“Sudah lama menunggu?” tanya Adnan sangat lembut, menatap Risa yang telah berdiri di depan pintu perusahaan. Pria tampan itu turun dari mobil dengan pembawaan anggun. “Tidak juga, kok. Ada apa tiba-tiba ingin makan siang bersama?” Risa Abdullah tidak menduga kalau telepon tadi adalah ajakan untuk makan siang bersama. Calon suaminya itu tidak biasanya bersikap seramah ini, meski memang pada dasarnya dia belum begitu mengenalnya, tapi tindakannya kali ini terbilang cukup agresif. “Kenapa memangnya? Tidak boleh?” selidik Adnan, menaikkan sebelah alisnya dengan gaya yang menggoda. Sang wanita keringat gelisah. “Bukan begitu. Tapi tidak biasanya kamu mau repot-repot begini, kan? Apalagi jalanan dari kantormu ke tempatku sering macet.” “Sebentar lagi kita akan menikah, bukan? Macet bukanlah masalah besar. Ayo, sekalian saja aku traktir teman-temanmu dan berkenalan dengan mereka.” Risa kaget, salah tingkah. “A-apa?” “Bukankah ini waktu yang pas? Dulu sempat tidak jadi berkenalan dengan
Di Kamis pagi, Risa Abdullah bangun dengan sekujur tubuh lemas tak bertenaga. Gara-gara kejadian kemarin sepulang dari acara makan-makan setelah ditraktir oleh Adnan Budiraharja, rasa patah hati menenggelamkan jiwanya. Ternyata, Shouhei Shiraishi tetap akan menikah dengan wanita pilihannya itu. “Risa, kamu tidak berangkat ke kantor hari ini? Tumben kamu tidak bangun pagi? Sudah sholat subuh, belum?” teriak ibunya dari balik pintu, mengetuk dengan sedikit ragu-ragu. “Iya, Bu! Bentar lagi!” balas Risa dengan suara dipaksakan. Risa Abdullah masih terduduk di kasur empuk dan hangat, rambut awut-awutan, matanya ada lingkaran hitam yang cukup jelas terlihat. Ya. Semalam dia kesusahan tidur. Siapa yang bisa tidur nyenyak mendapati pria yang dicintainya ternyata hanya mempermainkannya terus? Karena hari ini katanya adalah pengajuan proposal untuk Pak Tua CEO, mau tak mau dia pun segera bergegas bersiap untuk berangkat kerja. Kerja keras dan kebodohannya di taman hiburan dan di kamar ho
Tidak disadari oleh Risa Abdullah, kalau dari jarak beberapa meter, mobil Shouhei yang baru saja pergi beberapa saat lalu kembali lagi ke perusahaan, dan dari dalam mobil melihat adegan Risa sedang menarik Adnan penuh semangat. “Kamu tadi bilang Risa Abdullah ada masalah keluarga dan sedang tidak enak badan? Sepertinya dia sedang penuh energi saat ini,” sindir Shouhei kepada Sekretaris Jill yang duduk di dekat supir. Sekretaris Jill keringat gelisah. “Benar, Pak. Tadi, dia bilang sedang tidak enak badan. Saya juga melihat dia memang agak lesu. Mungkin calon suaminya datang khusus untuk menjemputnya karena khawatir.” “Khawatir?” ulang Shouhei dingin, membuat suhu di dalam mobil turun beberapa derajat. Wajah pria dingin ini tampak mengkelam suram, suasana hatinya seketika anjlok hingga ke dasar. Sekretaris Jill berpikir kalau pria di belakang itu sedang marah karena tengah dibohongi, bukan karena cemburu, makanya hanya diam saja memakluminya. Dia harus memberi peringatan kepada wani
“Pria itu adalah aku. Akulah yang telah menolongmu saat itu dari perbuatan tidak pantas di klub saat sedang dijadikan sebagai bahan taruhan untuk ditiduri oleh pria bernama Andres.” Risa gelagapan bingung, sulit mencerna informasi baru yang didengarnya. Mulutnya terbuka tutup menatap pria yang kini mengetatkan rahang dengan ketegangan di wajah tampannya. Adnan Budiraharja mengulangnya kembali, ditekankan pada hampir setiap kata, “akulah. yang telah. menolongmu. saat itu. Risa Abdullah. Pria yang membantumu bersembunyi di ruangan VVIP, dan berpura-pura tengah bermesraan dengan seorang wanita agar kamu terhindar dari pencarian mereka.” “A-apa?” Risa Abdullah tertegun linglung mendengar pengakuan tidak disangka-sangka itu. Bagaimana mungkin ada kebetulan luar biasa seperti ini? Pria yang dulu menolong harga dirinya, ternyata adalah calon suaminya? “Ja-jangan bercanda!” Risa mencoba mengelak, wajahnya pucat pasi. Sangat linglung. Adnan tidak melepaskannya, dan berkata dengan super
#Warning rate 17 + Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. …………… “Hah?” Risa Abdullah membuka mata perlahan, setengah kabur melihat hal di depannya akibat kelamaan tertidur. Dalam posisi miring bersandar di bahu Shouhei, Risa yang belum sadar hanya berduaan dengannya terlihat linglung dengan otak yang masih mencoba proses apa yang sedang terjadi. 1 detik 2 detik 3 detik “KYAAA!!!” teriaknya panik, menyadari tugasnya belum selesai juga sejak tadi dan malah tertidur. “KYAAA!!!” teriakan Risa lebih keras lagi ketika menoleh ke sebelahnya, melihat bosnya ikut tertidur di dekatnya dan dia malah sibuk dempet-dempet tiduran di bahu kokohnya. Jas yang menutupi tubuh wanita ini jatuh ke lantai oleh gerakan hebohnya. Shouhei Shiraishi terbangun, terkejut dalam diam, tapi cukup hebat dalam pengendalian diri. Dia segera meraih tubuh Risa, membungkam mulutnya. “UMHP! UMHP!” protes Risa dengan mata melotot kesal, tangan mencoba melepas tangan pria itu. Kemarahan dan protes terlihat jelas di
Shouhei Shiraishi menautkan kening. “Aku tidak pernah menyangka kalau kecemburuan seorang wanita akan separah ini.” Risa Abdullah marah mendengarnya, menatap dengan sorot mata mengeras. “Apa hanya itu yang bisa kamu katakan?” “Lalu, apa? Apa yang ingin kamu dengar dariku?” sindirnya dingin, wajahnya tampak begitu santai. Tidak ada tanda-tanda dia takut kehilangan Risa sama sekali. Pemandangan itu membuat hati Risa Abdullah tenggelam kecewa, membenarkan dugaan kalau bosnya ini hanya ingin mempermainkannya di antara banyak wanita yang entah sudah berapa banyak yang dimilikinya. Kalau sudah bosan, pasti akan ditinggal setelah egonya terpuaskan. Risa berdiri cepat, mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya. Meringis kelam dengan tatapan putus asa ditujukan kepada pria di depanya. Nada suaranya dalam dan tegas, super serius. “Shouhei Shiraishi, aku memang buta selama ini mencintaimu. Setelah dipermainkan oleh beberapa pria, kenapa aku masih saja jatuh pada jebakan yang sama? Kenapa a
Risa Abdullah tergagap dengan pertanyaan sederhana tersebut. Yang dia tahu mengenai keluarga Adnan adalah keluarga dengan pengaruh besar dan luar biasa. Bahkan di luar negeri pun, mereka bagaikan macan yang bergelut di dunia bisnis. Memutuskan perjodohan mereka berdua jelas tidak akan mudah. Apalagi mengingat keluarganya dan kondisi perusahaan yang sudah berada di tepi jurang. Kalau dia ketahuan berbuat macam-macam yang menyinggung keluarga Budiraharja, sudah pasti sama dengan membawa keluarganya sendiri ke rumah penjagalan. Perselingkuhannya dengan Shouhei Shiraishi (itulah yang Risa pikirkan dengan situasi hubungan mereka sekarang) merupakan tindakan paling ekstrem yang pernah dilakukannya sepanjang hidupnya. Dia tahu kalau Shouhei Shiraishi bukanlah pria kaya dengan latar belakang hebat seperti Adnan, tapi melihat kemampuannya yang luar biasa dan otaknya yang cemerlang, seharusnya memiliki sesuatu untuk menyelamatkan hubungan mereka berdua. Tapi, betapa bodohnya dirinya. Sungguh
Pada Sabtu pagi, Risa Abdullah mendapati kantor sangat tenang dan damai. Menurut kabar yang didengarnya, bos mereka ada janji pagi-pagi sekali dengan sang pemilik taman hiburan. Risa Abdullah yang duduk di meja sekretarisnya, hanya bisa mengemil wafer super panjang sambil mengetik di komputer. Kejadian kemarin dianggapnya sebisa mungkin tidak ada, meski beberapa topik pembicaraan mereka sangatlah serius. Apa yang diucapkannya kepada Shouhei kemarin adalah batas kesabarannya menghadapi sang pujaan hati. Mendalami hubungan terlarang seperti itu, setelah dipikir-pikirnya lagi sampai tidak bisa tidur semalaman, ternyata bukanlah gayanya. Hatinya tidak bisa memungkiri kalau dia memang sangat mencintai Shouhei, tapi jalan yang mereka tempuh terlalu berbahaya dan penuh racun. Belum lagi sikap pria itu yang kadang sangat dingin dan tak berperasaan, membuatnya kadang diperlakukan seperti habis manis sepah dibuang. Kalau dia sudah bosan, bagaimana dengan nasibnya kelak? Seperti orang bodoh