Share

Bab 6

Penulis: Lusia Sudarti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-30 13:05:59

6. Terjebak Cinta Terlarang

Anjani Keberatan Aku Bernyanyi

Penulis:Lusia Sudarti

Part 6

*********

Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah.

Aku tertegun sejenak melihat semua ini, untuk saat ini aku belum ingin menikah.

Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam.

Dan tak terasa waktu terus berjalan acara masih terus berlanjut karena memang acara akan berakhir hingga satu hari satu malam kemudian.

Jangan ditanya kalo dana yang didapat! Tetapi dana yang masuk pun melebihi dari semua pengeluaran, Herman Mbahku adalah sosok yang disegani dan penuh wibawa dimata masyarakat. Tak heran jika ia menpunyai hajat, semua tumpah ruah seperti hujan yang turun dari langit.

Sumbangan yang didapat tiga kali lipat dari pengeluaran.

'Masyaallah, sungguh besar kuasa Allah," lirihku dalam hati.

Aku tak heran, saweran yang kudapat pun mencapai tiga juta rupiah.

Semua kelelahan setelah menjalani proses acara yang berturut-turut hingga tiga hari tiga malam.

Satu hari kami gunakan untuk beristirahat.

Mengumpulkan tenaga untuk pulang keesokan harinya.

Malam ini belum terlalu larut namun tubuhku yang lelah memaksaku untuk berbaring.

'Aduh sakit semua tubuh ini dan tenggorokan serak mungkin terlalu banyak bernyanyi," gumamku.

"Ma ... kapan kita pulang?" rengek si bocil Anjani.

Sembari memeluk tubuhku.

"Besok Sayang! Cup ... cup!" jawabku sembari mencium kedua pipinya yang gembul.

"Ma ...," panggilnya.

"Hheemm! Kenapa ...?" jawabku penasaran sembari membelai lembut rambutnya yang tergerai indah.

"Kok Mama bernyanyi terus? Anjani kan gak suka banyak yang liatin Mama," sungutnya, ia menatapku begitu dalam.

"hehehe, kamu ini! Mang kenapa kalo banyak yang liat? Hem?" jawabku sambil menatap kedua bola matanya yang indah bersinar.

"Enggak suka aja," jawabnya singkat.

"Sayang, gak boleh gitu ya? masak orang kok gak boleh dilihat? gimana kalo orang tersinggung?" tuturku lembut.

"Iiya Ma," jawabnya seraya menunduk.

"Mama dapat uang banyak lho Sayang! nihh ..."

Aku mengeluarkan uang dari dalam amplop dari tas slempangku, benar saja kedua bolab mata Anjani terbelalak semakin besar melihat uang ditanganku.

"Wahh, banyak banget Maa ...!" serunya dan seketika ia terlonjak bangun.

"Iya donk, makanya kamu gak boleh marah kalo Mama bernyanyi, mereka membayar suara Mama lho," ujarku menatapnya.

"Iya Ma, Anjani beli baju ya?" rengeknya sembari mengerjapkan kedua bola matanya yang besar.

"Iya kalo kita udah pulang."

"Iya Ma," jawabnya seraya menganggukkan kepala.

'Ya sudah segera tidur ...!" titahku sembari menarik selimut.

🥀🥀🥀🥀🥀

Keesokan paginya aku terbangun kala mendengar suara adzan subuh dan tubuhku sedikit bugar, aku menggeliat untuk sedikit melenturkan sendi-sendi tubuhku.

"Pagi Mama ...!" sapa Anjani sambil memelukku.

"Pagi Sayang, gimana tidurnya? Nyenyak kah ...?" tanyaku sembari membalas pelukan-nya.

"Iya Ma ..."

"Mama mandi dulu ya mau sholat!" ujarku mengurai pelukan dan bangkit menuju kamar mandi tanpa menunggu jawabannya.

***

"Ya udah, mandi sana dandan yang cantik," perintahku ketika aku selesai sholat dan ia masih bermalas-malasan sambil bermain ponsel.

"assiiiaaap bos."

Layaknya orang yang hormat bendera kala upacara, lalu berlalu kekamar mandi yang terletak dibelakang rumah.

Hari ini, hari terakhir kami disini, dan hari ini kami semua berkumpul karena besok akan pulang, entah kapan lagi akan berkumpul seperti ini kembali.

"Aduh Mbah, tenggorokan aku sakiit pake banget, masak iya, bernyanyi lima lagu berturut-turut," desisku saat kami menunggu yang lain.

"Hehe ... Mbah juga gak menyangka kalau kamu naik terus keatas panggung, ehh, tapi suara kamu masih oke seperti dulu lhoo," sahut Mbah Uti ketika kami bersantai sejenak di teras samping rumah Mbah Asih.

"Iya Mbah, tak kira Maya akan lupa syair dan nada karena udah puluhan tahun gak pernah bernyanyi kembali," sahut Mbak Fatim Istri Mamasku.

"Lah kalo wes mendarah daging yo gak lali, yo kan Nduk(lah kalau sudah mendarah daging gak bakalan lupa, ya kan Nak)?" timpal Mbah Supar.

"Enjeh lho Mbah, kulo kinten Maya kesupe, ngonten. (Iya lho Mbah, aku kira Maya lupa, gitu)," sahut Mbak Fatim kemudian.

Kami saling bercanda ria sebelum menuju kerumah Mbah Herman, sembari menikmati suasana yang membuat hati menjadi adem, suasana di desa ini selalu menarik.

"Jadi gimana Mbah, masok mboten daerah mriki(pas tidak daerah sini) menurut pandangan Mbah Supar?" tanya Bapak kepada Mbah Supar tentang desa ini.

"Wah Pak, kulo sangat tertarik kok kaleh daerah mriki. Seumpami kulo gadah arto, kulo bade tumbas tanah mriki!(wah Pak saya sangat tertarik kok sama daerah sini. Seumpama saya punya uang, saya mau beli tanah disini!)" jawab Mbah Supar dengan antusias, raut wajahnya berseri.

"Enggeh Mbah, kulo mawon umpami tasek gadah arto njeh purun kok. (Iya Mbah, saya aja, umpama masih ada uang pun mau kok.)" sahut Ibu.

"Iyo lho Pri, Mbah yo pengen(iya lho Pri, Mbah juga ingin)," sambung Mbah Uti kepada Bapak.

"Bik, kiro-kiro pasaran tanah daerah kene piro perkavling?(Bik, kira-kira pasaran tanah daerah sini berapa perkavling?)" Bapak bertanya kepada Mbah Asih yang merupakan Bibik dari Bapak.

"Larang Pri sak iki, sekitar telung puluh yuto perkavling(mahal Pri sekarang ini, sekitar tiga puluh juta perkavling)," jawab Mbah Asih.

Mereka semua manggut-manggut mendengar penjelasan Mbah Asih.

Kami asyik bercanda kembali, sampai akhirnya Bapak memgingatkan untuk segera berangkat kekediaman Mbah Herman.

Akhirnya kami menuju rumah Mbah Herman, untyk berpamitan, hari ini kami berkumpul-kumpul hanya sekedar berbincang dan melepas rindu.

"Nah itu mereka sudah tiba," ujar Mbah Herman ketika melihat kami sedah berada dihalaman.

"Ayo Dek masuk, ayo, ayo semuanya masuk, kita ngobrol-ngobrol, sambil menyantap makanan, itu semua sudah disiapkan," sambungnya kemudian.

Kami berkumpul diruang keluarga yang telah menunggu kedatangan kami.

Kami menikmati semua hidangan sembari berbincang-bincang ringan.

"Paman, besok kami akan pulang maaf kami kesini hanya tangan kosong," Bapak membuka percakapan setelah semua berkumpul dan mencicipi makanan.

"Halah Dek, gak usah jadi beban.

Oleh-oleh dari kalian sudah lebih dari cukup. kalian semua bisa hadir disini, Paman sekeluarga sudah sangat bahagia," tutur Mbah Herman.

"Entah kapan lagi kalian ketempat Pamanmu ini," sambung Mbah Herman sendu.

"Nanti kalo Paman menikah kami kesini lagi Mbah," celetukku seraya tersenyum kepada Sunardi.

Uhuuk!

Uhuuk!

Nardi tersedak, mendengar kata-kataku.

"Pelan-pelan Paman, kok sampai tersedak," kataku.

"i-yaa Dek," ucapnya sambil menunduk.

Kemudian ia meraih gelas berisi air minum lalu meneguknya hingga tandas.

Kami menghabiskan waktu dengan berbincang dan bertukar cerita hingga tak terasa hari beranjak senja ... kami berpamitan kepada Mbah Herman sekeluarga untuk beristirahat dirumah Mbah Asih.

❣❣❣❣❣

Malam ini, entah mengapa aku gelisah.

Perasaan apa yang kurasa, aku pun tak tahu!

'Kenapa aku jadi kepikiran sama Sunardi dari saat pulang dari rumah Mbah tadi ya?" lirihku.

Huufftt!

Kupeluk guling, miring kanan, miring kiri dan telentang. Tetap kedua bola mata ini tak mau terpejam.

Bayangan Sunardi tiba-tiba melintas, dan tersenyum kepadaku.

'Astagfirrulloh, ada apa ini?" bathinku berucap.

Mungkin karena lelah, akhirnya kedua netraku terpejam.

Aku teperanjat ketika menyadari jika aku tak berada di dalam kamar dan dalam kebingungan aku celingak-celinguk kesana-kemari sambil berfikir dimana aku berada saat ini?

'Kok aku disini ya? Bukannya tadi aku dikamar," gumamku seorang diri.

Aku memandang berkeliling ...

Di sebuah taman yang banyak terdapat bunga bermekaran, haruum semerbak memanjakan indra penciuman. Bunga aneka warna yang menyejukkan pemandangan membuat siapa pun akan betah berlama-lama duduk ditaman ini.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sepasang tangan yang merangkulku dari belakang.

"Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar.

Bersambung

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 7

    7. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi aneh! Penulis: Lusia SudartiPart 7***************** "Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar. "Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang. "Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang. Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya. "Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan. "Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku. Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya. "Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya. "Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih. Aku terperangah mendengar ucapan-ny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 8

    8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 9

    9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 10

    10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 11

    11. Terjebak Cinta Terlarang Iya Atau Tidak! Penulis: Lusia Sudarti Part 11 *** Karena semua sudah siap di meja aku pun masuk kedalam kamarku. Mandi lagi dan membersihkan semua noda dosa. "Di, ikut Mas kerja ya?" ajak Bapak saat kami di meja makan. "Iya Mas ...!" jawabnya setengah hati. Dia melirikku dan aku pura-pura tak melihatnya, raut wajahnya berubah sedikit masam. "Pak, Maya mau kerja lagi ya?" ucapku membujuk Bapak karena aku bosan berada dirumah terus. "Enggak usah May, nanti kamu sakit lagi!" cegah Bapak sambil menatap tajam kearahku. "Biarlah Bapak sama Ibumu yang kerja kamu dirumah aja, membantu pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja," imbuh beliau sambil menyesap kopi. Aku hanya diam menjadi pendengar dan Anak yang baik. Ibu dan Sunardi hanya mendengarkan tanpa berani mengeluarkan suara. "Nanti setiap bulan Bapak kasih kamu uang Rp 500.000, dari Ibu Rp 500.000.Untuk kebutuhan kamu. Anjani biar jadi tanggung jawab kami," sambung Bapak kembali. Aku masih terd

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 14

    14. Terjebak Cinta Terlarang Jadi Pemuas Nafsu Penulis:Lusia Sudarti Part 14 Di kamar tak jadi tidur, malah teringat peristiwa yang terjadi semalam. Jeratnya, perbuatannya membuatku seperti orang gila. Hingga membutakan mata hatiku yang membuat benar-benar lupa akan jati diriku sesungguhnya.🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Keesokan harinya ketika sedang sarapan pagi seperti biasa, aku mengutarakan keinginanku kepada kedua orang tuaku untuk menunaikan ibadah puasa. "Bu, besok bulan suci Ramadhan. Boleh ya Maya Puasa?" tanyaku sambil menatap beliau penuh harap. "Maya, Ibu gak mau penyakitmu kambuh! Kamu gak kasihan sama Kami? Bagaimana kalo bertambah parah?" ucap Ibu sedikit tegas dengan raut wajah penuh kebingungan. Aku pun sesungguhnya dalam kebimbangan dan tak yakin bisa berpuasa, karena asam lambung dan gagal ginjal yang akut. "Ya sudah Bu! Maya akan mencoba untuk mendengar nasihat Bapak sama Ibu," jawabku lirih. Dalam hati berontak, tapi tapi akal dan fikiran tak mampu menolak. Setiap har

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 13

    13. Terjebak Cinta Terlarang Nafsu Liar Paman Penulis: Lusia Sudarti Part13 *** Malam ini seperti tiada akhirnya, dan ini hampir pukul 04:00 dini hari. Aku lelah aku capek tapi aku masih berada dikungkungan tubuhnya. "Dek, jangan tinggalkan Paman," ucapnya yang kesekian kalinya. Aku tak tahu sudah yang keberapa kalinya ini terjadi dan terjadi lagi. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Malam penuh kubangan dosa. Yang kulakukan bersamanya.Di sebuah kamar berukuran 5x6, menjadi saksi bisu perbuatan nista kami berdua. Ternyata kedatangan sang Paman, membuat petaka bagi aku keponakan-nya. Yang seharusnya dilindungi dengan segenap hati, sepenuh jiwa. Cinta buta, yang hanya mengikuti nafsu dan kenikmatan dunia. Bahkan menghalalkan segala cara aku menikmatinya tanpa sadar, yang kuingat hanya menuruti semua keinginannya.Aku tanpa bisa melawannya dan menjadi korban ilmu pelet sang Paman. 🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Adzan shubuh berkumandang, begitu syahdu dan membangunkanku dari mimpi, aku menggeliat untuk merenggang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 14

    14. Terjebak Cinta Terlarang Jadi Pemuas Nafsu Penulis:Lusia Sudarti Part 14 Di kamar tak jadi tidur, malah teringat peristiwa yang terjadi semalam. Jeratnya, perbuatannya membuatku seperti orang gila. Hingga membutakan mata hatiku yang membuat benar-benar lupa akan jati diriku sesungguhnya.🌺🌺🌺🌺🌺🌺 Keesokan harinya ketika sedang sarapan pagi seperti biasa, aku mengutarakan keinginanku kepada kedua orang tuaku untuk menunaikan ibadah puasa. "Bu, besok bulan suci Ramadhan. Boleh ya Maya Puasa?" tanyaku sambil menatap beliau penuh harap. "Maya, Ibu gak mau penyakitmu kambuh! Kamu gak kasihan sama Kami? Bagaimana kalo bertambah parah?" ucap Ibu sedikit tegas dengan raut wajah penuh kebingungan. Aku pun sesungguhnya dalam kebimbangan dan tak yakin bisa berpuasa, karena asam lambung dan gagal ginjal yang akut. "Ya sudah Bu! Maya akan mencoba untuk mendengar nasihat Bapak sama Ibu," jawabku lirih. Dalam hati berontak, tapi tapi akal dan fikiran tak mampu menolak. Setiap har

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 43

    43. Terjebak Cinta TerlarangMelanjutkan Kembali Membaca Surat Dari Mas Reno.Penulis : Lusia Sudarti Part 43"Mama mau bikin sarapan dulu ya, Tante masih ambil wudhu, habis Tante, Anjani segera sholat!" titahku kepadanya, aku melangkah menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. "Iya Ma," jawabnya lirih.🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺Siang ini begitu terik aku hendak melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. Aku takut bos akan marah kepadaku, jika pekerjaanku belum selesai dan belum dikerjain. Aku dan Sella udah berjanji untuk kerjain pekerjaan kami yang tertunda. Sebelum ia pulang tadi pagi kami berjanji untuk mendatangi pemilik perkebunan. "Bu, Maya mau kerumah Sella dulu ya? Anjani tertidur, titip dulu ya Bu?" Aku menghampiri Ibu yang sedang nonton televisi, beliau baru pulang dari mengurus bayi baru yang lahir, profesi Ibuku. "Kamu jadi kerjanya?" tanya Ibu sambil mendongakkan kepala menatapku yang berdiri dibelakangnya. "Rencananya sih Bu! Dari pada pusing dirumah!" ujarku sam

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 42

    42. Terjebak Cinta Terlarang Aku Menunggu Kedatangan Mu Mas! Penulis: Lusia Sudarti Part 42Aku membaca sampai kedua bola mataku terasa pedih, namun masih penasaran dengan perjalanan Mas Reno.🌷🌷🌷🌷🌷🌷 Malam semakin merambat, namun aku bertekad untuk membaca semua surat yang Mas Reno kirimkan. "Tapi gue ada urusan Rom!" kata Mas Reno berbasa-basi, sesungguhnya Mas pun lelah untuk melakukan perjalanan kembali. Tetapi Mas memang harus istirahat untuk mengumpulkan tenaga agar esok dapat fokus dalam melakukan perjalanan panjang. Romi membujuk Mas agar mau bermalam dirumahnya. "Alah, urusan besokkan bisa sehabis dari sirkuit!" sergah Romi sembari menyulut sebatang rokok marlboro. Mas diam sesaat mendengar perkataan Romi dan mempertimbangkan ajakannya. "Ya udah deh, gue ngalah." Akhinya Mas menyetujui ajakannya. "Nah gitu donk, kita happy aja dulu ini malam, sebelum tanding," kata Romi sambil tersenyum senang.Namun, ada yang tak Mas suka darinya yang selalu turut campur mas

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 41

    41. Terjebak Cinta Terlarang⁰ Aku Kembali Mendapat Surat Dari Mas Reno. Penulis : Lusia Sudarti Part 41"Anjani ganti baju dulu ya, Tante mau omelin tuh Mama Anjani!" titah Sella kepada Anjani. "Asiap Tante cantik," ujar Anjani sambil tersenyum genit kearah Sella kemudian beralih menatapku, aku hanya mencibir melihatnya. Anjani berlalu dari hadapan kami menuju ke kamar untuk berganti pakaian. "May, bisa gak sih kamu bersikap biasa aja!" Sella menjatuhkan bobot disampingku, ia menatapku dengan raut datar. "Apaan sih, jutek amat!" sungutku, aku melipat tangan di dada, seraya menatapnya. Pyuuurrr! "Happy birthday to you, happy birthday to you," Anjani dan Sella berjingkrak, melompat dan Anjani menuang tepung terigu ke kepala dan wajahku, hingga hanya kedua bola mataku yang terlihat. Seketika aku melongo mirip sapi ompong. "Selamat ulang tahun Mama," katanya sambil memelukku yang berlumur tepung dan mencium pipiku. "Tiup lilinnya May!" Sella mendekat kepadaku sambil membawa sa

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 40

    40. Terjebak Cinta Terlarang Masih Membaca Sambungan Surat Mas Reno. Penulis: Lusia Sudarti"Kurang ajar, gue gak akan membiarkan elu pergi dari sini dan jauh dari gue, gak akan gue biarin elu menikahi tuh cewek kampung!" umpatnya seorang diri dan terlihat dari cctv.Viona mengintai dari celah pintu kamar milik Mas Reno yang terbuka sedikit. Part 40"Maaf ya Dek, jika surat Mas terlalu panjang. Mas lanjutkan ya Dek ..." Aku masih membaca surat Mas Reno, karena aku penasaran tentang dirinya.'Gue harus ngubungi seseorang, untuk mencegah dan menghalangi Kak Reno kembali ke Sumatera, bila perlu Kak Reno gue sekap!" ujar Viona pelan sembari masih tetap mengawasi mereka di dalam kamar. "Viona tak menyadari, jika ia Mas awasi melalui cctv." Aku menjadi geram membaca surat Mas Reno tentang Viona.🌷🌷🌷🌷🌷🌷 "Hingga akhirnya Mas pamit sama Mama dan Dian." "Mah, Reno pamit ya? Jaga kesehatan Mama, kalo ada apa-apa, hubungi Reno.""Mas Reno memeluk Mama Ovi dengan sangat erat dan lam

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 39

    39. Terjebak Cinta Terlarang Sambungan Surat Dari Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 39 Hingga di sepertiga malam aku membaca surat dari Mas Reno. "Mulai kepo deh elu Yan!" ujar Mas, sambil menyentil kening Dian. "Mas malah jadi bahan ledekan yank." Aku tersenyum membacanya."Iihh Mas Reno pelit amat sih! Heem Dian tau, pasti Mbak Maya begitu spesial, dan baru kali ini Mamas gue bertekuk lutut ama yang namanya cewek, hehehe," ujar Dian menggoda Mas.Mas Reno tentunya hanya nyengir mendengar candaan Adik Mas itu. "Ya iyalah, masa iya, iya donk," balas Mas Reno yang semakin membuat Dian kesal. "Disaat Mas sama Dian becanda, muncullah ras terkuat di bumi, yank. Yaitu Mama.""Ternyata kalian ada disini ...?" perempuan setengah baya berdiri diambang pintu sambil bersedekap, dengan tatapan penuh kerinduan. "Eeh Mama," Mas Reno beranjak bangun lalu memeluk perempuan yang Mas panggil Mama dengan erat.Begitupun sebaliknya. Kami berpelukan dengan erat. Dian pun turut serta, merek

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 38

    38. Terjebak Cinta Terlarang Ada Tabir Yang Menaungi(Surat Dari Mas Reno) Penulis: Lusia Sudarti Part 38"Oh iya, saya sudah tahu maksud kedatangan Mbak," ujarnya menatapku, kami semua hanya saling pandang mendengar ucapan beliau, aku pun mengangguk. "Oh iya, ini sama Mbak siapa ya?" Pak Senen bertanya kepadaku, beliau membawa sebuah buku dan satu buah pulpen ditangannya. "Saya Maya Pak!" jawabku sopan seraya tersenyum. "Oh Mbak Maya! Kalo nama calonnya siapa?" beliau bertanya kembali nama Mas Reno. "Reno Pak namanya," ujarku lagi dan beliau manggut-manggut sambil menulis namaku dan Mas Reno. Aku tak tahu apa yang ditulis di buku itu.Keningnya bertaut melihat buku yang di genggamannya.Sorot kedua bola matanya menyiratkan sebuah ke khawatiran membaca apa yang ia tulis. "Mbak, maaf sebelumnya! Bagaimana kalo di gagalkan saja dengan Masnya ...!" Pak Senen menggantung ucapannya. Itu semua membuatku penasaran. Ibu dan Kak Heri terdiam seribu basa mendengar penuturan beliau. "Me

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 37

    37. Terjebak Cinta Terlarang Mas Reno Mengirim Kabar. Penulis: Lusia Sudarti Part 37Mas jangan kenceng-kenceng, aku takut!" Teriaknya sembari memeluk erat pinggang Reno. Sedang Reno hanya mengusap jemari Maya dengan mesra memberikan kekuatan dan keberanian. Aku semakin erat memeluk Reno, jantungku bertalu-talu antara takut dan bahagia karena bertemu dengan Reno lelaki yang telah tiga bulan ini mengisi ruang kosong dalam hatiku, yang telah dua pekan ini meninggalkanku, pamit hanya satu pekan tetapi belum kembali juga. Reno mengendarai motornya semakin kencang, ia piawai sekali memegang kendali, bagai seorang pembalap yang sedang tanding disircuit. Gedung tinggi menjulang di daerah perkotaan, kota yang sangat asing bagiku. Dikawasan elit, Reno mengurangi kecepatan motornya, kemudian ia memasuki halaman luas yang berpagar tinggi, rumah mewah dua lantai bertengger dengan megah. Motor pun berhenti tepat disisi bangunan nan megah, ia melepaskan helm yang membalut kepalanya. Aku s

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 36

    36. Terjebak Cinta Terlarang Mimpi Bertemu Mas Reno Penulis : Lusia Sudarti Part 36 "Hehehe, bisa aja kamu," Sella terkekeh sambil mencubit tanganku pelan. "Yah kamu itu. Masa iya laporan tertulis, kayak yang resmi aja," sungutku. "Ya kan biar kamu yakin! Enggak anggap ucapanku modus, wek," sungutnya sembari menjulurkan lidah untuk menggodaku. Aku mencibir mendengar ucapannya. "Ehh, masih gak percaya!" ujarnya seraya berdiri dan melangkah menuju kearahku dengan tatapan tajam dan kedua tangannya diangkat hendak menyentuh pinggangku. Aku yang menyadari situasi, segera ambil ancang-ancang menggunakan langkah seribu.Ia melompat menyergapku. "Iya ampun Sell, ampun, iya percaya kok, hehehe," kataku terpingkal-pingkal ketika kedua tangan Sella menggelitik punggangku tanpa ampun. "Ampun Sell, ampun!" teriakku memohon kepadanya dengan wajah memelas. "Lagi?" tanyanya hendak bersiap menggelitikku kembali. "Enggak Sell, ampun," jawabku sembari duduk dilantai karena lemas di gelitikn

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 35

    35. Terjebak Cinta Terlarang Kasus dengan Ibu-Ibu Pembuat Masalah. Penulis : Lusia Sudarti Part 35 "Ma, Anjani berangkat dulu ya?" aku terkejut, tiba-tiba ia telah berada disampingku. Sepontan aku menoleh kesamping dan menatapnya, sembari mengusap dada. "Ngagetin aja sih!" ujarku sambil mencubit gemas kedua pipinya yang cubby, ia malah terkekeh. "Hehehe, semenjak Om pergi, Mama melamun terus deh," ujarnya menggoda aku."Mama kangen ya?" sambungnya sembari duduk disampingku, aku hanya diam tak menjawab. "Ayo kalo mau Mama anter ngaji," ujarku sembari menarik tanyanya perlahan. Aku mencoba mengalihkan pertanyaannya. "Aduh sebentar donk Ma! Anjanikan belum bawa tas," jawabnya, seketika aku menoleh kebelakang untuk menatapnya, ia masih terkekeh melihatku. Dengan segera aku melepaskan pegangan tanganku, membiarkannya mengambil tas di dalam kamar, sementara aku hanya mampu menggelengkan kepala. "Ayo Ma!" ujarnya seraya menarik tangan kiriku.Aku mengikuti langkahnya menuju ke arah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status