5. Terjebak Cinta Terlarang
Gelagat Aneh Paman Penulis:Lusia Sudarti Part 5 ************* Sunardi pun menghampiri Fotografer itu, lalu menariknya kebelakang panggung yang sepi. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Dari arah panggung, panitia menghampiri aku. "Mbak ini uang saweran milik Mbak Maya tadi," ucap Panitia sambil menyodorkan sejumlah uang yang ada di dalam kotak khusus saweran. "Ooh iya makasih banyak Pak," jawabku. "Iiya sama-sama Mbak, nanti Mbak Maya di minta untuk membawakan lagu kembali," ucap panitia dengan tersenyum sopan. Aku terkejut, benar-benar tak menyangka, kalo masih di minta membawakan lagu lagi. "Oohh baiklah Pak," ucapku, aku mengulas senyuman. "Kalo begitu saya permisi Mbak," pamitnya kemudian. "Baiklah Pak, terima kasih ya," ujarku sambil membungkuk hormat. Aku membawa kotak kardus pemberian dari pihak panitia kedalam kamar pengantin, pintu kututup agar tak ada yang melihat aku menghitung jumlah uang yang bertaburan di dalam kardus. Kedua bola mataku membelalak sempurna! Aku menutup mulut dengan kedua jemari setelah mengetahui nomimalnya. 'Ya Allah, ini setara dengan gajiku satu bulan sebagai kuli di perkebunan," lirihku. Kemudian aku mengucap syukur dan mengusap wajah. 'Alhamdulillah Ya Allah ...," ucapku bersyukur sambil memasukkan semua uang total tiga juta rupiah kedalam tas slempang yang ia sandang. Kemudian ia keluar dari kamar dan kembali ketempat duduknya semula. "Bu, aku dapat uang tiga juta," bisikku kepada Ibu. "Alhamdulillah," jawab Ibu. Disaat aku sedang fokus melihat kearah pelaminan, melihat Bibik yang tersenyum bahagia, hatiku pun merasa sangat bahagia. Tak terasa titik bening mengalir perlahan dari kedua netraku. 'Semoga Bibik hidup dalam kebahagiaan sampai jannah, amiin," doaku dalam hati. Aku menyeka bulir bening dengan tisu. Ketika melihat sosok yang keluar dari belakang. Dan melintas di depanku. Fotografer tadi terlihat begitu tergesa-gesa, dan terlihat disudut bibirnya memar dan berdarah. "Lho Mas, kenapa kok bibirnya berdarah?" tanyaku heran. "Ooh nggak Papa Mbak, ini tadi jatuh terpeleset dan membentur tembok," jawabnya berdalih dalam kebohongan . "Oh ya? Benarkah Mas? Tapi itu bukan bekas jatuh?" sambungku kemudian, hatiku merasa ada yang janggal antara Sunardi dan fotografer. "Bener kok Mbak," jawabnya berdalih untuk meyakinkan. "Ya udah kalo gitu Mas," sahutku. "Saya permisi Mbak," ujarnya, ia nampak terlihat sangat ketakutan. "Silahkan Mas," aku mengangguk, dan menatap punggungnya dari kejauhan. Aku mengangkat kedua bahuku. Aku melihat ia berlalu dengan begitu tergesa-gesa. 'Aneh ...," bathinku lirih. ❣❣❣❣❣ 'Heemm haus sekali." Aku pun melenggang menuju meja untuk mengambil air minum dan mengambil cemilan. Lumayan capek dan serak tenggorokan ini. Disaat aku sedang asyik menikmati puding, aku mendengar ada suara sedikit berisik diruang sebelah. Dengan sangat hati-hati aku mendekati daun pintu yang terbuka sedikit. "Awas bro, kamu harus awasi orang-orang yang mau mendekati keponakan aku," suara parau seseorang, sepertinya aku mengenalnya. "Kalo kamu gagal, bayaranmu aku potong," bentaknya. "Ja-ngan Bos," jawab laki-laki di dalam ruangan. "Makanya lakukan dengan baik dan hati-hati," perintah seseorang yang mirip Sunardi. "Ssiiaap Bos," katanya lagi. "Cepat awasi dari jarak jauh," sahut orang yang mereka panggil dengan sebutan Bos. Mendengar langkah menuju kearah pintu aku buru-buru, sembunyi dibalik pintu .. dan menahan nafas agar tak ketahuan. 'Sebenarnya ada apa dengan Sunardi itu ya? kenapa bawa-bawa aku?" lirihku dalam hati. Dari tempat acara yang telah dimulai kembali setelah istirahat makan siang. Suara MC memanggil namaku kembali. "Kepada Mbak Maya, di persilahkan naik keatas panggung, untuk membawakan sebuah lagu," suara MC menggema melalui microfon. Maya! Maya! Maya! Suuuuiiiiittttt! Maya pun segera menuju keatas panggung kembali. "Terima kasih sebelumnya, atas kehormatan yang di berikan kepada saya. Saya akan mencoba membawakan sebuah lagu dari ... "Lilis Karlina, Cinta Terisolasi," suaraku menggema. Horreeee ...! Terdengar riuh tepukan dan sorakan dari para tamu undangan yang semakin banyak memenuhi ruangan, bahkan hingga kehalaman. Mereka semua begitu menikmati persembahan diriku yang ketiga kalinya. Akhirnya, sampai lagu kelima berturut-turut aku bernyanyi, dan sambutan dan reaksi tamu undangan begitu antusias. Aku melihat sosok yang diam-diam memperhatikanku dari tempo hari, entah mengapa hatiku begitu penasaran. Penampilannya selalu mencuri hatiku. Wajah dan tubuhnya yang membuat ia berbeda dengan yang lain. Mata elangnya begitu tajam, wanita yang menjumpainya pasti akan tertarik dan rela antri untuk mendapatkan dirinya. Jantungku seolah terpompa dengan cepat, debaran yang kurasakan semakin membuatku hampir tak mampu untuk kukendalikan. "Astagfirrullah, apa yang aku rasakan ini," berulang kali aku mengucap istigfar dalam hati, untuk mengendalikan gejolak dalam dadaku. 'Siapakah dia? Tunggu di bab-bab selanjutnya tentang lelaki yang berhasil mencuri perhatian seorang Maya. ❣❣❣❣ "Dek, nanti dampingi Bibik di pelaminan ya ...!" tiba-tiba suara Sunardi mengagetkan aku. Sontak aku menoleh kearah suara. Ia telah berdiri disampingku. "Iya Paman," jawabku singkat. Kemudian ia pamit untuk bergabung dengan mempelai di pelaminan. Namun kedua netranya tak lepas dariku. Bahkan aku menangkap, sesuatu disana. Namun aku hanya menganggap itu biasa, mungkin bentuk dari kasih sayangnya untukku, sebagai keponakan yang belum lama dipertemukan. Tetapi itu hanya alibiku semata kala itu! Karena aku tak tau, bahwa Sunardi mempunyai maksud terselubung, maksud jahat dan licik. Ternyata ia ingin menjadikanku miliknya. Sunardi tak rela jika aku di dekati siapa pun. Dan saat itu aku benar-benar tak menyadarinya. Bahkan kekuargaku pun tak tau. Hanya Sunardilah yang tau. Sebenarnya ada beberapa sahabat karibnya yang mencoba untuk mendekati aku tetapi dilarang keras olehnya. Seperti kejadian tadi pagi. "Bro kenalin donk sama tuh keponakan kamu yang kemarin membawakan lagu, suaranya begitu merdu dan manis sekali wajahnya," "Awas kalo kamu berani mendekati keponakan aku Fer, kamu berurusan sama aku," ancam Sunardi, ia tak menyangka kalo kehadiranku menarik perhatian dari sahabat-sahabatnya. Ia takut aku jatuh kepelukan orang lain, selain dirinya. "Kenapa emangnya Di?" tanyanya kala itu, dari tempat tersembunyi diam-diam aku memperhatikan mereka. "Ah gak apa-apa, nanti kamu permainkan perasaan Adikku," sanggahnya kemudian. Dan Ferdi pun mundur secara teratur dan pergi meninggalkan Sunardi. Sementara itu acara masih begitu meriah, undangan semakin banyak berdatangan bahkan dari tetangga desa, mau pun dari jawa. Maklum keluarga kami keluarga besar. Dan tak terasa waktu terus berjalan, acara masih terus berlanjut, karena memang acara akan berakhir hingga sehari semalam kemudian. Malam harinya acara dilanjut kembali, setelah mengadakan pengajian dan tausiyah dari Kyai yang sengaja di datangkan. Dan diiringi dengan musik qosidah/gambus. Acara berlangsung dengan khidmat. Sang mempelai wanita masih tetap berlinang air mata, karena sebentar lagi akan melepas masa-masa lajangnya. Dan akan meninggalkan rumah orang tuanya demi berbakti kepada sang Suami. Aku pun turut menitikkan air mata kala mendampinginya. "Selamat berbahagia ya Bik, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, sampai ke jannah. Amiiin," ucapku seraya memeluknya dengan erat. "Amiiinn, terima kasih banyak Maya, semoga kelak Maya juga mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik lagi ya," balasnya, disaat kami berpelukan. "Iya Bik, mudah-mudahan jika Maya masih diberikan jodoh lagi, walau pun sebetulnya, belum berfikir untuk menikah lagi, Maya belum bisa melupakan trauma itu," jawabku sendu. "Jangan begitu Maya, gak semua laki-laki itu buruk, masih banyak diluar sana laki-laki yang baik lho." ujarnya memberi nasihat kepadaku. Kami pun saling bercerita tentang kehidupan dan pengalaman perjalanan masing-masing. Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Bersambung6. Terjebak Cinta Terlarang Anjani Keberatan Aku Bernyanyi Penulis:Lusia Sudarti Part 6 ********* Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah. Aku tertegun sejenak melihat semua ini, untuk saat ini aku belum ingin menikah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Dan tak terasa waktu terus berjalan acara masih terus berlanjut karena memang acara akan berakhir hingga satu hari satu malam kemudian. Jangan ditanya kalo dana yang didapat! Tetapi dana yang masuk pun melebihi dari semua pengeluaran, Herman Mbahku adalah sosok yang disegani dan penuh wibawa dimata masyarakat. Tak heran jika ia menpunyai hajat, semua tumpah ruah seperti hujan yang turun dari langit. Sumbangan yang didapat tiga kali lipat dari pengeluaran. 'Masyaallah, sungguh besar kuasa Allah," lirihku dalam hati. Aku tak heran, saw
7. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi aneh! Penulis: Lusia SudartiPart 7***************** "Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar. "Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang. "Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang. Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya. "Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan. "Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku. Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya. "Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya. "Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih. Aku terperangah mendengar ucapan-ny
8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente
9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan
10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.
11. Terjebak Cinta Terlarang Iya Atau Tidak! Penulis: Lusia Sudarti Part 11 *** Karena semua sudah siap di meja aku pun masuk kedalam kamarku. Mandi lagi dan membersihkan semua noda dosa. "Di, ikut Mas kerja ya?" ajak Bapak saat kami di meja makan. "Iya Mas ...!" jawabnya setengah hati. Dia melirikku dan aku pura-pura tak melihatnya, raut wajahnya berubah sedikit masam. "Pak, Maya mau kerja lagi ya?" ucapku membujuk Bapak karena aku bosan berada dirumah terus. "Enggak usah May, nanti kamu sakit lagi!" cegah Bapak sambil menatap tajam kearahku. "Biarlah Bapak sama Ibumu yang kerja kamu dirumah aja, membantu pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja," imbuh beliau sambil menyesap kopi. Aku hanya diam menjadi pendengar dan Anak yang baik. Ibu dan Sunardi hanya mendengarkan tanpa berani mengeluarkan suara. "Nanti setiap bulan Bapak kasih kamu uang Rp 500.000, dari Ibu Rp 500.000.Untuk kebutuhan kamu. Anjani biar jadi tanggung jawab kami," sambung Bapak kembali. Aku masih terd
14. Terjebak Cinta Terlarang Jadi Pemuas Nafsu Penulis:Lusia Sudarti Part 14 Di kamar tak jadi tidur, malah teringat peristiwa yang terjadi semalam. Jeratnya, perbuatannya membuatku seperti orang gila. Hingga membutakan mata hatiku yang membuat benar-benar lupa akan jati diriku sesungguhnya.🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Keesokan harinya ketika sedang sarapan pagi seperti biasa, aku mengutarakan keinginanku kepada kedua orang tuaku untuk menunaikan ibadah puasa. "Bu, besok bulan suci Ramadhan. Boleh ya Maya Puasa?" tanyaku sambil menatap beliau penuh harap. "Maya, Ibu gak mau penyakitmu kambuh! Kamu gak kasihan sama Kami? Bagaimana kalo bertambah parah?" ucap Ibu sedikit tegas dengan raut wajah penuh kebingungan. Aku pun sesungguhnya dalam kebimbangan dan tak yakin bisa berpuasa, karena asam lambung dan gagal ginjal yang akut. "Ya sudah Bu! Maya akan mencoba untuk mendengar nasihat Bapak sama Ibu," jawabku lirih. Dalam hati berontak, tapi tapi akal dan fikiran tak mampu menolak. Setiap har
13. Terjebak Cinta Terlarang Nafsu Liar Paman Penulis: Lusia Sudarti Part13 *** Malam ini seperti tiada akhirnya, dan ini hampir pukul 04:00 dini hari. Aku lelah aku capek tapi aku masih berada dikungkungan tubuhnya. "Dek, jangan tinggalkan Paman," ucapnya yang kesekian kalinya. Aku tak tahu sudah yang keberapa kalinya ini terjadi dan terjadi lagi. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Malam penuh kubangan dosa. Yang kulakukan bersamanya.Di sebuah kamar berukuran 5x6, menjadi saksi bisu perbuatan nista kami berdua. Ternyata kedatangan sang Paman, membuat petaka bagi aku keponakan-nya. Yang seharusnya dilindungi dengan segenap hati, sepenuh jiwa. Cinta buta, yang hanya mengikuti nafsu dan kenikmatan dunia. Bahkan menghalalkan segala cara aku menikmatinya tanpa sadar, yang kuingat hanya menuruti semua keinginannya.Aku tanpa bisa melawannya dan menjadi korban ilmu pelet sang Paman. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Adzan shubuh berkumandang, begitu syahdu dan membangunkanku dari mimpi, aku menggeliat untuk merenggang
58 Terjebak Cinta TerlarangIiAkhirnya Aku Menjemput Pujaan Hatiku.Penulis : Lusia SudartiPart 58Aku tertawa puas melihat ekspresi Ayu, kemudian aku segera meninggalkan tempat itu.Siang ini lumayan terik, matahari seolah tepat berada di atas kepala.Kulit seolah terbakar, seperti halnya hatiku saat ini.Entah mengapa, ujian yang kuhadapi datang bertubi-tubi.Kasus dengan Sunardi, masalah dengan Arga, Rafa yang semuanya hampir membuatku g1l4.Kini, masalah dengan Mas Reno, aku berharap semuanya cepat selesai. Bagaimana pun juga, ingin sekali membina rumah tangga sakinah mawadah dan warohma bersama lelaki yang aku cintai.Semua itu kudapatkan dari Mas Reno.Semoga Allah memberikan kemudahanatas semua urusanku. Amiin.Aku hendak membaringkan tubuh, ketika jeritan ponselku terdengar nyaring.Karena aku melamun, sepulang dari rumah Sella. Mendengar deringan dari ponsel pun menjadi terkejut.Aku meraih ponsel yang sedari tadi berada di atas nakas, karena sedang mengisi daya. Kedua ma
57. Terjebak Cinta Terlarang Ujian Selalu Datang Penulis : Lusia Sudarti Part 57"Bu, Maya mau ketempat Sella sebentar ya Bu," teriakku dari samping. "Iya May," jawab Ibu dari ruang televisi. Aku meluncur bersama kuda besiku menyusuri jalan beraspal, ketika tiba di perempatan jalan, yang terdapat sebuah gardu pos ronda, banyak kerumunan Mak-Mak rempong, mereka selalu bergosip ria. Suara riuh yang tadi terdengar, kini tiba-tiba hening ketika melihatku melintasi mereka. Minah, Ginah, Dewi, dan masih ada beberapa orang lagi, yang aku gak kenal, mungkin warga baru, mereka berbisik-bisik ketika melihatku. Aku tak perduli, aku terus melajukan kendaraanku menuju rumah Sella. Di perempatan sekolahan, tampak Agus entah dari mana! Sepertinya ia hendak menghentikan laju kendaraanku, dengan segera aku menambah kecepatan laju motorku. Ia pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri.Setelah tiba di rumah Sella, aku memarkir kendaraanku di bawah pohon rambutan yang berdaun rimbun. Sella da
56. Terjebak Cinta Terlarang Bunga Cinta Bersemi Penulis : Lusia Sudarti Part 56 "Sabar Sayang, ada Mas disini, jangan menangis terus, nanti kesehatan kamu terganggu!" kata lelaki yang bernama Robi membingkai wajah Dian, dan mencium keningnya dengan lembut. Aku pun tak dapat membendung air mataku menyaksikan mereka berpelukan dalam duka.Aku merasa ini seperti mimpi atau aku berada di dimensi yang berbeda.Karena dalam waktu singkat mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Aku kebingungan mencari keberadaan Dian dan Robi yang baru saja saling berpelukan dalam tangisan. Kini aku berada di sebuah ruangan khusus untuk pasien VIP, dimana semua alat-alat medis yang entah apa saja namanya terpasang di saluran pernafasan dan kepala seorang pasien. Infus masih tertanam di tangannya. Aku melangkah mendekati seseorang yang berbaring lemah dan tanpa gerakan sama sekali, di layar komputer garis-garis yang menggambarkan sebuah pernafasan terus bergerak, dan berbunyi. 'Astagfirrull
55. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi Tentang Keluarga Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 55Aku tak dapat memejamkan kedua netraku yang terasa berat, aku teringat Mas Reno yang jauh disana. Aku bangkit dan melangkah keluar kamar, menuju ke kamar mandi, aku mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat sunnah hajat dua rakaat. Lebih baik aku bersujud memohon kebaikan, dari pada aku hanya duduk melamun. Setelah puas aku berdoa kepada Allah swt, aku melipat kembali mukena yang kukenakan dan menaruhnya di tempat semula. Kemudian aku merebahkan diri, karena rasa kantuk telah menyerang, aku menitipkan Mas Reno, kedua orang tuaku, juga Anakku dalam perlindungan Allah, kemudian aku terlelap dalam buaian mimpi.🌷🌷🌷🌷🌷🌷Aku berada disebuah gedung perkantoran yang mewah dan megah.Aku melihat laki-laki memakai stelan jas berwarna biru dan seorang wanita dengan gaya elegant, sama seperti yang laki-laki, wanita tersebut mengenakan blues berwarna biru, rok mini pas selutut. Stelan kant
54. Terjebak Cinta Terlarang Mantan Mengajak Rujuk, Aku Tolak Mentah-Mentah.Penulis : Lusia Sudarti Part 54 "Assalamualaikum." Dari teras depan terdengar ketukan pintu dan salam. Aku mengurungkan niatku kemudian menguping dan mengintip kearah luar melalui celah hordeng pintu kamarku. "Waalaikumsalam," Ibu menjawab salam dari seseorang dari luar.🌷🌷🌷🌷Ceklek! Ibu membuka pintu. "Mau perlu apa?" tanya Ibu dengan suara sedikit meninggi, aku terkejut mendengar suara familiar seseorang, segera aku beranjak menuju keluar, untuk mengetahui secara pasti siapa gerangan yang datang! "Siap ... a!" suaraku tercekat di tenggorokan setelah mengetahui pasti siapa yang datang dan berdiri di ambang pintu. "Mau apa kamu kerumahku!" hardikku kepada Agus dan temannya, aku berkacak pinggang menatap tajam kepada mereka berdua, sedang Ibu duduk di kursi dengan tatapan datar. Mereka berdua menjadi salah tingkah, mungkin mereka tak enak hati dengan sikapku dan Ibu menyambut mereka. "Bo-boleh
53. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Mantan Penulis : Lusia Sudarti Part 53"Eh si Mamang, gak usah lirikin Mamaku terus!" ujar Anjani sambil mencibir si Mamang bakso. Aku merasa tak enak hati dengan Mamang bakso."Husstt gak boleh gitu," ujarku mengingatkan kepada Anjani. "Maaf Mang, Anak aku memang beda dari Anak orang lain," jelasku karena tak enak hati kepada Mamang bakso itu yang seketika terdiam setelah mendengar ucapan Anjani. "Enggak apa-apa kok Mbak, biasa Anak kecil, hehehe," jawabnya sambil terkekeh. "Ini baksonya Dek!" Mang bakso memberikan empat bungkus bakso kepada Anjani. "Asyiiikk, makasih Mang." Kemudian ia berlari pulang dengan membawa bakso dengan wajah sumringah dan bahagia. "Berapa Mang?" tanyaku kepada Mang bakso sembari menyodorkan uang kepada beliau. "Empat puluh Mbak," jawabnya sambil membereskan dagangannya. "Ini Mang." "Waduh, besar banget Mbak! Gak ada duit pas!" tanya Mang bakso sembari membuka tas punggungnya untuk mencari kembalian. "Eng
52. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Meninggalnya Mama Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 52"Mas Reno bisa gak pulang dulu ke Jakarta? Dian telpon Mbak Maya, tetapi kata Mbak Maya, Mas Reno belum kembali. Kasihan Mbak Maya Mas, ia nangis terus! Mama meninggal Mas!" Itu kabar dari Dian, Dek. Rupanya Dian menelpon Adek ya? Aku membenarkan dalam hati kabar yang Dian sampaikan tempo hari.Mas Reno terdiam untuk beberapa saat lamanya. Ternyata firasat buruk yang menghantui itu, kini terbukti. Mas Reno meneteskan air mata, Mas menyesal karena tak mendampingi Mama saat menghembuskan nafasnya yang terakhir, Sayang. Tetapi mau bagaimana lagi! "Mas, halo, Mas masih di sana ..." Suara Dian melengking hingga menyadarkan Mas dari lamunan. "Iya, masih ... jadi kapan Mama meninggal Yan?" tanya Mas kepada Dian. "Sudah tiga hari yang lalu Mas, ini di rumah sedang ada takziah keempat malam Mama Mas, Dian di toilet menghubungi Mas," ujar Dian. "Mas akan menuju kesana Yan!" jawab Mas Reno b
51. Terjebak Cinta Terlarang. Suka Duka Reno Dalam Perjalanan Penulis : Lusia Sudarti Part 51"Moal A, ieu bade ngeureuyeuh. (Tidak A, ini sudah mau berangkat.) jawab Iwan sambil menyalakan mesin mobilnya.🌷🌷🌷🌷🌷🤣Akhirnya Mas Reno mendapatkan tumpangan, dan akan ikut ke Cirebon. Apakah perjalanan Mas Reno kali ini akan mulus semulus jalan tol? Baca terus sambungan-sambungan surat Mas ya Sayang?●●●"A, hayu abi bade ka warung, bade tuang," Iwan mengguncang tubuh Mas Reno, untuk membangunkan Mas yang tertidur tanpa sengaja. Tentu Mas Reno terkejut ketika Iwan membangunkan dirinya. Mas Reno tak menyadari jika ia terlelap terlalu lama.Sesaat Mas Reno mengedarkan pandangan keluar, ternyata hari telah beranjak malam. "Astagfirullah, ternyata aku ketiduran ya Wan?" kata Mas pelan. "Muhun A, hayu tuang heula(iya A, ayo makan)"Sok Iwan wae nya? Aa eungkeu wae(silahkan Iwan aja ya? Aa nanti aja) ujar Mas Reno kepada Iwan, bukan apa-apa, Reno tak ingin menampakkan diri dahulu di
50. Terjebak Cinta Terlarang Antek-antek Viona Berhasil Mengambil Paksa Motor Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 50"Iya Pak, nama saya Reno, saya ingin mengambil kunci motor dan berterima kasih karena Bapak telah menolong saya," ucap Mas Reno lagi, sembari memberikan dua lembar uang ratusan ribu.Kedua bola mata Pak security membelalak melihat uang dua ratus ribu yang di ulurkan oleh Mas Reno. "Enggak usah Mas, saya Ikhlas kok, perkenalkan nama saya Adam," jawab Pak Adam. "Saya lebih ikhlas Pak, saya berterima kasih kepada Bapak, karena telah membantu saya," ujar Mas Reno mendesak Pak Adam agar menerima pemberian Mas Reno. Setelah Mas Reno berhasil membujuk Pak Adam. Mas menyalakan motor, setelah di rasa cukup Mas meluncur dengan kecepatan sedang, hatiku saat ini tidak tenang, entah kenapa! Di dalam hati Mas melafadzkan doa, memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Mas selalu waspada akan bahaya yang setiap saat akan menyergap Mas. Bukan tidak mungkin Viona dan