Risa Abdullah tergagap dengan pertanyaan sederhana tersebut. Yang dia tahu mengenai keluarga Adnan adalah keluarga dengan pengaruh besar dan luar biasa. Bahkan di luar negeri pun, mereka bagaikan macan yang bergelut di dunia bisnis. Memutuskan perjodohan mereka berdua jelas tidak akan mudah. Apalagi mengingat keluarganya dan kondisi perusahaan yang sudah berada di tepi jurang. Kalau dia ketahuan berbuat macam-macam yang menyinggung keluarga Budiraharja, sudah pasti sama dengan membawa keluarganya sendiri ke rumah penjagalan. Perselingkuhannya dengan Shouhei Shiraishi (itulah yang Risa pikirkan dengan situasi hubungan mereka sekarang) merupakan tindakan paling ekstrem yang pernah dilakukannya sepanjang hidupnya. Dia tahu kalau Shouhei Shiraishi bukanlah pria kaya dengan latar belakang hebat seperti Adnan, tapi melihat kemampuannya yang luar biasa dan otaknya yang cemerlang, seharusnya memiliki sesuatu untuk menyelamatkan hubungan mereka berdua. Tapi, betapa bodohnya dirinya. Sungguh
Pada Sabtu pagi, Risa Abdullah mendapati kantor sangat tenang dan damai. Menurut kabar yang didengarnya, bos mereka ada janji pagi-pagi sekali dengan sang pemilik taman hiburan. Risa Abdullah yang duduk di meja sekretarisnya, hanya bisa mengemil wafer super panjang sambil mengetik di komputer. Kejadian kemarin dianggapnya sebisa mungkin tidak ada, meski beberapa topik pembicaraan mereka sangatlah serius. Apa yang diucapkannya kepada Shouhei kemarin adalah batas kesabarannya menghadapi sang pujaan hati. Mendalami hubungan terlarang seperti itu, setelah dipikir-pikirnya lagi sampai tidak bisa tidur semalaman, ternyata bukanlah gayanya. Hatinya tidak bisa memungkiri kalau dia memang sangat mencintai Shouhei, tapi jalan yang mereka tempuh terlalu berbahaya dan penuh racun. Belum lagi sikap pria itu yang kadang sangat dingin dan tak berperasaan, membuatnya kadang diperlakukan seperti habis manis sepah dibuang. Kalau dia sudah bosan, bagaimana dengan nasibnya kelak? Seperti orang bodoh
Risa Abdullah berjalan menuruni tangga marmer putih dengan corak mewah. Senyum indah merekah di wajahnya, meski sebenarnya dipaksakan dengan amat sangat. Matanya menangkap sosok ibunya yang berdiri di dekat ayahnya, menutupi mulut dengan mata berkaca-kaca penuh haru melihatnya. Wanita bergaun merah dengan kalung indah berkilau di leher jenjangnya itu terlihat begitu memukau di mata semua orang. Adnan Budiraharja sendiri yang dalam pakaian tuxedo hitam elegannya, terpana hingga tidak sanggup mengatakan apa pun lagi. Kedua bola matanya berbinar indah penuh kekaguman. Sosok Risa terpantul sempurna di permukaan kacamatanya. Dia ternyata memiliki calon istri yang sangat cantik! Siapa yang akan menyangka kalau mereka berdua sudah bertemu sebelumnya dalam kondisi yang tak terbayangkan oleh siapa pun? Dengan gagah dan tampan, lelaki berkacamata dengan pembawaan dewasa dan bijak itu berjalan menuju tangga untuk menjemput sang calon tunangan. “Kamu sangat cantik malam ini, Risa Abdullah,”
Acara pertunangan akhirnya berjalan lancar. Risa Abdullah berdiri di depan kolam renang dengan kilauan unik di malam hari. Adnan ada di sisinya. “Malam ini, aku sungguh bahagia,” ungkap Adnan puas, tersenyum lembut dengan wajah tampan berkacamatanya. “Syukurlah. Aku kira kamu akan kecewa karena pestanya tidak seperti yang keluarga Budiraharja inginkan.” Senyum Risa agak kaku, tapi berusaha dibuat setulus mungkin. Tangannya menggoyang-goyangkan minuman di depan tubuhnya. Adnan menoleh, segera meraih dagu sang wanita dengan tangan bebasnya, lalu menyentuh ujung bibir manisnya dengan ibu jari. Tersenyum dengan sedikit menggoda. “Kamu bicara apa? Pesta ini sudah sangat mewah. Tidak lihat ayahku sangat puas sampai terbahak kencang di dalam sana?” Kedua orang ini lalu berbalik ke arah pintu kaca yang terbuka. Di dalam ruangan megah itu, masih ada beberapa tamu yang tinggal meski jam pesta sudah dinyatakan selesai. Di antara para tamu-tamu di sana, ayah dari kedua calon suami istri ini
Hari Senin pagi, Risa Abdullah menghempaskan tubuhnya ke kursi dengan bunyi berderit keras menghiasi udara. Sekarang statusnya telah resmi menjadi tunangan Adnan, tapi setelah mempelajari isi kontrak yang diberikan oleh Shouhei beberapa waktu lalu, dunia Risa bagaikan dibalik secara mendadak. Dalam beberapa klausal itu, ada beberapa poin yang sepertinya sulit membuatnya berpisah dengan lelaki kejam itu. Hatinya mencelos dingin, tidak tahu harus bagaimana menghadapi pemutusan kontrak tersebut. Masalah baru yang ada di depan matanya bukanlah soal pembayaran hutang, atau pun denda berkali-kali lipat yang tertera di sana, melainkan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Risa sebelum benar-benar bisa memutuskan kontraknya. Gila! Bagaimana bisa dia memikirkan hal seperti itu untuk mengikatnya? “Aduh... kamu ini kenapa, Risa? Pagi-pagi sudah terlihat suram begitu?” goda salah satu sekretaris rekan kerjanya. Risa tertawa kecil, menanggapinya santai. “Benarkah? Mungkin karena semal
Sepeninggal orang-orang tadi, Risa Abdullah menegang kaku mendapati dirinya berada di dekat Shouhei.“Kenapa tidak masuk?” sinisnya dingin.Hah?Masuk? Dia ingin menggunakan lift yang sama dengannya? Bukankah dia bisa menggunakan lift khusus seperti biasa? Kenapa harus pakai lift umum, sih?Seandainya saja sejak awal Shouhei menggunakan lift khusus, pertemuan mereka tidak akan memulai banyak masalah yang tidak berarti seperti sekarang ini.Berpikir karena masalah pertunangannya tidak dibahas sedikit pun oleh Shouhei, Risa Abdullah menganggukkan kepala canggung seolah-olah karyawan patuh kepada bos galaknya.“Permisi...” bisiknya sembari berjalan memasuki lift di mana Shouhei sudah menahan pintunya untuk dimasuki berdua.“Sepertinya, hari ini kamu terlihat senang.”Punggung Risa Abdullah membeku dingin begitu mendengar sindirannya.Di belakang, Shouhei berdiri sembari bersandar di dinding lift, kedua tangan berada di saku celana. Mata dingin gelap pria ini menatap punggung sang cinta pe
“Hypnosis?” Risa tertegun kaget ketika mendengar penjelasan siapa pria yang mengenalinya itu, dan mengaku sebagai seorang dokter pribadinya. “Benar. Aku dulunya adalah dokter pribadimu yang juga menjalani profesi sebagai ahli hypnosis.” Risa keringat gelisah melihat senyum lebar pria tampan di depannya. Memang bisa, ya, seperti itu? Dokter dan ahli hypnosis di saat yang sama? Karena tiba-tiba dikenali oleh sang dokter, dan pembawaan pria itu terlihat formal, ajaibnya, Risa mendapat izin dari Ayana untuk berbicara dengannya di meja lain. Mata Risa melirik sejenak kepada Ayana yang tengah menikmati pesanannya sambil melakukan video call. Itu pasti adalah Shouhei yang diajaknya berbicara. Wajah senang begitu berseri-seri, hanya pernah dilihatnya bersama bos sialannya itu. Hati Risa remuk redam. Dia teringat lagi tiba-tiba dengan gosip yang didengarnya beberapa saat lalu. Hehe. Mereka sudah French Kiss di depan umum, kan? Itu artinya adalah pernyataan yang sudah sangat jelas akan
Pertemuan dengan dokter Jay cukup membuat pikiran dan suasana hati Risa Abdullah sukses semakin anjlok setelah apa yang didengarnya tentang gosip Shouhei dan Ayana. Belum lagi, bos galaknya itu malah menyuruhnya menjadi asisten pribadi calon istrinya! Sialan! Apa yang tidak beres, sih, dalam hidupnya ini? Kenapa hanya penuh dengan lika-liku saja dan konflik tak berkesudahan? Dengan kemarahan di hatinya, sisa hari itu diakhiri dengan Risa yang pamit dari hadapan Ayana tanpa ada niat menjelaskan apa yang membuatnya tiba-tiba bersikap dingin dan begitu tertutup. Ayana yang merasa tidak enak hati melihatnya, dan diam-diam takut dengan kemarahan Risa, akhirnya membiarkannya saja pulang lebih dulu. Begitu meninggalkan tempat tersebut, Ayana termenung dalam diam. Saat dia berbalik untuk mengecek sosok dokter tampan tadi, dia sudah tidak ada di mejanya. “Aneh. Apa yang mereka bicarakan sampai Risa menjadi diam seperti itu?” gumamnya kepada diri sendiri. Ponsel Ayana yang ada di atas me
Pria dingin di meja mencoba untuk menenangkan diri. Lewat wajahnya yang tidak ada emosi sama sekali, dia berkata lebih lembut, "Risa Abdullah, kemarilah. Ayo duduk. Tidak baik menyisakan makanan seperti itu. Jangan melampiaskan amarahmu kepada hal-hal yang tidak bersalah. Kamu tidak ingin berdosa karena membuang-buang makanan, bukan?"Hati Risa tenggelam berat. Dia menatap muram pria dingin di meja itu, dengan tangannya yang mengepal erat. Bagaimana bisa dia begitu saja berkata seperti itu setelah mengancamnya dengan nyawa orang lain? Terlebih lagi, itu adalah nyawa calon ayah mertuanya!Melihat Risa tidak bergerak dari tempatnya, Shouhei lalu menatapnya lebih dingin. "Duduk," titahnya dengan nada yang tidak bisa dibantah. Seketika saja, Risa merasakan sekujur tubuhnya gemetar oleh rasa takut yang tidak biasa. Tatapan pria itu sangat menakutkan hingga membuat hatinya menciut hebat. Keringat dinginnya sudah turun banyak. Dengan perasaan enggan, dia berjalan kembali ke kursinya da
Pada Kamis esok paginya, Risa berangkat ke kantor dengan perasaan lesu. Sepertinya, berita mengenai kepala keluarga dari calon mertuanya menyebar dengan sangat cepat dan menghebohkan semua kalangan. Vera yang seketika melihatnya langsung mendekat buru-buru. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya dengan bisik-bisik. Risa hanya bisa menghela napas dan bergegas menuju lift, tidak ingin mendapat tatapan menarik dari banyak orang. Entah apa yang sudah beredar di internet, tetapi sepertinya itu juga terkait dengan dirinya. Vera yang sudah masuk bersama dengan Risa ke dalam lift, segera bersandar dan bertanya sembari memberi tatapan penasaran. "Katanya, rem mobil itu disabotase. Apakah benar?" Risa hanya bisa menggeleng pelan. Wajahnya semakin murung. "Aku tidak tahu. Adnan bilang, ayahnya hanya mengalami kecelakaan. Bahkan, gara-gara itu pernikahan kami harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Vera tersentak kaget mendengar ucapannya. "Jadi, pernikahan kalian ditu
Rencana lanjutan Shouhei tidak berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja, ada berita mengejutkan dari Ibu Kota."Risa, bangunlah! Kita sudah tiba," ucap Shouhei lembut sambil mengguncang pelan bahunya.Risa membuka mata dengan perasaan lemah. Sepertinya, dia belum sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya."Ada apa? Bolehkah aku tidur sebentar lagi?" ucapnya dengan nada serak.Shouhei langsung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Risa. "Bangun. Kita sudah sampai di Ibu Kota."Risa membuka matanya lebar-lebar, terkejut luar biasa. Dia langsung mendorong pria di depannya."Kenapa begitu, sih? Bikin orang kaget saja!" protesnya marah.Shouhei hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Nona cantik, bukankah kamu yang memaksa kita kembali ke Ibu Kota? Karena tidak sengaja mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa calon mertuamu."Risa seperti baru saja dipukul di belakang kepalanya. Seketika dia teringat dengan kejadian beberapa jam lalu."Oh, ya, ampun! Benar juga! Astaga, a
Karena tidak tahan dengan rasa lapar yang datang tiba-tiba kepadanya, Risa akhirnya terpaksa menuruti paksaan Shouhei yang terlalu tirani. Setelah makan beberapa suap, Risa baru menyadari sesuatu.Tunggu sebentar!Bukankah di yacht ini tidak ada orang lain selain mereka berdua?Itu artinya yang menyiapkan sarapan ini semua adalah dia, ataukah sudah disiapkan terlebih dahulu? Namun, saat Risa melihat hidangan rumit di depannya, keningnya segera berkerut.Shouhei, yang menyadari raut wajahnya yang berubah, segera menegurnyam, "Ada apa? Kamu tidak suka dengan sarapan yang kubuat?"Alis Risa naik dengan cepat, disertai rasa keterkejutan."Jadi benar, sarapan ini kamu yang membuatnya?"Senyum Shouhei terlihat sangat manis dan tampan. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi? Aku tidak akan sembarangan membiarkan orang lain memasak untukmu."Wajah Risa memerah dengan cepat. Perkataannya terkesan sangat romantis dan manis. Walaupun dia tersipu malu, tapi entah kenapa ada hal aneh yang tersembunyi
Matahari bersinar sangat lembut ketika Risa Abdullah terbangun keesokan harinya. Dia menatap linglung langit-langit yang asing baginya.Tunggu! Dia tidur di mana sekarang? Kenapa dia tidak ingat apa pun?Selama beberapa detik, dia mencoba memproses semuanya dengan pikiran kacau balau. Lalu setelah memejamkan mata sebentar, dia langsung panik mengingat kejadian semalam!Tidak!Risa tidak ingat tentang mimpi es krim rasa pandannya, tapi teringat kalau dia sedang berduaan hanya dengan Shouhei entah di mana di tengah laut saat ini.Takut terjadi hal yang tidak diinginkan sebelum hari pernikahannya, dia segera memeriksa tubuhnya dan lega mendapati pakaiannya masih utuh.“Ke mana dia? Kenapa tidak ada di mana pun?” tanyanya kepada diri sendiri begitu keluar kamar sambil mengenakan sandal tidur yang lucu.Risa mencari-cari keberadaan bos galaknya di semua lantai yacht mewah tersebut, tapi tidak menemukan siapa pun.“Kenapa rasanya sangat menakutkan begini?” gumamnya kepada diri sendiri, mengu
Meskipun Risa tidak begitu senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Shouhei, tapi dia akhirnya bisa menikmatinya juga di bawah taburan bintang-bintang yang sangat banyak.Kembang api dinyalakan dalam berbagai macam jenis, membuat suasana di tepi pantai itu terlihat sangat meriah meski hanya ada mereka berdua.Tidak jauh dari sana, tempat untuk mengadakan makan malam dengan lilin romantis telah dipersiapkan sedemikian rupa.Pantai yang mereka datangi adalah salah satu pulai kecil yang berada tidak jauh dari pulau utama. Itu juga termasuk dari pulau yang telah dibeli oleh Shouhei.Tawa Risa sangat keras dan lepas. Dia menari dengan kedua tangan memegang kembang api yang memancarkan bunga api yang sangat indah. Keringatnya bahkan sampai menghiasi wajahnya.Walaupun dia terlihat senang, sebenarnya dia sangat merasa bersalah kepada Adnan. Tentu saja karena pernikahannya dengan pria itu hanya tinggal menghitung hari. Namun, karena dia berpikir mustahil bisa bersama cintanya yang sangat an
Keesokan paginya, di tempat lain, Adnan Budiraharja menatap kesal layar ponselnya dengan perasaan kacau.Dia telah mencoba mencari tahu keberadaan Risa sejak pesan aneh datang kepadanya. Sebenarnya, dia tahu siapa yang membalasnya, tapi dia masih mencoba memikirkannya.“Kamu yakin?” tanya Adnan kepada sekretaris pribadinya.Pria muda yang berdiri menghadapnya dengan gugup tampak tersenyum canggung. “Maaf, Pak. Tapi, sejauh yang bisa saya cari tahu kalau mereka katanya sedang dalam perjalanan bisnis.” Adnan mengerutkan kening dalam. “Perjalanan bisnis apa yang memakan waktu sangat lama dan tidak ada kabar terbaru sama sekali?”Sebentar lagi pernikahannya dengan Risa akan diadakan, tapi tiba-tiba saja dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orang tua wanita itu telah menenangkannya kalau tidak ada masalah sama sekali. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman.Seburuk apapun seorang pria, Adnan tahu dengan jelas.“Selidik lebih jauh pergerakan Shouhei Shiraishi dua minggu ini, aku yakin
Seperti biasa, Shouhei tidak memikirkan pendapat Risa sama sekali. Dia langsung menggerakkan tangan ke arah seorang pelayan pria tua, lalu berkata kepada para tim desainer, “Silakan mengukur pakaian yang sedikit longgar untuknya. Aku tidak mau dia memakai pakaian yang ketat dan menonjol. Untuk masalah desainnya, berikan saja setelah kalian mengukur tubuhnya dan pastikan berikan yang terbaik.”Risa melotot hebat mendengar perintahnya yang sangat tirani.“Shouhei! Apa kamu mendengarku?! Aku bilang aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan menerima apa pun yang kamu berikan kepadaku lagi. Apa otakmu ada masalah?”Shouhei diam melihatnya, menatapnya berlama-lama. Dia lalu tersenyum paling lembut hingga membuat sang wanita merasa salah tingkah dan canggung.Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?Apakah dia tidak marah?“Kamu mengerti, kan? Aku tidak mau diberikan pakaian mewah! Aku bisa membelinya sendiri! Lagi pula, untuk apa memiliki banyak pakaian yang tidak bisa dipakai setiap hari?
Perjalanan menggunakan helikopter itu sangat menyenangkan di luar dugaaan Risa. Walaupun pada mulanya dia sangat marah kepada pilot dadakan yang ada di dekatnya, ternyata pemandangan di sekitar pulau pribadi begitu menakjubkan!Sudut bibir Shouhei tertarik melirik Risa yang terkesima melihat hamparan pemandangan indah di bawah mereka. Pasir putih yang menakjubkan dan masih alami, lautan jernih yang seperti kristal biru, dan juga luas pulau pribadi yang cukup memukau dengan daratan yang memiliki banyak variasi daratan, membuat Risa tidak sadar terlalu menikmatinya.Sebagai putri dari keluarga kaya yang sudah lama menjadi rakyat biasa, berlibur adalah hal yang jarang dilakukan olehnya. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, dia menjadi lebih antusias.Siapa bilang kalau menjadi kaya raya itu suka berlibur ke tempat-tempat indah? Risa tidak punya waktu sama sekali gara-gara kesibukan kerjaan yang selalu menghampirinya. Kalaupun libur, dia pasti hanya akan mengikuti libu