#Warning rate 18 + Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. …………… "Bukankah mati bersama dengan pasangan adalah hal yang super romantis dan sangat manis?" godanya dengan pembawaan nakal dan main-main. Risa gelagapan salah tingkah dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat. Keringat dingin sudah semakin banyak menyerang wajah wanita berpita merah di kepalanya ini. “Si-siapa bilang hal mengerikan dan tragis itu super romantis dan sangat manis? Otak mereka pasti sudah rusak!" "Benarkah?" Shouhei semakin bergerak, membuat wahana berguncang kecil kembali, dan terdengar suara besi yang menimbulkan suara 'kriet' mengerikan di udara. "He-Hei! Duduklah yang benar! Aku belum mau mati, tahu!" seru Risa, mata terpejam, kedua tangan mencengkeram bagian depan baju sang pria. Shouhei meraih dagunya, berlutut menatapnya yang tampak gemetar oleh gerakan wahana yang terasa aneh dan menakutkan, seolah-olah bisa jatuh kapan saja. "Tatap aku," titah Shouhei lembut, tapi tegas dan kuat. Wajah dingin t
#Warning rate 17 + Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. …………… Selama di taman hiburan, Risa Abdullah dan Shouhei Shiraishi menghabiskan banyak waktu bersama dengan mencoba berbagai macam wahana permainan di Fantasy Island—merupakan bagian lain dari tempat bermain itu, hanya saja berada di bagian luar ruangan. Lebih luas dan lebih ramai. Ditujukan khusus untuk remaja dan orang dewasa. Sinar matahari dan cuaca hari ini sangatlah mendukung untuk bersenang-senang. Ada banyak anak-anak, remaja, dan orang dewasa membanjiri kemeriahan di setiap mata memandang. Semuanya tertawa, bercanda dan saling menghibur satu sama lain dengan kelompok masing-masing. Risa Abdullah benar-benar sangat senang sampai lupa beberapa masalah yang sempat menderanya, termasuk salah satunya adalah mengenai perasaan tidak enak yang mengusiknya ketika menaiki wahana balon udara. Bagaimana mungkin dia melewatkan kesenangan yang mungkin tidak akan datang dua kali ini? “Menurutmu bagaimana? Apa kamu suka?” tanya
Menjelang malam hari, kedua orang yang dimabuk cinta itu akhirnya kembali ke dalam ruangan. Mereka memutuskan mengunjungi bagian taman bermain di mana akuarium raksasa terhubung dengan sebuah mall di dalamnya. Suasana khas akuarium yang tenang berhias musik lembut dengan luminasi cahaya remang-remang dan air dari dalam akuarium, membuat siapa pun yang menjejakkan kaki masuk ke sana langsung merasakan ketenangan yang alami. Rasanya seperti memasuki kerajaan bawah laut dengan warna biru di mana-mana! Hal itu tidak sampai di situ saja, tapi juga dipadukan dengan lampu-lampu kecil yang terpasang pada bagian jalan masuknya hingga memberi kesan romantis, sangat tenang dan mengagumkan di saat yang sama. “Wuah! Lucunya!” seru Risa dengan wajah berseri-seri menunjuk beberapa ikan kecil yang bermanuver unik seolah tengah menari di dalam air. Gerakan mereka sangat gemulai dan anggun bagaikan sebuah atraksi khusus untuk menyambutnya, membuat wajah Risa lebih berwarna dan hidup. Di sebelahnya,
Entah bagaimana ceritanya, kedua orang itu sekarang sudah berada di dalam sebuah kamar hotel VIP di menara yang sama. Dengan suara ‘BRUK!’, Shouhei Shiraishi mendorong Risa Abdullah ke pintu kamar hotel dengan rahang mengetat. Sorot mata dinginnya berdenyar dengan hasrat terdalam seorang pria dewasa pada wajah sayu indah wanitanya. Bos galak ini mengungkung tubuh Risa yang kini dadanya naik turun dengan adegan yang sama sekali tidak disangka-sangka akan terjadi di akhir riset bisnis mereka. “Shouhei...” ujar Ris gugup dengan tatapan penuh kekaguman. “Risa...” Usai mengucapkan nama wanita pujaan hatinya, Shouhei Shiraishi memajukan wajahnya dalam posisi dimiringkan. Perlahan, tapi sangat elegan dan romantis. Kepala pria ini kemudian menutupi penuh wajah sang wanita. Adegan itu adalah adegan yang membuat Adnan Budiraharja yang berada di tempat lain, tiba-tiba saja merasa gelisah luar biasa hingga tidak bisa memejamkan mata di tempat tidur. Calon suami Risa Abdullah ini bangun, dan
“Sudah lama menunggu?” tanya Adnan sangat lembut, menatap Risa yang telah berdiri di depan pintu perusahaan. Pria tampan itu turun dari mobil dengan pembawaan anggun. “Tidak juga, kok. Ada apa tiba-tiba ingin makan siang bersama?” Risa Abdullah tidak menduga kalau telepon tadi adalah ajakan untuk makan siang bersama. Calon suaminya itu tidak biasanya bersikap seramah ini, meski memang pada dasarnya dia belum begitu mengenalnya, tapi tindakannya kali ini terbilang cukup agresif. “Kenapa memangnya? Tidak boleh?” selidik Adnan, menaikkan sebelah alisnya dengan gaya yang menggoda. Sang wanita keringat gelisah. “Bukan begitu. Tapi tidak biasanya kamu mau repot-repot begini, kan? Apalagi jalanan dari kantormu ke tempatku sering macet.” “Sebentar lagi kita akan menikah, bukan? Macet bukanlah masalah besar. Ayo, sekalian saja aku traktir teman-temanmu dan berkenalan dengan mereka.” Risa kaget, salah tingkah. “A-apa?” “Bukankah ini waktu yang pas? Dulu sempat tidak jadi berkenalan dengan
Di Kamis pagi, Risa Abdullah bangun dengan sekujur tubuh lemas tak bertenaga. Gara-gara kejadian kemarin sepulang dari acara makan-makan setelah ditraktir oleh Adnan Budiraharja, rasa patah hati menenggelamkan jiwanya. Ternyata, Shouhei Shiraishi tetap akan menikah dengan wanita pilihannya itu. “Risa, kamu tidak berangkat ke kantor hari ini? Tumben kamu tidak bangun pagi? Sudah sholat subuh, belum?” teriak ibunya dari balik pintu, mengetuk dengan sedikit ragu-ragu. “Iya, Bu! Bentar lagi!” balas Risa dengan suara dipaksakan. Risa Abdullah masih terduduk di kasur empuk dan hangat, rambut awut-awutan, matanya ada lingkaran hitam yang cukup jelas terlihat. Ya. Semalam dia kesusahan tidur. Siapa yang bisa tidur nyenyak mendapati pria yang dicintainya ternyata hanya mempermainkannya terus? Karena hari ini katanya adalah pengajuan proposal untuk Pak Tua CEO, mau tak mau dia pun segera bergegas bersiap untuk berangkat kerja. Kerja keras dan kebodohannya di taman hiburan dan di kamar ho
Tidak disadari oleh Risa Abdullah, kalau dari jarak beberapa meter, mobil Shouhei yang baru saja pergi beberapa saat lalu kembali lagi ke perusahaan, dan dari dalam mobil melihat adegan Risa sedang menarik Adnan penuh semangat. “Kamu tadi bilang Risa Abdullah ada masalah keluarga dan sedang tidak enak badan? Sepertinya dia sedang penuh energi saat ini,” sindir Shouhei kepada Sekretaris Jill yang duduk di dekat supir. Sekretaris Jill keringat gelisah. “Benar, Pak. Tadi, dia bilang sedang tidak enak badan. Saya juga melihat dia memang agak lesu. Mungkin calon suaminya datang khusus untuk menjemputnya karena khawatir.” “Khawatir?” ulang Shouhei dingin, membuat suhu di dalam mobil turun beberapa derajat. Wajah pria dingin ini tampak mengkelam suram, suasana hatinya seketika anjlok hingga ke dasar. Sekretaris Jill berpikir kalau pria di belakang itu sedang marah karena tengah dibohongi, bukan karena cemburu, makanya hanya diam saja memakluminya. Dia harus memberi peringatan kepada wani
“Pria itu adalah aku. Akulah yang telah menolongmu saat itu dari perbuatan tidak pantas di klub saat sedang dijadikan sebagai bahan taruhan untuk ditiduri oleh pria bernama Andres.” Risa gelagapan bingung, sulit mencerna informasi baru yang didengarnya. Mulutnya terbuka tutup menatap pria yang kini mengetatkan rahang dengan ketegangan di wajah tampannya. Adnan Budiraharja mengulangnya kembali, ditekankan pada hampir setiap kata, “akulah. yang telah. menolongmu. saat itu. Risa Abdullah. Pria yang membantumu bersembunyi di ruangan VVIP, dan berpura-pura tengah bermesraan dengan seorang wanita agar kamu terhindar dari pencarian mereka.” “A-apa?” Risa Abdullah tertegun linglung mendengar pengakuan tidak disangka-sangka itu. Bagaimana mungkin ada kebetulan luar biasa seperti ini? Pria yang dulu menolong harga dirinya, ternyata adalah calon suaminya? “Ja-jangan bercanda!” Risa mencoba mengelak, wajahnya pucat pasi. Sangat linglung. Adnan tidak melepaskannya, dan berkata dengan super