotografer Penulis: Lusia Sudarti Part 4 *****Lagi! Lagi! Lagi! MC pun bertanya. "Bagaimana Mbak? Mereka suka sekali sama suara merdu Mbak Maya," tanyanya, ia mengumbar senyuman dan mengedipkan mata genitnya. Hufft! Apa ini?" aku memutar bola mata dengan perasaan sebal. ❣❣❣❣❣❣ "Baiklah! Saya akan coba membawakan sebuah lagu kesayangan saya.Dan lagu kali ini sebuah lagu dari Sony Josh. Orang Desa ..." Plok! Plok! Plok! Tepuk tangan meriah kembali terdengar riuh dan membahana, dari ratusan tamu undangan. Dan seketika hening dan senyap dikala musik mulai mengalun. 'Hitam kulitku, putih kulitmu, Rombeng bajuku, dari toko bajumuu ... Pikirlah duluu, kalo cinta padaku, Yang lebih baik, jangan buru-buru ... Aku orang desa, engkau orang kota ... Ku orang miskiiinn ...Hidupmu terjamin ... Jangankan mobiiill ... Jangankan motoorr ... Sepeda sajaa, aku tak punyaa ... Aku ini Maaas ... Anak orang miskiiin, Bapak
3. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Aku Juga Jago Nyanyi Penulis: Lusia Sudarti Part 3 *** "Maya sebentar lagi kamu akan di panggil keatas panggung untuk menyumbangkan sebuah lagu, permintaan dari kedua belah pihak," kata Ibu sembari menatapku lekat. "A-apaa buuu?" teriakku tanpa sadar, aku pun menutup mulut dengan kedua tanganku. Dengan dada berdebar tak menentu nafas tak beraturan keringat dingin bercucuran aku mencoba untuk tidak grogi sedikitpun. Kutarik napas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan, agar lebih rileks dan santai. Akhirnya Alhamdulillah berhasil. Maklum karena aku, sudah lama sekali tidak pernah bernyanyi. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Nardi yang telah berdiri disampingku seraya menepuk pundakku perlahan. Seketika aku mendongak menatapnya sejenak. "Eehh Dek kamu kenapa kok pucat dan kayaknya lelah gitu?" tanyanya, ia menautkan kedua alisnya. "Eh Paman, gak kok cuma nerfes aja. Karna sebentar lagi Maya mau bawain lagu diatas pentas," jawabku santai. "