Share

Bab 7

Penulis: Lusia Sudarti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-12 11:02:41

7. Terjebak Cinta Terlarang

Bermimpi aneh!

Penulis: Lusia Sudarti

Part 7

*****************

"Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar.

"Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang.

"Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang.

Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.

Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya.

"Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan.

"Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku.

Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.

Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya.

"Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya.

"Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih.

Aku terperangah mendengar ucapan-nya yang tak pernah kuduga sebelumnya dan entah mendapatkan kekuatan dari mana, aku membalas tatapan-nya dengan tajam.

"Enggak mungkin Paman! gak mungkin ...!" teriakku dengan tangis tertahan, dan Sunardi begitu panik melihatku yang histeris.

"Cup Dek jangan menangis ...!" bujuknya sambil membelai rambutku.

Ssssttt!

Ditariknya tubuhku dalam pelukannya, aku meronta, tetapi apalah daya, kekuatanku tak sekuat Sunardi.

Ia berhasil memeluk tubuhku yang kecil lalu dibelainya rambutku.

"Tenang Dek ...!" bisiknya ditelingaku.

Aku terisak dalam pelukan-nya tetapi tetap dengan pendirianku, tak sudi membalas pelukan-nya.

"Dek tatap mata Paman," ujarnya sembari membingkai wajahku dengan kedua jemarinya.

Aku pun membalas tatapan-nya.

Kedua netranya menembus jantungku, yang berdebar hebat, kualihkan pandangan direrumputan tak kuasa membalas tatapan-nya lagi.

"Oh Tuhan, apa yang terjadi?" lirihku.

"Oh Dek, Paman benar-benar tergila-gila padamu Dek, dari awal melihatmu ...!" desahnya ditelingaku.

Aku bagai terhipnotis.

Kedua bola matanya tajam menusuk direlung hatiku. Aku bingung dengan sikapnya kepadaku, kenapa juga ia bisa mencintaiku yang seharusnya dilindungi.

"Paman," bisikku.

"Dek, kamu membuat Paman gila," ucapnya.

"Perlahan ia mengangkat wajahku, menatap kedua netraku dengan tatapan sayu.

Lalu ia dengan berani mendaratkan k3cupan dibibirku.

"Paman, tolong jangan seperti ini!"

Sunardi tak menghiraukan ucapan Maya, mata hatinya seolah tertutup nafsu ingin memiliki sang keponakannya.

Ia melancarkan aksinya, dengan buas ia memagut bibir Maya.

Sedangkan Maya, berontak pun sia-sia, tenaganya tak sekuat Sunardi, apalagi ia seolah kerasukan.

Maya terpejam menikm4ti setiap s3ntuhan itu mau tak mau, tak dapat menghindar.

Dalam hati Maya berontak, tubuhnya seolah terkunci. Merasa diatas angin, Sunardi semakin berani melakukan perbuatan yang tak seharusnya ia lakukan.

Ketika Sunardi hendak melakukan sesuatu yang diluar batas, Maya entah mendapat kekuatan dari mana mendorong tubuhnya kebelakang, dan dengan segera aku berlari sekencang-kencangnya, karena tak memperhatikan jalan didepanku, kakiku menginjak ranting-ranting kering yang berjatuhan dari pohon.

Tak ayal lagi aku pun tersungkur.

Gedebugh!

'Aaww ...!

Tiba-tiba aku terbangun dengan nafas tersengal-sengal, ternyata aku terjatuh dari tempat tidur. Aku meringis menahan sakit.

'Ya Allah, ternyata aku bermimpi," lirihku sambil mengusap bagian yang sakit.

'Astaghfirrullohal adzim," racauku dalam hati dan mengusap dadaku.

kejadian ini seperti nyata, apa arti dari mimpi yang baru saja aku alami ini?

Tak mungkin Sunardi itu menyukaiku, karena aku keponakannya.

Aku berdiri dan melangkah menuju nakas.

Aku meraih air minum dikemasan botol yang selalu kusiapkan jika bepergian.

Setelah habis tanpa sisa aku menaruh botol diatas nakas lalu kuraih jam diatas nakas masih pukul 02:00 dini hari.

Aku masih bingung bagaikan orang linglung, berfikir keras dan menepis segala dugaan-dugaan yang berseliweran dibenakku tentangnya.

Entah berapa lama aku duduk termenung, dan menatap raut wajah Anjani yang terlelap begitu damai! Aku mengulurkan jemariku untuk membelai buah hatiku itu.

Kemudian perlahan aku mengecup pipinya dengan penuh kasih.

Setelah merasa lelah, akhirnya aku memutuskan untuk kembali merebahkan diri dengan perasaan tak menentu.

'Ah dari pada pusing mending kurebahkan kembali tubuhku yang terasa lelah! Mungkin hanya bunga tidur," aku bermonolog.

Kupeluk buah hatiku mencari kedamaian disana dan berdoa agar mimpi itu tak kembali dan takkan menjadi kenyataan.

Semoga saja ...!

Hari masih subuh ketika aku terbangun mendengar suara adzan yang berkumandang disetiap masjid dan melangkah terseok-seok menuju kamar mandi akan membersihkan diri dan mengambil wudhu untuk melakukan sholat.

Aku berdzikir diatas sajadah mohon pertolongan kepada-Nya.

❣❣❣❣❣

Di pagi harinya kami bersiap untuk melakukan perjalanan kembali pulang kerumah.

Aku telah selesai bersiap sedari pagi, sehabis sholat subuh. Aku pun bersantai sejenak diruang depan bersama keluarga besar kami. Kemudian aku berpamitan untuk berjalan-jalan pagi sejenak sebelum meninggalkan desa ini, desa yang memberikan banyak kenangan. Aku berjalan ditepi saluran irigasi sawah di pinggir jalan.

Angin bertiup semilir dan menyapu wajah serta tubuhku, begitu sejuk kurasakan ... Aku menghirup udara pagi sebanyak-banyaknya untuk memenuhi rongga dada.

Lalu kuhembuskan perlahan.

'Heemm indah dan sejuk suasananya," batinku berucap.

Mentari pagi baru saja menampakkan dirinya, ia mengintip malu-malu dari balik bukit, sinarnya keemasan membuatnya terlihat begitu cantik.

Sungguh ... hatiku begitu damai melihatnya.

'Entah kapan aku bisa kemari lagi."

Para petani berbondong-bondong mengendarai sepeda ontel.

"Selamat pagi Mbak Maya, jalan-jalan pagi ya?" aku menoleh kearah sumber suara.

Ternyata saudara Mbah Herman. Beliau turun dari sepeda tepat disampingku.

"Oh iya Bulek, mau kesawah?" jawabku dengan sopan dan kuulas senyum.

"Saya sebentar lagi mau pulang Bulek, nyuwun pamit njeh(mohon pamit ya)!" ujarku seraya mengulurkan tangan untuk berjabat dengan beliau.

"Oh iya ... hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan dan kemari lagi suatu saat nanti!" Jawabnya menyambut uluran tanganku.

"Amin, terimakasih Bulek, kalo begitu saya pamit ya Bulek ...!" pamitku sambil melangkah perlahan.

"Oh iya Mbak," jawabnya dengan mengulas senyum.

Aku segera melangkah meninggalkan jejak kakiku didesa tegal wangi ini.

Ketika sampai semua orang telah siap berangkat menuju kerumah Herman.

"Mama dari mana?" tanya Anjani sambil melangkah mendekatiku.

"Heemm, jalan-jalan pagi sebelum pulang, disana kan gak ada pemandangan kayak disini, yang ada hanya kota pohon," selorohku.

Mereka tergelak mendengar ucapanku, seperti biasa kami menempuh perjalanan kerumah Herman dengan berjalan kaki.

Karena mobil ditaruh disana.

Setelah tiba dirumah Herman, kami berbincang sejenak sebelum berpisah untuk pulang kerumah masing-masing.

***

"Paman kami mau pulang, doakan selamat sampai tujuan," pamit Bapak kepada keluarga besar.

"Iya Dek, terima kasih atas kadatangannya, juga Mbah Uti,

Pak Slamet, Maya dan juga Mas (kakak Maya)."

Kami semua tersenyum dan mengangguk.

"Hai Anjani," sapa Mbah Herman.

"Iya Mbah!" jawabnya.

Sini deket Mbah!" panggil Si Mbah.

Bocilku pun menghampiri.

"Nih buat jajan!" kata Mbah seraya menyodorkan uang.

"Eemm makasih Mbah Uyut," ucap bocilku, senyumnya mengembang.

"Nih buat Maya, dari Mbah Herman juga dari Mbah Ti (Istri Mbah Herman)!" ucapnya sembari menyodorkan uang kepadaku.

"Udah Mbah, kemaren Maya kan jadi artis dadakan," selorohku.

Di sambut gelak tawa dari semua.

"Kamu ini, nyanyi diganti syairnya jadi Mbah Uti nangis," sambung Mbah Uti.

"hehehe," aku terkekeh

"Kerenkan Mbah?" selorohku sembari memeluknya.

"Keren sih keren tapi Mbah jadi sedih," sungutku.

"Iya wes lah Mbah enggak usah sedih, walau itu kan kenyataannya," ucapku lagi.

Terdengar lagi gelak tawa dari semua.

"Dek ..." seru Sunardi, aku menoleh kebelakang dimana ia berada.

"Iiyaa Paman?" sahutku.

"Hati-hati ya?" ucapnya.

"Ok Paman, makasih," jawabku.

Tiba-tiba Sunardi berdiri disampingku.

Entah mengapa, ada perasaan aneh disaat mataku bertemu pandang.

Ku coba menepis, semua ... dia Sunardi Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku.

Bersambung

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 8

    8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 9

    9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 10

    10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 11

    11. Terjebak Cinta Terlarang Iya Atau Tidak! Penulis: Lusia Sudarti Part 11 *** Karena semua sudah siap di meja aku pun masuk kedalam kamarku. Mandi lagi dan membersihkan semua noda dosa. "Di, ikut Mas kerja ya?" ajak Bapak saat kami di meja makan. "Iya Mas ...!" jawabnya setengah hati. Dia melirikku dan aku pura-pura tak melihatnya, raut wajahnya berubah sedikit masam. "Pak, Maya mau kerja lagi ya?" ucapku membujuk Bapak karena aku bosan berada dirumah terus. "Enggak usah May, nanti kamu sakit lagi!" cegah Bapak sambil menatap tajam kearahku. "Biarlah Bapak sama Ibumu yang kerja kamu dirumah aja, membantu pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja," imbuh beliau sambil menyesap kopi. Aku hanya diam menjadi pendengar dan Anak yang baik. Ibu dan Sunardi hanya mendengarkan tanpa berani mengeluarkan suara. "Nanti setiap bulan Bapak kasih kamu uang Rp 500.000, dari Ibu Rp 500.000.Untuk kebutuhan kamu. Anjani biar jadi tanggung jawab kami," sambung Bapak kembali. Aku masih terd

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 14

    14. Terjebak Cinta Terlarang Jadi Pemuas Nafsu Penulis:Lusia Sudarti Part 14 Di kamar tak jadi tidur, malah teringat peristiwa yang terjadi semalam. Jeratnya, perbuatannya membuatku seperti orang gila. Hingga membutakan mata hatiku yang membuat benar-benar lupa akan jati diriku sesungguhnya.🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Keesokan harinya ketika sedang sarapan pagi seperti biasa, aku mengutarakan keinginanku kepada kedua orang tuaku untuk menunaikan ibadah puasa. "Bu, besok bulan suci Ramadhan. Boleh ya Maya Puasa?" tanyaku sambil menatap beliau penuh harap. "Maya, Ibu gak mau penyakitmu kambuh! Kamu gak kasihan sama Kami? Bagaimana kalo bertambah parah?" ucap Ibu sedikit tegas dengan raut wajah penuh kebingungan. Aku pun sesungguhnya dalam kebimbangan dan tak yakin bisa berpuasa, karena asam lambung dan gagal ginjal yang akut. "Ya sudah Bu! Maya akan mencoba untuk mendengar nasihat Bapak sama Ibu," jawabku lirih. Dalam hati berontak, tapi tapi akal dan fikiran tak mampu menolak. Setiap har

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 13

    13. Terjebak Cinta Terlarang Nafsu Liar Paman Penulis: Lusia Sudarti Part13 *** Malam ini seperti tiada akhirnya, dan ini hampir pukul 04:00 dini hari. Aku lelah aku capek tapi aku masih berada dikungkungan tubuhnya. "Dek, jangan tinggalkan Paman," ucapnya yang kesekian kalinya. Aku tak tahu sudah yang keberapa kalinya ini terjadi dan terjadi lagi. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Malam penuh kubangan dosa. Yang kulakukan bersamanya.Di sebuah kamar berukuran 5x6, menjadi saksi bisu perbuatan nista kami berdua. Ternyata kedatangan sang Paman, membuat petaka bagi aku keponakan-nya. Yang seharusnya dilindungi dengan segenap hati, sepenuh jiwa. Cinta buta, yang hanya mengikuti nafsu dan kenikmatan dunia. Bahkan menghalalkan segala cara aku menikmatinya tanpa sadar, yang kuingat hanya menuruti semua keinginannya.Aku tanpa bisa melawannya dan menjadi korban ilmu pelet sang Paman. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Adzan shubuh berkumandang, begitu syahdu dan membangunkanku dari mimpi, aku menggeliat untuk merenggang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 14

    14. Terjebak Cinta Terlarang Jadi Pemuas Nafsu Penulis:Lusia Sudarti Part 14 Di kamar tak jadi tidur, malah teringat peristiwa yang terjadi semalam. Jeratnya, perbuatannya membuatku seperti orang gila. Hingga membutakan mata hatiku yang membuat benar-benar lupa akan jati diriku sesungguhnya.🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Keesokan harinya ketika sedang sarapan pagi seperti biasa, aku mengutarakan keinginanku kepada kedua orang tuaku untuk menunaikan ibadah puasa. "Bu, besok bulan suci Ramadhan. Boleh ya Maya Puasa?" tanyaku sambil menatap beliau penuh harap. "Maya, Ibu gak mau penyakitmu kambuh! Kamu gak kasihan sama Kami? Bagaimana kalo bertambah parah?" ucap Ibu sedikit tegas dengan raut wajah penuh kebingungan. Aku pun sesungguhnya dalam kebimbangan dan tak yakin bisa berpuasa, karena asam lambung dan gagal ginjal yang akut. "Ya sudah Bu! Maya akan mencoba untuk mendengar nasihat Bapak sama Ibu," jawabku lirih. Dalam hati berontak, tapi tapi akal dan fikiran tak mampu menolak. Setiap har

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 15

    15. Terjebak Cinta Terlarang CEMBURU Penulis: Lusia Sudarti Part 15 ***"Iya Di, hati-hati di jalan, Mbak sama Mas titip Maya dan Anjani ya?" ucap Ibu. "Iya Mbak, Mas beres jangan khawatir," jawabnya lagi. Mereka semua kami salami satu persatu.Kami pun berangkat naik taxi ke pusat kota. 🍒🍒🍒🍒🍒 Di perjalanan aku sedikit jadi pendiam. "Ma, lama gak kita ketempat Mbah Uyut?" tanya Anjani. "Lama, nanti pulangnya kalo Anjani mau masuk sekolah!" Nardi yang jawab sebelum aku sempat menjawab. "Oohh ...," Anjani hanya ber-oh ria. Sedang aku hanya diam sambil memeluknya, dan memandang keluar kaca bus yang membawa kami. "Dek, kok diem aja? Adek gak suka ya Paman ajak kerumah?" tanya-nya penuh selidik sembari menyentuh jemariku. Ia menoleh kepadaku, aku hanya menoleh sekilas kepadanya lalu melihat jemariku yang digenggamnya, ia pun sedang menatapku. Entah sinar apa yang ada dikedua netranya.Seolah mempertegas bahwa aku ini miliknya. "Enggak kok Paman, aku hanya males ngomong!

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 43

    43. Terjebak Cinta TerlarangMelanjutkan Kembali Membaca Surat Dari Mas Reno.Penulis : Lusia Sudarti Part 43"Mama mau bikin sarapan dulu ya, Tante masih ambil wudhu, habis Tante, Anjani segera sholat!" titahku kepadanya, aku melangkah menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. "Iya Ma," jawabnya lirih.🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Siang ini begitu terik aku hendak melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. Aku takut bos akan marah kepadaku, jika pekerjaanku belum selesai dan belum dikerjain. Aku dan Sella udah berjanji untuk kerjain pekerjaan kami yang tertunda. Sebelum ia pulang tadi pagi kami berjanji untuk mendatangi pemilik perkebunan. "Bu, Maya mau kerumah Sella dulu ya? Anjani tertidur, titip dulu ya Bu?" Aku menghampiri Ibu yang sedang nonton televisi, beliau baru pulang dari mengurus bayi baru yang lahir, profesi Ibuku. "Kamu jadi kerjanya?" tanya Ibu sambil mendongakkan kepala menatapku yang berdiri dibelakangnya. "Rencananya sih Bu! Dari pada pusing dirumah!" ujarku sam

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 42

    42. Terjebak Cinta Terlarang Aku Menunggu Kedatangan Mu Mas! Penulis: Lusia Sudarti Part 42Aku membaca sampai kedua bola mataku terasa pedih, namun masih penasaran dengan perjalanan Mas Reno.🌷🌷🌷🌷🌷🌷 Malam semakin merambat, namun aku bertekad untuk membaca semua surat yang Mas Reno kirimkan. "Tapi gue ada urusan Rom!" kata Mas Reno berbasa-basi, sesungguhnya Mas pun lelah untuk melakukan perjalanan kembali. Tetapi Mas memang harus istirahat untuk mengumpulkan tenaga agar esok dapat fokus dalam melakukan perjalanan panjang. Romi membujuk Mas agar mau bermalam dirumahnya. "Alah, urusan besokkan bisa sehabis dari sirkuit!" sergah Romi sembari menyulut sebatang rokok marlboro. Mas diam sesaat mendengar perkataan Romi dan mempertimbangkan ajakannya. "Ya udah deh, gue ngalah." Akhinya Mas menyetujui ajakannya. "Nah gitu donk, kita happy aja dulu ini malam, sebelum tanding," kata Romi sambil tersenyum senang.Namun, ada yang tak Mas suka darinya yang selalu turut campur mas

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 41

    41. Terjebak Cinta Terlarang⁰ Aku Kembali Mendapat Surat Dari Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 41"Anjani ganti baju dulu ya, Tante mau omelin tuh Mama Anjani!" titah Sella kepada Anjani. "Asiap Tante cantik," ujar Anjani sambil tersenyum genit kearah Sella kemudian beralih menatapku, aku hanya mencibir melihatnya. Anjani berlalu dari hadapan kami menuju ke kamar untuk berganti pakaian. "May, bisa gak sih kamu bersikap biasa aja!" Sella menjatuhkan bobot disampingku, ia menatapku dengan raut datar. "Apaan sih, jutek amat!" sungutku, aku melipat tangan di dada, seraya menatapnya. Pyuuurrr! "Happy birthday to you, happy birthday to you," Anjani dan Sella berjingkrak, melompat dan Anjani menuang tepung terigu ke kepala dan wajahku, hingga hanya kedua bola mataku yang terlihat. Seketika aku melongo mirip sapi ompong. "Selamat ulang tahun Mama," katanya sambil memelukku yang berlumur tepung dan mencium pipiku. "Tiup lilinnya May!" Sella mendekat kepadaku sambil membawa sa

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 40

    40. Terjebak Cinta Terlarang Masih Membaca Sambungan Surat Mas Reno. Penulis: Lusia Sudarti"Kurang ajar, gue gak akan membiarkan elu pergi dari sini dan jauh dari gue, gak akan gue biarin elu menikahi tuh cewek kampung!" umpatnya seorang diri dan terlihat dari cctv.Viona mengintai dari celah pintu kamar milik Mas Reno yang terbuka sedikit. Part 40"Maaf ya Dek, jika surat Mas terlalu panjang. Mas lanjutkan ya Dek ..." Aku masih membaca surat Mas Reno, karena aku penasaran tentang dirinya.'Gue harus ngubungi seseorang, untuk mencegah dan menghalangi Kak Reno kembali ke Sumatera, bila perlu Kak Reno gue sekap!" ujar Viona pelan sembari masih tetap mengawasi mereka di dalam kamar. "Viona tak menyadari, jika ia Mas awasi melalui cctv." Aku menjadi geram membaca surat Mas Reno tentang Viona.🌷🌷🌷🌷🌷🌷 "Hingga akhirnya Mas pamit sama Mama dan Dian." "Mah, Reno pamit ya? Jaga kesehatan Mama, kalo ada apa-apa, hubungi Reno.""Mas Reno memeluk Mama Ovi dengan sangat erat dan lam

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 39

    39. Terjebak Cinta Terlarang Sambungan Surat Dari Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 39 Hingga di sepertiga malam aku membaca surat dari Mas Reno. "Mulai kepo deh elu Yan!" ujar Mas, sambil menyentil kening Dian. "Mas malah jadi bahan ledekan yank." Aku tersenyum membacanya."Iihh Mas Reno pelit amat sih! Heem Dian tau, pasti Mbak Maya begitu spesial, dan baru kali ini Mamas gue bertekuk lutut ama yang namanya cewek, hehehe," ujar Dian menggoda Mas.Mas Reno tentunya hanya nyengir mendengar candaan Adik Mas itu. "Ya iyalah, masa iya, iya donk," balas Mas Reno yang semakin membuat Dian kesal. "Disaat Mas sama Dian becanda, muncullah ras terkuat di bumi, yank. Yaitu Mama.""Ternyata kalian ada disini ...?" perempuan setengah baya berdiri diambang pintu sambil bersedekap, dengan tatapan penuh kerinduan. "Eeh Mama," Mas Reno beranjak bangun lalu memeluk perempuan yang Mas panggil Mama dengan erat.Begitupun sebaliknya. Kami berpelukan dengan erat. Dian pun turut serta, merek

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 38

    38. Terjebak Cinta Terlarang Ada Tabir Yang Menaungi(Surat Dari Mas Reno) Penulis: Lusia Sudarti Part 38"Oh iya, saya sudah tahu maksud kedatangan Mbak," ujarnya menatapku, kami semua hanya saling pandang mendengar ucapan beliau, aku pun mengangguk. "Oh iya, ini sama Mbak siapa ya?" Pak Senen bertanya kepadaku, beliau membawa sebuah buku dan satu buah pulpen ditangannya. "Saya Maya Pak!" jawabku sopan seraya tersenyum. "Oh Mbak Maya! Kalo nama calonnya siapa?" beliau bertanya kembali nama Mas Reno. "Reno Pak namanya," ujarku lagi dan beliau manggut-manggut sambil menulis namaku dan Mas Reno. Aku tak tahu apa yang ditulis di buku itu.Keningnya bertaut melihat buku yang di genggamannya.Sorot kedua bola matanya menyiratkan sebuah ke khawatiran membaca apa yang ia tulis. "Mbak, maaf sebelumnya! Bagaimana kalo di gagalkan saja dengan Masnya ...!" Pak Senen menggantung ucapannya. Itu semua membuatku penasaran. Ibu dan Kak Heri terdiam seribu basa mendengar penuturan beliau. "Me

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 37

    37. Terjebak Cinta Terlarang Mas Reno Mengirim Kabar. Penulis: Lusia Sudarti Part 37Mas jangan kenceng-kenceng, aku takut!" Teriaknya sembari memeluk erat pinggang Reno. Sedang Reno hanya mengusap jemari Maya dengan mesra memberikan kekuatan dan keberanian. Aku semakin erat memeluk Reno, jantungku bertalu-talu antara takut dan bahagia karena bertemu dengan Reno lelaki yang telah tiga bulan ini mengisi ruang kosong dalam hatiku, yang telah dua pekan ini meninggalkanku, pamit hanya satu pekan tetapi belum kembali juga. Reno mengendarai motornya semakin kencang, ia piawai sekali memegang kendali, bagai seorang pembalap yang sedang tanding disircuit. Gedung tinggi menjulang di daerah perkotaan, kota yang sangat asing bagiku. Dikawasan elit, Reno mengurangi kecepatan motornya, kemudian ia memasuki halaman luas yang berpagar tinggi, rumah mewah dua lantai bertengger dengan megah. Motor pun berhenti tepat disisi bangunan nan megah, ia melepaskan helm yang membalut kepalanya. Aku s

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 36

    36. Terjebak Cinta Terlarang Mimpi Bertemu Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 36 "Hehehe, bisa aja kamu," Sella terkekeh sambil mencubit tanganku pelan. "Yah kamu itu. Masa iya laporan tertulis, kayak yang resmi aja," sungutku. "Ya kan biar kamu yakin! Enggak anggap ucapanku modus, wek," sungutnya sembari menjulurkan lidah untuk menggodaku. Aku mencibir mendengar ucapannya. "Ehh, masih gak percaya!" ujarnya seraya berdiri dan melangkah menuju kearahku dengan tatapan tajam dan kedua tangannya diangkat hendak menyentuh pinggangku. Aku yang menyadari situasi, segera ambil ancang-ancang menggunakan langkah seribu.Ia melompat menyergapku. "Iya ampun Sell, ampun, iya percaya kok, hehehe," kataku terpingkal-pingkal ketika kedua tangan Sella menggelitik punggangku tanpa ampun. "Ampun Sell, ampun!" teriakku memohon kepadanya dengan wajah memelas. "Lagi?" tanyanya hendak bersiap menggelitikku kembali. "Enggak Sell, ampun," jawabku sembari duduk dilantai karena lemas di gelitikn

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 35

    35. Terjebak Cinta Terlarang Kasus dengan Ibu-Ibu Pembuat Masalah. Penulis : Lusia Sudarti Part 35 "Ma, Anjani berangkat dulu ya?" aku terkejut, tiba-tiba ia telah berada disampingku. Sepontan aku menoleh kesamping dan menatapnya, sembari mengusap dada. "Ngagetin aja sih!" ujarku sambil mencubit gemas kedua pipinya yang cubby, ia malah terkekeh. "Hehehe, semenjak Om pergi, Mama melamun terus deh," ujarnya menggoda aku."Mama kangen ya?" sambungnya sembari duduk disampingku, aku hanya diam tak menjawab. "Ayo kalo mau Mama anter ngaji," ujarku sembari menarik tanyanya perlahan. Aku mencoba mengalihkan pertanyaannya. "Aduh sebentar donk Ma! Anjanikan belum bawa tas," jawabnya, seketika aku menoleh kebelakang untuk menatapnya, ia masih terkekeh melihatku. Dengan segera aku melepaskan pegangan tanganku, membiarkannya mengambil tas di dalam kamar, sementara aku hanya mampu menggelengkan kepala. "Ayo Ma!" ujarnya seraya menarik tangan kiriku.Aku mengikuti langkahnya menuju ke arah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status