Share

Bab 6

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2024-11-12 12:06:16

6. PELET(Terjebak Cinta Terlarang)

Anjani Keberatan Aku Bernyanyi

Penulis:Lusia Sudarti

Part 6

*********

Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah.

Aku tertegun sejenak melihat semua ini, untuk saat ini aku belum ingin menikah.

Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam.

Dan tak terasa waktu terus berjalan acara masih terus berlanjut karena memang acara akan berakhir hingga satu hari satu malam kemudian.

Jangan ditanya kalo dana yang didapat! Tetapi dana yang masuk pun melebihi dari semua pengeluaran, Herman Mbahku adalah sosok yang disegani dan penuh wibawa dimata masyarakat. Tak heran jika ia menpunyai hajat, semua tumpah ruah seperti hujan yang turun dari langit.

Sumbangan yang didapat tiga kali lipat dari pengeluaran.

'Masyaallah, sungguh besar kuasa Allah," lirihku dalam hati.

Aku tak heran, saweran yang kudapat pun mencapai tiga juta rupiah.

Semua kelelahan setelah menjalani proses acara yang berturut-turut hingga tiga hari tiga malam.

Satu hari kami gunakan untuk beristirahat.

Mengumpulkan tenaga untuk pulang keesokan harinya.

Malam ini belum terlalu larut namun tubuhku yang lelah memaksaku untuk berbaring.

'Aduh sakit semua tubuh ini dan tenggorokan serak mungkin terlalu banyak bernyanyi," gumamku.

"Ma ... kapan kita pulang?" rengek si bocil Anjani.

Sembari memeluk tubuhku.

"Besok Sayang! Cup ... cup!" jawabku sembari mencium kedua pipinya yang gembul.

"Ma ...," panggilnya.

"Hheemm! Kenapa ...?" jawabku penasaran sembari membelai lembut rambutnya yang tergerai indah.

"Kok Mama bernyanyi terus? Anjani kan gak suka banyak yang liatin Mama," sungutnya, ia menatapku begitu dalam.

"hehehe, kamu ini! Mang kenapa kalo banyak yang liat? Hem?" jawabku sambil menatap kedua bola matanya yang indah bersinar.

"Enggak suka aja," jawabnya singkat.

"Sayang, gak boleh gitu ya? masak orang kok gak boleh dilihat? gimana kalo orang tersinggung?" tuturku lembut.

"Iiya Ma," jawabnya seraya menunduk.

"Mama dapat uang banyak lho Sayang! nihh ..."

Aku mengeluarkan uang dari dalam amplop dari tas slempangku, benar saja kedua bolab mata Anjani terbelalak semakin besar melihat uang ditanganku.

"Wahh, banyak banget Maa ...!" serunya dan seketika ia terlonjak bangun.

"Iya donk, makanya kamu gak boleh marah kalo Mama bernyanyi, mereka membayar suara Mama lho," ujarku menatapnya.

"Iya Ma, Anjani beli baju ya?" rengeknya sembari mengerjapkan kedua bola matanya yang besar.

"Iya kalo kita udah pulang."

"Iya Ma," jawabnya seraya menganggukkan kepala.

'Ya sudah segera tidur ...!" titahku sembari menarik selimut.

🥀🥀🥀🥀🥀

Keesokan paginya aku terbangun kala mendengar suara adzan subuh dan tubuhku sedikit bugar, aku menggeliat untuk sedikit melenturkan sendi-sendi tubuhku.

"Pagi Mama ...!" sapa Anjani sambil memelukku.

"Pagi Sayang, gimana tidurnya? Nyenyak kah ...?" tanyaku sembari membalas pelukan-nya.

"Iya Ma ..."

"Mama mandi dulu ya mau sholat!" ujarku mengurai pelukan dan bangkit menuju kamar mandi tanpa menunggu jawabannya.

***

"Ya udah, mandi sana dandan yang cantik," perintahku ketika aku selesai sholat dan ia masih bermalas-malasan sambil bermain ponsel.

"assiiiaaap bos."

Layaknya orang yang hormat bendera kala upacara, lalu berlalu kekamar mandi yang terletak dibelakang rumah.

Hari ini, hari terakhir kami disini, dan hari ini kami semua berkumpul karena besok akan pulang, entah kapan lagi akan berkumpul seperti ini kembali.

"Aduh Mbah, tenggorokan aku sakiit pake banget, masak iya, bernyanyi lima lagu berturut-turut," desisku saat kami menunggu yang lain.

"Hehe ... Mbah juga gak menyangka kalau kamu naik terus keatas panggung, ehh, tapi suara kamu masih oke seperti dulu lhoo," sahut Mbah Uti ketika kami bersantai sejenak di teras samping rumah Mbah Asih.

"Iya Mbah, tak kira Maya akan lupa syair dan nada karena udah puluhan tahun gak pernah bernyanyi kembali," sahut Mbak Fatim Istri Mamasku.

"Lah kalo wes mendarah daging yo gak lali, yo kan Nduk(lah kalau sudah mendarah daging gak bakalan lupa, ya kan Nak)?" timpal Mbah Supar.

"Enjeh lho Mbah, kulo kinten Maya kesupe, ngonten. (Iya lho Mbah, aku kira Maya lupa, gitu)," sahut Mbak Fatim kemudian.

Kami saling bercanda ria sebelum menuju kerumah Mbah Herman, sembari menikmati suasana yang membuat hati menjadi adem, suasana di desa ini selalu menarik.

"Jadi gimana Mbah, masok mboten daerah mriki(pas tidak daerah sini) menurut pandangan Mbah Supar?" tanya Bapak kepada Mbah Supar tentang desa ini.

"Wah Pak, kulo sangat tertarik kok kaleh daerah mriki. Seumpami kulo gadah arto, kulo bade tumbas tanah mriki!(wah Pak saya sangat tertarik kok sama daerah sini. Seumpama saya punya uang, saya mau beli tanah disini!)" jawab Mbah Supar dengan antusias, raut wajahnya berseri.

"Enggeh Mbah, kulo mawon umpami tasek gadah arto njeh purun kok. (Iya Mbah, saya aja, umpama masih ada uang pun mau kok.)" sahut Ibu.

"Iyo lho Pri, Mbah yo pengen(iya lho Pri, Mbah juga ingin)," sambung Mbah Uti kepada Bapak.

"Bik, kiro-kiro pasaran tanah daerah kene piro perkavling?(Bik, kira-kira pasaran tanah daerah sini berapa perkavling?)" Bapak bertanya kepada Mbah Asih yang merupakan Bibik dari Bapak.

"Larang Pri sak iki, sekitar telung puluh yuto perkavling(mahal Pri sekarang ini, sekitar tiga puluh juta perkavling)," jawab Mbah Asih.

Mereka semua manggut-manggut mendengar penjelasan Mbah Asih.

Kami asyik bercanda kembali, sampai akhirnya Bapak memgingatkan untuk segera berangkat kekediaman Mbah Herman.

Akhirnya kami menuju rumah Mbah Herman, untyk berpamitan, hari ini kami berkumpul-kumpul hanya sekedar berbincang dan melepas rindu.

"Nah itu mereka sudah tiba," ujar Mbah Herman ketika melihat kami sedah berada dihalaman.

"Ayo Dek masuk, ayo, ayo semuanya masuk, kita ngobrol-ngobrol, sambil menyantap makanan, itu semua sudah disiapkan," sambungnya kemudian.

Kami berkumpul diruang keluarga yang telah menunggu kedatangan kami.

Kami menikmati semua hidangan sembari berbincang-bincang ringan.

"Paman, besok kami akan pulang maaf kami kesini hanya tangan kosong," Bapak membuka percakapan setelah semua berkumpul dan mencicipi makanan.

"Halah Dek, gak usah jadi beban.

Oleh-oleh dari kalian sudah lebih dari cukup. kalian semua bisa hadir disini, Paman sekeluarga sudah sangat bahagia," tutur Mbah Herman.

"Entah kapan lagi kalian ketempat Pamanmu ini," sambung Mbah Herman sendu.

"Nanti kalo Paman menikah kami kesini lagi Mbah," celetukku seraya tersenyum kepada Sunardi.

Uhuuk!

Uhuuk!

Nardi tersedak, mendengar kata-kataku.

"Pelan-pelan Paman, kok sampai tersedak," kataku.

"i-yaa Dek," ucapnya sambil menunduk.

Kemudian ia meraih gelas berisi air minum lalu meneguknya hingga tandas.

Kami menghabiskan waktu dengan berbincang dan bertukar cerita hingga tak terasa hari beranjak senja ... kami berpamitan kepada Mbah Herman sekeluarga untuk beristirahat dirumah Mbah Asih.

❣❣❣❣❣

Malam ini, entah mengapa aku gelisah.

Perasaan apa yang kurasa, aku pun tak tahu!

'Kenapa aku jadi kepikiran sama Sunardi dari saat pulang dari rumah Mbah tadi ya?" lirihku.

Huufftt!

Kupeluk guling, miring kanan, miring kiri dan telentang. Tetap kedua bola mata ini tak mau terpejam.

Bayangan Sunardi tiba-tiba melintas, dan tersenyum kepadaku.

'Astagfirrulloh, ada apa ini?" bathinku berucap.

Mungkin karena lelah, akhirnya kedua netraku terpejam.

Aku teperanjat ketika menyadari jika aku tak berada di dalam kamar dan dalam kebingungan aku celingak-celinguk kesana-kemari sambil berfikir dimana aku berada saat ini?

'Kok aku disini ya? Bukannya tadi aku dikamar," gumamku seorang diri.

Aku memandang berkeliling ...

Di sebuah taman yang banyak terdapat bunga bermekaran, haruum semerbak memanjakan indra penciuman. Bunga aneka warna yang menyejukkan pemandangan membuat siapa pun akan betah berlama-lama duduk ditaman ini.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sepasang tangan yang merangkulku dari belakang.

"Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar.

Bersambung

Related chapters

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 7

    7. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi aneh! Penulis: Lusia SudartiPart 7***************** "Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar. "Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang. "Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang. Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya. "Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan. "Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku. Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya. "Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya. "Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih. Aku terperangah mendengar ucapan-ny

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 8

    8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 9

    9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 10

    10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 1

    1. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Dalam perjalanan Penulis:Lusia Sudarti Part1 * "Maya bersiap-siaplah besok kita sekeluarga akan berangkat kerumah Mbahmu di desa Tegal Sari, untuk menghadiri pernikahan Bibikmu disana, bawa pakaian untuk satu minggu ...!" kata Bapak sambil melongok ke dalam kamarku. "Kok lama banget sih Pak, gimana nanti pekerjaanku?" jawabku protes karena bepergian terlalu lama. "Tenang saja Maya, kan cuma satu minggu ...!" bujuk Bapak. "Ok lah Pak ...!" akhirnya aku mengalah. Perkenalkan namaku Maya! Aku janda punya anak satu.Bekerja sebagai buruh kasar di perkebunan kelapa sawit. Tidak sedikit Emak-emak yang menaruh cemburu padaku! Yaah ... secara walaupun aku bekerja jadi buruh kasar, itu tidak mengurangi daya tarikku lho hehehe. Kata orang wajahku manis berambut panjang lurus hidung mungil mata coklat sendu, tubuh langsing walau pun tidak terlalu tinggi, justru membuat kaum adam ter gila-gila hehehe. Pede sedikit gak pa-pa kan! Keesokan harinya, sesu

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 2

    2. PELET (Terjebak Cinta Terlarang) Diminta Membawakan Lagu Penulis: Lusia Sudarti Part 2 *** Setelah melepas lelah sejenak, Dan menyantap makanan untuk kami sekeluarga. Kami menuju kerumah Mbah yang lain! Disini kami menginap selama menghadiri acara. Jaraknya tidak terlalu jauh, juga tidak dekat, cukup untuk sekedar olah raga dengan berjalan kaki, kami bersenda gurau dalam perjalanan, tak terasa akhirnya kami pun tiba. ❣❣❣❣❣❣ Keesokan harinya ...Pagi yang cerah, udara begitu sejuk. Hhmmm ... kuhirup udara yang begitu sejuk memenuhi seluruh ruang pernafasan dan kuhembuskan perlahan! Aku berjalan pagi ini mengelilingi halaman, pemandangan begitu asri, sawah yang menghijau, saluran irigasi yang berair jernih. Para petani hilir mudik kesawah menggunakan sepeda ontel. sungguh asri ... Matahari bersinar terang, pantulannya berkilau di air yang jernih. Di sebuah saung di tepi sawah, aku duduk termenung. Para petani melakukan pekerjaan mereka, ada yang menanam padi, ada yang mena

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 3

    3. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Aku Juga Jago Nyanyi Penulis: Lusia Sudarti Part 3 *** "Maya sebentar lagi kamu akan di panggil keatas panggung untuk menyumbangkan sebuah lagu, permintaan dari kedua belah pihak," kata Ibu sembari menatapku lekat. "A-apaa buuu?" teriakku tanpa sadar, aku pun menutup mulut dengan kedua tanganku. Dengan dada berdebar tak menentu nafas tak beraturan keringat dingin bercucuran aku mencoba untuk tidak grogi sedikitpun. Kutarik napas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan, agar lebih rileks dan santai. Akhirnya Alhamdulillah berhasil. Maklum karena aku, sudah lama sekali tidak pernah bernyanyi. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Nardi yang telah berdiri disampingku seraya menepuk pundakku perlahan. Seketika aku mendongak menatapnya sejenak. "Eehh Dek kamu kenapa kok pucat dan kayaknya lelah gitu?" tanyanya, ia menautkan kedua alisnya. "Eh Paman, gak kok cuma nerfes aja. Karna sebentar lagi Maya mau bawain lagu diatas pentas," jawabku santai. "

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 4

    4. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Insiden Paman Dengan Fotografer Penulis: Lusia Sudarti Part 4 *****Lagi! Lagi! Lagi! MC pun bertanya. "Bagaimana Mbak? Mereka suka sekali sama suara merdu Mbak Maya," tanyanya, ia mengumbar senyuman dan mengedipkan mata genitnya. Hufft! Apa ini?" aku memutar bola mata dengan perasaan sebal. ❣❣❣❣❣❣ "Baiklah! Saya akan coba membawakan sebuah lagu kesayangan saya.Dan lagu kali ini sebuah lagu dari Sony Josh. Orang Desa ..." Plok! Plok! Plok! Tepuk tangan meriah kembali terdengar riuh dan membahana, dari ratusan tamu undangan. Dan seketika hening dan senyap dikala musik mulai mengalun. 'Hitam kulitku, putih kulitmu, Rombeng bajuku, dari toko bajumuu ... Pikirlah duluu, kalo cinta padaku, Yang lebih baik, jangan buru-buru ... Aku orang desa, engkau orang kota ... Ku orang miskiiinn ...Hidupmu terjamin ... Jangankan mobiiill ... Jangankan motoorr ... Sepeda sajaa, aku tak punyaa ... Aku ini Maaas ... Anak orang miskiiin, Bapak

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 10

    10. Terjebak Cinta Terlarang Kedatangan Paman Membawa Petaka. Penulis: Lusia Sudarti Part10 ------------------ "Jani mau berangkat ngaji dulu ya?" ucapnya sambil mencium punggung tanganku. Lalu kucium pucuk kepalanya yang berbalut hijab instan. "Hati-hati Sayang," pesanku kepadanya. Ia membalas dengan anggukan, aku bahagia mempunyai bidadariku itu. Senja pun berganti malam, setelah kami selesai menyantap makan malam, kemudian kami berkumpul diruang televisi, sedangkan aku sibuk dengan gawaiku berbalas pesan dengan sahabat karibku Sella. Kebetulan ia sedang berada di Jawa, jadi kami tak bisa bertemu. (Sell, kamu tahu gak! Itu Pamanku yang Adiknya menikah tempo hari dan kami sekeluarga hadir. Ia dirumahku sekarang) aku kirim pesan kepada Sella. Dan kemudian pesanku itu centang biru yang tandanya sudah dibaca olehnya. Ting! Balasan Sella datang kembali. (Masak sih May?) balasnya tak percaya. (Iihh gak percaya banget sih, kapan kamu pulang? Aku kangen nih!) (Masih lama May.

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 9

    9. Terjebak Cinta Terlarang Kabar Dari Paman Penulis: Lusia Sudarti Part 9 [Maya Sayang, aku gak perduli kamu gak suka tapi aku akan terus berusaha] balasnya lagi dan itu membuatku muak. [Dasar keras k3pala!] balasku lagi.Drrrtt! drrrrt! drrrrtt!Tiba-tiba ponselku bergetar, aku lihat nomor tanpa nama, nomor siapa lagi ini! Tetapi tetap aku angkat meskipun hatiku enggan untuk mengangkatnya. (hallo ...) jawabku. (Halo Dek ... ini Paman) jawabnya dan suara Paman bergetar. (Oh Paman ...! Ada apa Paman? Mau bicara sama Bapak atau Ibu?) tanyaku. (Iya Dek, mau ngomong sebentar) sahutnya. (Baiklah Paman tunggu ya?) balasku sambil beranjak keluar mencari keberadaan Ibu. (Siip ...) jawabnya lagi. "Buukk, ni Paman! Anaknya Mbah Herman mau ngomong," teriakku, seraya menyerahkan ponsel kepada Ibu. Ibu menerima ponselku lalu berbicara dengan-nya, aku menonton acara televisi sebentar sambil menunggu ponsel. (Halo Di, eneng opo? (halo Di, ada apa?) tanya Ibu, aku hanya mendengarkan

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 8

    8. Terjebak Cinta Terlarang Cium Jauh Sang Paman Penulis: Lusia Sudarti Part8 ************* Kucoba menepis semuanya, dia Pamanku, lebih muda dariku dan yang pasti bukan tipeku. Akhirnya kami pun berpamitan, semua saudara satu-persatu menyalami kami, dan saling memeluk. Kami menuju mobil setelah semua siap, mobil pun berjalan perlahan menyusuri jalanan beraspal di tengan desa. Entah hanya penglihatanku entah apa? Kulihat dari jauh, Paman melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan memberikan k3cupan jauh (kiss bye). Jantungku serasa mau lepas, melihatnya. Lalu kualihkan pandanganku kedepan. 'Oh iya ... apa kabar ponselku ya? Karena sibuk hampir lupa pada benda pipih kesayanganku itu," gumamku. Ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab dan SMS dari sahabatku. Kubuka satu-persatu sms dari sahabat-sahabatku, dan salah satunya ada sms dari Arga. [Hai Maya? Lagi apa nih?] [Kok nggak balas sih?] [Kamu marah ya Sayang?] [Pliisss jangan gitu donk?] [Balas Sayang]. Rente

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 7

    7. Terjebak Cinta Terlarang Bermimpi aneh! Penulis: Lusia SudartiPart 7***************** "Sssi-apa ya?" tubuhku gemetar hebat, karena aku memang tak punya teman dekat, teman jauh, boro-boro pacar. "Ttoo--eeemm, mulutku dibungkam dari belakang. "Ssssstt jangan teriak Dek, ini Paman," bisiknya di telingaku hingga membuat bulu romaku meremang. Lalu tubuhku dihadapkan kepadanya, dan kedua tangannya memegang bahuku, tatapan-nya begitu sendu.Aku begitu ketakutan dengan sikap dan perbuatan-nya. "Pa-maaan ...? Ma-mau apa?" tanyaku yang merasa sangat ketakutan. "Jangan takut Dek," lirihnya seraya menundukkan kepala, tatapan-nya seolah ingin menerkamku. Tubuhku gemetar, jantungku berdetak lebih kencang.Aku tertunduk, sama sekali tidak berdaya, dan tak ada keberanian unyuk membalas menatapnya. "Kenapa Paman begini?" desisku. Aku tak mampu bergerak karena tubuhku terkunci kedua tangan-nya. "Maafin Paman Dek? Paman suka sama Adek," ucapnya lirih. Aku terperangah mendengar ucapan-ny

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 6

    6. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Anjani Keberatan Aku Bernyanyi Penulis:Lusia Sudarti Part 6 ********* Aku mengamati kamar pengantin yang dihias begitu indah, dan tempat tidur pun bertaburan kelopak-kelopak bunga mawar merah.Aku tertegun sejenak melihat semua ini, untuk saat ini aku belum ingin menikah. Aku takut sekali untuk berumah tangga kembali, karena kegagalan yang pernah kualami, dan masih menyisakan trauma yang mendalam. Dan tak terasa waktu terus berjalan acara masih terus berlanjut karena memang acara akan berakhir hingga satu hari satu malam kemudian.Jangan ditanya kalo dana yang didapat! Tetapi dana yang masuk pun melebihi dari semua pengeluaran, Herman Mbahku adalah sosok yang disegani dan penuh wibawa dimata masyarakat. Tak heran jika ia menpunyai hajat, semua tumpah ruah seperti hujan yang turun dari langit.Sumbangan yang didapat tiga kali lipat dari pengeluaran. 'Masyaallah, sungguh besar kuasa Allah," lirihku dalam hati. Aku tak heran, saweran yang kudap

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 5

    5. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Gelagat Aneh Paman Penulis:Lusia Sudarti Part 5 ************* Sunardi pun menghampiri Fotografer itu, lalu menariknya kebelakang panggung yang sepi.Aku tak tau apa yang mereka bicarakan. Dari arah panggung, panitia menghampiri aku. "Mbak ini uang saweran milik Mbak Maya tadi," ucap Panitia sambil menyodorkan sejumlah uang yang ada di dalam kotak khusus saweran. "Ooh iya makasih banyak Pak," jawabku. "Iiya sama-sama Mbak, nanti Mbak Maya di minta untuk membawakan lagu kembali," ucap panitia dengan tersenyum sopan. Aku terkejut, benar-benar tak menyangka, kalo masih di minta membawakan lagu lagi. "Oohh baiklah Pak," ucapku, aku mengulas senyuman. "Kalo begitu saya permisi Mbak," pamitnya kemudian. "Baiklah Pak, terima kasih ya," ujarku sambil membungkuk hormat. Aku membawa kotak kardus pemberian dari pihak panitia kedalam kamar pengantin, pintu kututup agar tak ada yang melihat aku menghitung jumlah uang yang bertaburan di dalam kardus.

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 4

    4. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Insiden Paman Dengan Fotografer Penulis: Lusia Sudarti Part 4 *****Lagi! Lagi! Lagi! MC pun bertanya. "Bagaimana Mbak? Mereka suka sekali sama suara merdu Mbak Maya," tanyanya, ia mengumbar senyuman dan mengedipkan mata genitnya. Hufft! Apa ini?" aku memutar bola mata dengan perasaan sebal. ❣❣❣❣❣❣ "Baiklah! Saya akan coba membawakan sebuah lagu kesayangan saya.Dan lagu kali ini sebuah lagu dari Sony Josh. Orang Desa ..." Plok! Plok! Plok! Tepuk tangan meriah kembali terdengar riuh dan membahana, dari ratusan tamu undangan. Dan seketika hening dan senyap dikala musik mulai mengalun. 'Hitam kulitku, putih kulitmu, Rombeng bajuku, dari toko bajumuu ... Pikirlah duluu, kalo cinta padaku, Yang lebih baik, jangan buru-buru ... Aku orang desa, engkau orang kota ... Ku orang miskiiinn ...Hidupmu terjamin ... Jangankan mobiiill ... Jangankan motoorr ... Sepeda sajaa, aku tak punyaa ... Aku ini Maaas ... Anak orang miskiiin, Bapak

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 3

    3. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Aku Juga Jago Nyanyi Penulis: Lusia Sudarti Part 3 *** "Maya sebentar lagi kamu akan di panggil keatas panggung untuk menyumbangkan sebuah lagu, permintaan dari kedua belah pihak," kata Ibu sembari menatapku lekat. "A-apaa buuu?" teriakku tanpa sadar, aku pun menutup mulut dengan kedua tanganku. Dengan dada berdebar tak menentu nafas tak beraturan keringat dingin bercucuran aku mencoba untuk tidak grogi sedikitpun. Kutarik napas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan, agar lebih rileks dan santai. Akhirnya Alhamdulillah berhasil. Maklum karena aku, sudah lama sekali tidak pernah bernyanyi. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Nardi yang telah berdiri disampingku seraya menepuk pundakku perlahan. Seketika aku mendongak menatapnya sejenak. "Eehh Dek kamu kenapa kok pucat dan kayaknya lelah gitu?" tanyanya, ia menautkan kedua alisnya. "Eh Paman, gak kok cuma nerfes aja. Karna sebentar lagi Maya mau bawain lagu diatas pentas," jawabku santai. "

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 2

    2. PELET (Terjebak Cinta Terlarang) Diminta Membawakan Lagu Penulis: Lusia Sudarti Part 2 *** Setelah melepas lelah sejenak, Dan menyantap makanan untuk kami sekeluarga. Kami menuju kerumah Mbah yang lain! Disini kami menginap selama menghadiri acara. Jaraknya tidak terlalu jauh, juga tidak dekat, cukup untuk sekedar olah raga dengan berjalan kaki, kami bersenda gurau dalam perjalanan, tak terasa akhirnya kami pun tiba. ❣❣❣❣❣❣ Keesokan harinya ...Pagi yang cerah, udara begitu sejuk. Hhmmm ... kuhirup udara yang begitu sejuk memenuhi seluruh ruang pernafasan dan kuhembuskan perlahan! Aku berjalan pagi ini mengelilingi halaman, pemandangan begitu asri, sawah yang menghijau, saluran irigasi yang berair jernih. Para petani hilir mudik kesawah menggunakan sepeda ontel. sungguh asri ... Matahari bersinar terang, pantulannya berkilau di air yang jernih. Di sebuah saung di tepi sawah, aku duduk termenung. Para petani melakukan pekerjaan mereka, ada yang menanam padi, ada yang mena

DMCA.com Protection Status