Keesokan harinya, Risa Abdullah datang ke kantor pagi-pagi sekali. Bukan karena dia takut terlambat, atau pun karena hal lain yang terkait dengan pekerjaan barunya. Melainkan karena tidak mau dianggap rendah dan tidak tahu malu. Apalagi dicap kasihan usai kejadian di mana dia dengan mata kepalanya sendiri melihat pria yang dicintainya bergumul di atas ranjang dengan wanita lain. Dengan wajah dingin khas sekretaris Jill, Risa mempelajari beberapa laporan di depan layarnya. Dalam beberapa hari terakhir ini, ada banyak hal yang terjadi dalam hidupnya bagaikan terjangan tsunami bertubi-tubi. Semalam, acara makan malam itu berjalan cukup lancar. Bahkan kedua keluarga dengan cepat ingin menyatukan kekuatan. Itu artinya, mereka ingin segera melaksanakan pernikahan secepat mungkin. Malam tadi, Risa dan Adnan yang sedang ketahuan berduaan dan disalahpahami oleh Abdullah Sucipto, sudah mendapat banyak harapan besar di wajah pria tua itu. Tangannya yang sibuk mengklik laporan di layar komput
Adnan mendengar dengan saksama penjelasan dari laporan orang di seberang telepon. Napasnya seolah berhenti. Tidak mungkin.... Tidak mungkin.... Tidak mungkin! Sekujur tubuh pria ini merinding dengan mata membelalak tak percaya. Jadi, benar Risa Abdullah adalah wanita yang pernah ditolongnya malam itu? “Baiklah. Terima kasih atas bantuanmu. Semuanya akan dikirim melalui rekening hari ini. Ingat. Jangan sampai hal ini diketahui oleh orang-orang.” Adnan menutup telepon, matanya sedikit terguncang. Dia duduk bersandar di kursinya, mata dipejamkan sejenak. Ketika membukanya, wajahnya sudah dalam mode tanpa ekspresi, kedua bahunya melorot lemas. Bagaimana mungkin dia bisa berakhir bersama wanita yang dulu menarik perhatiannya begitu dalam dan aneh? Keterkejutan yang menampar Adnan masih belum hilang dari dalam dirinya. Pria ini masih saja belum bisa menerima kebetulan yang sangat ajaib itu. Orang-orang bilang, pertemuan kedua atau ketiga adalah takdir. Benarkah Risa Abdullah adalah
#Warning rate 21 + Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. …………… Dengan suara ‘TAP!’, mata Risa membelalak kaget melihat ponselnya segera ditangkap oleh tangan besar lentik di depannya. Arah layar dihadapkan ke sisi lain pintu mobil. Jantung sang pemilik ponsel deg-degan parah! Rasanya sudah seperti mau jatuh ke tanah! Dengan senyum licik yang jahat dan nakal, Shouhei mendongakkan dagu sang wanita menggunakan tangan satunya, berbisik pelan sangat licik, mata dinginnya tersenyum, “terlalu gugup?” Ledekan itu membuat Risa menelan ludah gelisah, masih gemetar takut jika sampai tertangkap basah oleh ulah sang bos sialan itu! Karena tidak bergerak oleh rasa terkejut dan syok, Shouhei mengambil kesempatan dalam kesempitan. Shouhei merendahkan perlahan wajahnya ke wajah Risa hingga kedua bola matanya membulat kaget. Bibir kecil itu mulai merasakan kelembutan kenyal seiring Shouhei memejamkan matanya penuh penghayatan. Risa Abdullah dengan panik mencoba melawan, tapi bosnya memelukn
Mereka telah membahas konsep dan masalah kontrak yang ada selama hampir 30 menit, tapi perbincangan mereka sepertinya mengalami jalan buntu. Shouhei masih terlihat dingin dan dewasa, sama sekali tidak terlihat terintimidasi dengan ucapan pria tua di depannya. Malahan dia membalasnya dengan nada yang sangat meyakinkan penuh tantangan. “Benar. Seperti yang saya bahas sebelumnya. Jika kalian terima tantangan ini, maka tidak ada ruginya sama sekali, bukan? Kami akan memberikan konsep iklan yang sangat menarik dalam satu paket. Tapi, jika hasilnya melebihi harapan Anda, maka Anda harus membayar kami dua kali lipat dari biaya yang kami ajukan saat rapat itu.” Pria tua berpakaian putih bersih dengan rambut dan kumis abu-abunya, tertawa keras seperti baru saja mendengar lelucon luar biasa. “Menarik! Menarik! Baiklah. Aku akan mempertimbangkannya.” Kedua manusia beda gender di seberang meja tampak senang mendengarnya dengan reaksi berbeda. Risa begitu jelas dengan kerutan di keningnya, sed
Risa berpikir keras. Jika klien mereka berkata begitu enteng, apakah maksudnya adalah dia ingin mengerjai perusahaan mereka dengan harga tidak masuk akal, hanya karena ingin tertawa dan merasa bosan tidak ada yang menarik untuk dilakukan? Makanya melakukan hal itu sesuka hati? Nekat sekali pria tua ini! Dengan sigap, Shouhei kembali mengutarakan niatnya. “Kalau begitu, tawaran yang saya berikan adalah hal yang tepat, bukan? Anda akan terhibur sekaligus juga akan mendapatkan keuntungan dari semua itu. Yang paling utama adalah Anda bisa menghidupkan semangat mendiang istri Anda dengan ramainya taman hiburan tersebut. Saya berjanji, tempat itu akan lebih terkenal setelah diiklankan oleh perusahaan kami. Tolong percayalah!” Pria tua CEO tampak terdiam dengan raut wajah sendu. Bulu matanya merendah lembut seperti tengah mengenang kembali masa lalu yang manis, tapi agak pahit. “Kamu benar. Tujuanku sebenarnya adalah ingin agar taman hiburan itu diremajakan dan lebih mengikuti zaman. Karen
Kemarahan segera muncul di wajah manis Risa, dadanya bergemuruh menahan segala emosi yang berputar di dalam dirinya. "Jangan berkata hal tidak masuk akal lagi! Aku muak mendengar hal itu! Apa kamu nanti berniat menjadikanku sebagai istri keduamu? Aku tidak mau! Lebih baik aku menikah dengan pria lain! Kamu sangat berengsek! Di saat penting dan serius, kamu tidak menjelaskan apa pun soal kejadian di hotel waktu itu! Kamu malah berwajah dingin, sesuka hati, dan kini malah membawaku ke tempat semacam ini! Memang aku ini anak kecil, ya? Belum lagi balon yang kamu berikan sewaktu di Bali! Kamu anggap apa aku sebenarnya ini, hah? Apa aku sungguh tidak ada artinya di matamu, makanya dengan mudah mempermainkanku seperti ini? Aku juga punya perasaan, Shouhei! Juga ingin punya kehidupan percintaan yang normal! Kenapa harus aku? Kenapa?!" Risa memukul-mukul kedua bahu Shouhei, tergugu dengan hati kesal melampiaskan semua yang disimpannya selama ini dalam mode sok sabar dan dinginnya. Tidak s
Risa gelagapan melihat tatapan dinginnya tiba-tiba menjadi lembut dan hangat penuh cinta seperti di Bali kala itu. Mata keduanya seketika terkunci kuat. Waktu seolah berhenti sesaat. Wajah dingin itu menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak, tapi bibirnya tertarik kecil mengeluarkan jurus mautnya yang membuat hati Risa meleleh dengan cepat mengalahkan es krim di atas meja. "Buka mulut," titah Shouhei pelan sembari mengelus puncak kepalanya. Risa salah tingkah, luluh sekali lagi dengan kelembutannya. Bibir kecil bengkak itu membuka pelan dan agak canggung, dengan lembut suapan Shouhei masuk perlahan ke dalam mulutnya. Risa hanya menggigit kecil strawberry itu, sisanya dimakan sendiri oleh Shouhei. Dia terus menatap Risa saat menghabiskan buah kecil manis dan sedikit asam itu. Gerakan mengigitnya sedikit sensual yang membuat Risa menelan saliva gugup, mata terpaut kuat pada bibir merah sang bos galak. Kontan saja jantung Risa tidak baik-baik saja, wahai para pembaca! Pria tinggi, t
#Warning rate 18 + Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. …………… "Bukankah mati bersama dengan pasangan adalah hal yang super romantis dan sangat manis?" godanya dengan pembawaan nakal dan main-main. Risa gelagapan salah tingkah dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat. Keringat dingin sudah semakin banyak menyerang wajah wanita berpita merah di kepalanya ini. “Si-siapa bilang hal mengerikan dan tragis itu super romantis dan sangat manis? Otak mereka pasti sudah rusak!" "Benarkah?" Shouhei semakin bergerak, membuat wahana berguncang kecil kembali, dan terdengar suara besi yang menimbulkan suara 'kriet' mengerikan di udara. "He-Hei! Duduklah yang benar! Aku belum mau mati, tahu!" seru Risa, mata terpejam, kedua tangan mencengkeram bagian depan baju sang pria. Shouhei meraih dagunya, berlutut menatapnya yang tampak gemetar oleh gerakan wahana yang terasa aneh dan menakutkan, seolah-olah bisa jatuh kapan saja. "Tatap aku," titah Shouhei lembut, tapi tegas dan kuat. Wajah dingin t