Dukunglah kisah Risa dan Shouhei dengan membuka gemboknya menggunakan koin berbayar, dan beri hadiah rutin agar cerita ini tetap bertahan di platform kesayangan kalian. Terima kasih sebelumnya.^^
Mereka telah membahas konsep dan masalah kontrak yang ada selama hampir 30 menit, tapi perbincangan mereka sepertinya mengalami jalan buntu. Shouhei masih terlihat dingin dan dewasa, sama sekali tidak terlihat terintimidasi dengan ucapan pria tua di depannya. Malahan dia membalasnya dengan nada yang sangat meyakinkan penuh tantangan. “Benar. Seperti yang saya bahas sebelumnya. Jika kalian terima tantangan ini, maka tidak ada ruginya sama sekali, bukan? Kami akan memberikan konsep iklan yang sangat menarik dalam satu paket. Tapi, jika hasilnya melebihi harapan Anda, maka Anda harus membayar kami dua kali lipat dari biaya yang kami ajukan saat rapat itu.” Pria tua berpakaian putih bersih dengan rambut dan kumis abu-abunya, tertawa keras seperti baru saja mendengar lelucon luar biasa. “Menarik! Menarik! Baiklah. Aku akan mempertimbangkannya.” Kedua manusia beda gender di seberang meja tampak senang mendengarnya dengan reaksi berbeda. Risa begitu jelas dengan kerutan di keningnya, sed
Risa berpikir keras. Jika klien mereka berkata begitu enteng, apakah maksudnya adalah dia ingin mengerjai perusahaan mereka dengan harga tidak masuk akal, hanya karena ingin tertawa dan merasa bosan tidak ada yang menarik untuk dilakukan? Makanya melakukan hal itu sesuka hati? Nekat sekali pria tua ini! Dengan sigap, Shouhei kembali mengutarakan niatnya. “Kalau begitu, tawaran yang saya berikan adalah hal yang tepat, bukan? Anda akan terhibur sekaligus juga akan mendapatkan keuntungan dari semua itu. Yang paling utama adalah Anda bisa menghidupkan semangat mendiang istri Anda dengan ramainya taman hiburan tersebut. Saya berjanji, tempat itu akan lebih terkenal setelah diiklankan oleh perusahaan kami. Tolong percayalah!” Pria tua CEO tampak terdiam dengan raut wajah sendu. Bulu matanya merendah lembut seperti tengah mengenang kembali masa lalu yang manis, tapi agak pahit. “Kamu benar. Tujuanku sebenarnya adalah ingin agar taman hiburan itu diremajakan dan lebih mengikuti zaman. Karen
Kemarahan segera muncul di wajah manis Risa, dadanya bergemuruh menahan segala emosi yang berputar di dalam dirinya. "Jangan berkata hal tidak masuk akal lagi! Aku muak mendengar hal itu! Apa kamu nanti berniat menjadikanku sebagai istri keduamu? Aku tidak mau! Lebih baik aku menikah dengan pria lain! Kamu sangat berengsek! Di saat penting dan serius, kamu tidak menjelaskan apa pun soal kejadian di hotel waktu itu! Kamu malah berwajah dingin, sesuka hati, dan kini malah membawaku ke tempat semacam ini! Memang aku ini anak kecil, ya? Belum lagi balon yang kamu berikan sewaktu di Bali! Kamu anggap apa aku sebenarnya ini, hah? Apa aku sungguh tidak ada artinya di matamu, makanya dengan mudah mempermainkanku seperti ini? Aku juga punya perasaan, Shouhei! Juga ingin punya kehidupan percintaan yang normal! Kenapa harus aku? Kenapa?!" Risa memukul-mukul kedua bahu Shouhei, tergugu dengan hati kesal melampiaskan semua yang disimpannya selama ini dalam mode sok sabar dan dinginnya. Tidak s
Risa gelagapan melihat tatapan dinginnya tiba-tiba menjadi lembut dan hangat penuh cinta seperti di Bali kala itu. Mata keduanya seketika terkunci kuat. Waktu seolah berhenti sesaat. Wajah dingin itu menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak, tapi bibirnya tertarik kecil mengeluarkan jurus mautnya yang membuat hati Risa meleleh dengan cepat mengalahkan es krim di atas meja. "Buka mulut," titah Shouhei pelan sembari mengelus puncak kepalanya. Risa salah tingkah, luluh sekali lagi dengan kelembutannya. Bibir kecil bengkak itu membuka pelan dan agak canggung, dengan lembut suapan Shouhei masuk perlahan ke dalam mulutnya. Risa hanya menggigit kecil strawberry itu, sisanya dimakan sendiri oleh Shouhei. Dia terus menatap Risa saat menghabiskan buah kecil manis dan sedikit asam itu. Gerakan mengigitnya sedikit sensual yang membuat Risa menelan saliva gugup, mata terpaut kuat pada bibir merah sang bos galak. Kontan saja jantung Risa tidak baik-baik saja, wahai para pembaca! Pria tinggi, t
#Warning rate 18 + Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. …………… "Bukankah mati bersama dengan pasangan adalah hal yang super romantis dan sangat manis?" godanya dengan pembawaan nakal dan main-main. Risa gelagapan salah tingkah dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat. Keringat dingin sudah semakin banyak menyerang wajah wanita berpita merah di kepalanya ini. “Si-siapa bilang hal mengerikan dan tragis itu super romantis dan sangat manis? Otak mereka pasti sudah rusak!" "Benarkah?" Shouhei semakin bergerak, membuat wahana berguncang kecil kembali, dan terdengar suara besi yang menimbulkan suara 'kriet' mengerikan di udara. "He-Hei! Duduklah yang benar! Aku belum mau mati, tahu!" seru Risa, mata terpejam, kedua tangan mencengkeram bagian depan baju sang pria. Shouhei meraih dagunya, berlutut menatapnya yang tampak gemetar oleh gerakan wahana yang terasa aneh dan menakutkan, seolah-olah bisa jatuh kapan saja. "Tatap aku," titah Shouhei lembut, tapi tegas dan kuat. Wajah dingin t
#Warning rate 17 + Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. …………… Selama di taman hiburan, Risa Abdullah dan Shouhei Shiraishi menghabiskan banyak waktu bersama dengan mencoba berbagai macam wahana permainan di Fantasy Island—merupakan bagian lain dari tempat bermain itu, hanya saja berada di bagian luar ruangan. Lebih luas dan lebih ramai. Ditujukan khusus untuk remaja dan orang dewasa. Sinar matahari dan cuaca hari ini sangatlah mendukung untuk bersenang-senang. Ada banyak anak-anak, remaja, dan orang dewasa membanjiri kemeriahan di setiap mata memandang. Semuanya tertawa, bercanda dan saling menghibur satu sama lain dengan kelompok masing-masing. Risa Abdullah benar-benar sangat senang sampai lupa beberapa masalah yang sempat menderanya, termasuk salah satunya adalah mengenai perasaan tidak enak yang mengusiknya ketika menaiki wahana balon udara. Bagaimana mungkin dia melewatkan kesenangan yang mungkin tidak akan datang dua kali ini? “Menurutmu bagaimana? Apa kamu suka?” tanya
Menjelang malam hari, kedua orang yang dimabuk cinta itu akhirnya kembali ke dalam ruangan. Mereka memutuskan mengunjungi bagian taman bermain di mana akuarium raksasa terhubung dengan sebuah mall di dalamnya. Suasana khas akuarium yang tenang berhias musik lembut dengan luminasi cahaya remang-remang dan air dari dalam akuarium, membuat siapa pun yang menjejakkan kaki masuk ke sana langsung merasakan ketenangan yang alami. Rasanya seperti memasuki kerajaan bawah laut dengan warna biru di mana-mana! Hal itu tidak sampai di situ saja, tapi juga dipadukan dengan lampu-lampu kecil yang terpasang pada bagian jalan masuknya hingga memberi kesan romantis, sangat tenang dan mengagumkan di saat yang sama. “Wuah! Lucunya!” seru Risa dengan wajah berseri-seri menunjuk beberapa ikan kecil yang bermanuver unik seolah tengah menari di dalam air. Gerakan mereka sangat gemulai dan anggun bagaikan sebuah atraksi khusus untuk menyambutnya, membuat wajah Risa lebih berwarna dan hidup. Di sebelahnya,
Entah bagaimana ceritanya, kedua orang itu sekarang sudah berada di dalam sebuah kamar hotel VIP di menara yang sama. Dengan suara ‘BRUK!’, Shouhei Shiraishi mendorong Risa Abdullah ke pintu kamar hotel dengan rahang mengetat. Sorot mata dinginnya berdenyar dengan hasrat terdalam seorang pria dewasa pada wajah sayu indah wanitanya. Bos galak ini mengungkung tubuh Risa yang kini dadanya naik turun dengan adegan yang sama sekali tidak disangka-sangka akan terjadi di akhir riset bisnis mereka. “Shouhei...” ujar Ris gugup dengan tatapan penuh kekaguman. “Risa...” Usai mengucapkan nama wanita pujaan hatinya, Shouhei Shiraishi memajukan wajahnya dalam posisi dimiringkan. Perlahan, tapi sangat elegan dan romantis. Kepala pria ini kemudian menutupi penuh wajah sang wanita. Adegan itu adalah adegan yang membuat Adnan Budiraharja yang berada di tempat lain, tiba-tiba saja merasa gelisah luar biasa hingga tidak bisa memejamkan mata di tempat tidur. Calon suami Risa Abdullah ini bangun, dan
Pria dingin di meja mencoba untuk menenangkan diri. Lewat wajahnya yang tidak ada emosi sama sekali, dia berkata lebih lembut, "Risa Abdullah, kemarilah. Ayo duduk. Tidak baik menyisakan makanan seperti itu. Jangan melampiaskan amarahmu kepada hal-hal yang tidak bersalah. Kamu tidak ingin berdosa karena membuang-buang makanan, bukan?"Hati Risa tenggelam berat. Dia menatap muram pria dingin di meja itu, dengan tangannya yang mengepal erat. Bagaimana bisa dia begitu saja berkata seperti itu setelah mengancamnya dengan nyawa orang lain? Terlebih lagi, itu adalah nyawa calon ayah mertuanya!Melihat Risa tidak bergerak dari tempatnya, Shouhei lalu menatapnya lebih dingin. "Duduk," titahnya dengan nada yang tidak bisa dibantah. Seketika saja, Risa merasakan sekujur tubuhnya gemetar oleh rasa takut yang tidak biasa. Tatapan pria itu sangat menakutkan hingga membuat hatinya menciut hebat. Keringat dinginnya sudah turun banyak. Dengan perasaan enggan, dia berjalan kembali ke kursinya da
Pada Kamis esok paginya, Risa berangkat ke kantor dengan perasaan lesu. Sepertinya, berita mengenai kepala keluarga dari calon mertuanya menyebar dengan sangat cepat dan menghebohkan semua kalangan. Vera yang seketika melihatnya langsung mendekat buru-buru. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya dengan bisik-bisik. Risa hanya bisa menghela napas dan bergegas menuju lift, tidak ingin mendapat tatapan menarik dari banyak orang. Entah apa yang sudah beredar di internet, tetapi sepertinya itu juga terkait dengan dirinya. Vera yang sudah masuk bersama dengan Risa ke dalam lift, segera bersandar dan bertanya sembari memberi tatapan penasaran. "Katanya, rem mobil itu disabotase. Apakah benar?" Risa hanya bisa menggeleng pelan. Wajahnya semakin murung. "Aku tidak tahu. Adnan bilang, ayahnya hanya mengalami kecelakaan. Bahkan, gara-gara itu pernikahan kami harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Vera tersentak kaget mendengar ucapannya. "Jadi, pernikahan kalian ditu
Rencana lanjutan Shouhei tidak berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja, ada berita mengejutkan dari Ibu Kota."Risa, bangunlah! Kita sudah tiba," ucap Shouhei lembut sambil mengguncang pelan bahunya.Risa membuka mata dengan perasaan lemah. Sepertinya, dia belum sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya."Ada apa? Bolehkah aku tidur sebentar lagi?" ucapnya dengan nada serak.Shouhei langsung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Risa. "Bangun. Kita sudah sampai di Ibu Kota."Risa membuka matanya lebar-lebar, terkejut luar biasa. Dia langsung mendorong pria di depannya."Kenapa begitu, sih? Bikin orang kaget saja!" protesnya marah.Shouhei hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Nona cantik, bukankah kamu yang memaksa kita kembali ke Ibu Kota? Karena tidak sengaja mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa calon mertuamu."Risa seperti baru saja dipukul di belakang kepalanya. Seketika dia teringat dengan kejadian beberapa jam lalu."Oh, ya, ampun! Benar juga! Astaga, a
Karena tidak tahan dengan rasa lapar yang datang tiba-tiba kepadanya, Risa akhirnya terpaksa menuruti paksaan Shouhei yang terlalu tirani. Setelah makan beberapa suap, Risa baru menyadari sesuatu.Tunggu sebentar!Bukankah di yacht ini tidak ada orang lain selain mereka berdua?Itu artinya yang menyiapkan sarapan ini semua adalah dia, ataukah sudah disiapkan terlebih dahulu? Namun, saat Risa melihat hidangan rumit di depannya, keningnya segera berkerut.Shouhei, yang menyadari raut wajahnya yang berubah, segera menegurnyam, "Ada apa? Kamu tidak suka dengan sarapan yang kubuat?"Alis Risa naik dengan cepat, disertai rasa keterkejutan."Jadi benar, sarapan ini kamu yang membuatnya?"Senyum Shouhei terlihat sangat manis dan tampan. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi? Aku tidak akan sembarangan membiarkan orang lain memasak untukmu."Wajah Risa memerah dengan cepat. Perkataannya terkesan sangat romantis dan manis. Walaupun dia tersipu malu, tapi entah kenapa ada hal aneh yang tersembunyi
Matahari bersinar sangat lembut ketika Risa Abdullah terbangun keesokan harinya. Dia menatap linglung langit-langit yang asing baginya.Tunggu! Dia tidur di mana sekarang? Kenapa dia tidak ingat apa pun?Selama beberapa detik, dia mencoba memproses semuanya dengan pikiran kacau balau. Lalu setelah memejamkan mata sebentar, dia langsung panik mengingat kejadian semalam!Tidak!Risa tidak ingat tentang mimpi es krim rasa pandannya, tapi teringat kalau dia sedang berduaan hanya dengan Shouhei entah di mana di tengah laut saat ini.Takut terjadi hal yang tidak diinginkan sebelum hari pernikahannya, dia segera memeriksa tubuhnya dan lega mendapati pakaiannya masih utuh.“Ke mana dia? Kenapa tidak ada di mana pun?” tanyanya kepada diri sendiri begitu keluar kamar sambil mengenakan sandal tidur yang lucu.Risa mencari-cari keberadaan bos galaknya di semua lantai yacht mewah tersebut, tapi tidak menemukan siapa pun.“Kenapa rasanya sangat menakutkan begini?” gumamnya kepada diri sendiri, mengu
Meskipun Risa tidak begitu senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Shouhei, tapi dia akhirnya bisa menikmatinya juga di bawah taburan bintang-bintang yang sangat banyak.Kembang api dinyalakan dalam berbagai macam jenis, membuat suasana di tepi pantai itu terlihat sangat meriah meski hanya ada mereka berdua.Tidak jauh dari sana, tempat untuk mengadakan makan malam dengan lilin romantis telah dipersiapkan sedemikian rupa.Pantai yang mereka datangi adalah salah satu pulai kecil yang berada tidak jauh dari pulau utama. Itu juga termasuk dari pulau yang telah dibeli oleh Shouhei.Tawa Risa sangat keras dan lepas. Dia menari dengan kedua tangan memegang kembang api yang memancarkan bunga api yang sangat indah. Keringatnya bahkan sampai menghiasi wajahnya.Walaupun dia terlihat senang, sebenarnya dia sangat merasa bersalah kepada Adnan. Tentu saja karena pernikahannya dengan pria itu hanya tinggal menghitung hari. Namun, karena dia berpikir mustahil bisa bersama cintanya yang sangat an
Keesokan paginya, di tempat lain, Adnan Budiraharja menatap kesal layar ponselnya dengan perasaan kacau.Dia telah mencoba mencari tahu keberadaan Risa sejak pesan aneh datang kepadanya. Sebenarnya, dia tahu siapa yang membalasnya, tapi dia masih mencoba memikirkannya.“Kamu yakin?” tanya Adnan kepada sekretaris pribadinya.Pria muda yang berdiri menghadapnya dengan gugup tampak tersenyum canggung. “Maaf, Pak. Tapi, sejauh yang bisa saya cari tahu kalau mereka katanya sedang dalam perjalanan bisnis.” Adnan mengerutkan kening dalam. “Perjalanan bisnis apa yang memakan waktu sangat lama dan tidak ada kabar terbaru sama sekali?”Sebentar lagi pernikahannya dengan Risa akan diadakan, tapi tiba-tiba saja dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orang tua wanita itu telah menenangkannya kalau tidak ada masalah sama sekali. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman.Seburuk apapun seorang pria, Adnan tahu dengan jelas.“Selidik lebih jauh pergerakan Shouhei Shiraishi dua minggu ini, aku yakin
Seperti biasa, Shouhei tidak memikirkan pendapat Risa sama sekali. Dia langsung menggerakkan tangan ke arah seorang pelayan pria tua, lalu berkata kepada para tim desainer, “Silakan mengukur pakaian yang sedikit longgar untuknya. Aku tidak mau dia memakai pakaian yang ketat dan menonjol. Untuk masalah desainnya, berikan saja setelah kalian mengukur tubuhnya dan pastikan berikan yang terbaik.”Risa melotot hebat mendengar perintahnya yang sangat tirani.“Shouhei! Apa kamu mendengarku?! Aku bilang aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan menerima apa pun yang kamu berikan kepadaku lagi. Apa otakmu ada masalah?”Shouhei diam melihatnya, menatapnya berlama-lama. Dia lalu tersenyum paling lembut hingga membuat sang wanita merasa salah tingkah dan canggung.Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?Apakah dia tidak marah?“Kamu mengerti, kan? Aku tidak mau diberikan pakaian mewah! Aku bisa membelinya sendiri! Lagi pula, untuk apa memiliki banyak pakaian yang tidak bisa dipakai setiap hari?
Perjalanan menggunakan helikopter itu sangat menyenangkan di luar dugaaan Risa. Walaupun pada mulanya dia sangat marah kepada pilot dadakan yang ada di dekatnya, ternyata pemandangan di sekitar pulau pribadi begitu menakjubkan!Sudut bibir Shouhei tertarik melirik Risa yang terkesima melihat hamparan pemandangan indah di bawah mereka. Pasir putih yang menakjubkan dan masih alami, lautan jernih yang seperti kristal biru, dan juga luas pulau pribadi yang cukup memukau dengan daratan yang memiliki banyak variasi daratan, membuat Risa tidak sadar terlalu menikmatinya.Sebagai putri dari keluarga kaya yang sudah lama menjadi rakyat biasa, berlibur adalah hal yang jarang dilakukan olehnya. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, dia menjadi lebih antusias.Siapa bilang kalau menjadi kaya raya itu suka berlibur ke tempat-tempat indah? Risa tidak punya waktu sama sekali gara-gara kesibukan kerjaan yang selalu menghampirinya. Kalaupun libur, dia pasti hanya akan mengikuti libu