Bibir pria berjas hitam mewah ini merapat kesal, mata dinginnya menyipit tajam. Dia pun memperbaiki kalimatnya: “Sekretaris Risa?!” “Ya, Pak Shiraishi. Anda butuh sesuatu?” tanyanya dingin, tidak memberikan tatapan hangat sedikit pun, kaku bagaikan kayu. “Apa kamu cemburu? Atau marah?” “Anda bicara apa, Pak? Saya tidak mengerti sama sekali,” balas Risa sambil tersenyum seadanya. Tidak berlebihan, sangat khas sekretaris kaku. Wajah Shouhei menggelap kelam, tidak enak dipandang. Nada bicaranya langsung berubah dingin dan tajam. “Apa kamu mau mengulang kejadian di ruang tamu kantor Pak Sudirman? Aku bilang duduk, ya, duduk!” Risa menatapnya gelap, tatapan matanya dingin, lalu dengan terpaksa duduk di sofa itu, tapi jaraknya hampir 1 meter. Nadi di pelipis Shouhei berdenyut kesal. “Apa yang kamu lakukan?” “Maaf, Pak. Tidak enak dilihat orang-orang. Anda adalah bos saya. Saya hanya seorang sekretaris pribadi. Jangan sampai membuat orang-orang yang melihat ke arah ini berpikiran lain,
Hawa dingin langsung menusuk hati Risa, memilin sakit ketika melihat kancing kemeja pria itu sudah terbuka sebagian, otaknya bagaikan ditusuk ribuan jarum. Sayangnya, pingsan di tempat ini bukanlah hal yang membanggakan. Jadi, sekali lagi dia mengandalkan ketegaran hatinya menghadapi pria kejam itu. Ketenangan hebat dipaksa hadir di dalam dirinya, tersenyum kecil dan sedikit kaku, tapi kedua tangannya yang gemetar dingin mengepal erat. “Saya baru saja mendapat telepon untuk pulang lebih cepat demi pertemuan penting keluarga saya. Jadwal Anda juga sudah tidak ada yang begitu penting hari ini selain kembali ke kantor. Apakah saya boleh pulang cepat hari ini, Pak Shiraishi?” Shouhei menautkan kening mendengar kata ‘pertemuan penting keluarga’. Baru saja ingin bertanya hal itu lebih jauh, Ayana dengan gaya manja dan centil langsung menahan tubuh Shouhei yang sepertinya sudah ingin meninggalkan tempatnya dengan gerakan gelisah. Tapi, Ayana malah memeluknya erat dengan satu lengan sambil m
Sarah Sabran memasuki kamar dengan sangat bersemangat, menarik tubuh Risa keluar dari kamar dengan senyum lebar di wajahnya, sudah mirip mengantarkan anaknya ke sebuah pelaminan saja. “Ayo, Nak! Mereka sebentar lagi akan tiba! Adnan pasti akan terpana melihatmu malam ini! Ibu sangat yakin! Kalian pasti akan sangat serasi dan tidak ada bandingannya!” Dalam hati, Risa tersenyum kecut. Ini hanyalah awal siksaan untuknya seumur hidup. Bukannya hal yang membahagiakan seperti impian kecilnya memiliki pria yang dicintainya. Bagaimana bisa dia terjebak di antara dua pria seperti ini? Beberapa saat kemudian, suasana di dalam mansion itu sudah mulai ramai oleh beberapa tamu undangan, mereka adalah anggota keluarga dari kedua belah pihak yang akan segera mengadakan pernikahan bulan ini. Suara tawa dan canda terdengar di mana-mana, terlihat banyak makanan melimpah di ruangan yang sudah disulap menjadi sangat megah tersebut. Pakaian mereka pun sangat indah dan begitu menawan. Ini adalah makan m
Adnan Budiraharja merentangkan senyum menawannya dengan pesona jahat ala seorang playboy, lalu mencubit dagu wanita itu dengan tatapan dingin yang sedikit angkuh. “Sebenarnya, saat itu apa yang terjadi denganmu?” Risa menelan saliva kuat-kuat, bibirnya merapat erat. “Aku rasa, saat itu bukan karena kamu kelelahan oleh pekerjaan barumu sebagai sekretaris pria sombong itu, kan?” Risa Abdullah tidak tahu harus berkata apa. Pada akhirnya, mereka pasti akan sampai ke titik ini, bukan? Mata Risa melirik ke arah lain, membuatnya memiliki visual cantik yang tidak berdaya. Hati Adnan seketika berdebar kuat oleh perasaan yang timbul tanpa diminta itu. Bulu mata pria ini merendah lembut. Gara-gara provokasi ayahnya, dia sampai kembali ingin melampiaskan amarahnya kepada wanita menyebalkan di depannya. Tapi, saat dia lemah seperti ini, dan begitu rapuh, membuatnya merasa tidak tega. “Kenapa kamu diam saja? Apa jangan-jangan kamu menyukai bosmu itu? Apa gosip di kantormu tidak sepenuhnya sala
Pria berkacamata tipis dan berjas itu seolah memiliki aura lain. Dia menjadi sedikit kesulitan menebak yang mana karakter asli calon suaminya. “Aku tidak mau membahasnya. Takutnya kamu bisa semakin salah paham.” Risa hendak pergi meninggalkan ruangan, terlihat sangat gelisah dan mulai sedikit panik. “Risa!” suara Adnan menggeram dalam, kembali menahan tubuhnya di dinding. Kali ini, dia menekannya lebih kuat hingga tubuh mereka berdempet sempurna. Risa Abdullah bahkan bisa merasakan hal menonjol mengenai tubuhnya, langsung memerah dan membeku salah tingkah. “A-a-a-adnan! Kamu terlalu dekat!” desis Risa sangat gugup, panik mendapati posisi mereka yang berbahaya. Sambil berbisik di telinga Risa sambil menggoda daun telinganya. “Katakan dulu, jika tidak, aku tidak akan membiarkanmu keluar dari ruangan ini.” “Ka-kamu gila? Bagaimana kalau mereka mencari kita?” Mata Risa Abdullah sudah mau berputar oleh sensasi pusing yang dialaminya. Sedikit geli dengan permainan bibir pria itu di t
Keesokan harinya, Risa Abdullah datang ke kantor pagi-pagi sekali. Bukan karena dia takut terlambat, atau pun karena hal lain yang terkait dengan pekerjaan barunya. Melainkan karena tidak mau dianggap rendah dan tidak tahu malu. Apalagi dicap kasihan usai kejadian di mana dia dengan mata kepalanya sendiri melihat pria yang dicintainya bergumul di atas ranjang dengan wanita lain. Dengan wajah dingin khas sekretaris Jill, Risa mempelajari beberapa laporan di depan layarnya. Dalam beberapa hari terakhir ini, ada banyak hal yang terjadi dalam hidupnya bagaikan terjangan tsunami bertubi-tubi. Semalam, acara makan malam itu berjalan cukup lancar. Bahkan kedua keluarga dengan cepat ingin menyatukan kekuatan. Itu artinya, mereka ingin segera melaksanakan pernikahan secepat mungkin. Malam tadi, Risa dan Adnan yang sedang ketahuan berduaan dan disalahpahami oleh Abdullah Sucipto, sudah mendapat banyak harapan besar di wajah pria tua itu. Tangannya yang sibuk mengklik laporan di layar komput
Adnan mendengar dengan saksama penjelasan dari laporan orang di seberang telepon. Napasnya seolah berhenti. Tidak mungkin.... Tidak mungkin.... Tidak mungkin! Sekujur tubuh pria ini merinding dengan mata membelalak tak percaya. Jadi, benar Risa Abdullah adalah wanita yang pernah ditolongnya malam itu? “Baiklah. Terima kasih atas bantuanmu. Semuanya akan dikirim melalui rekening hari ini. Ingat. Jangan sampai hal ini diketahui oleh orang-orang.” Adnan menutup telepon, matanya sedikit terguncang. Dia duduk bersandar di kursinya, mata dipejamkan sejenak. Ketika membukanya, wajahnya sudah dalam mode tanpa ekspresi, kedua bahunya melorot lemas. Bagaimana mungkin dia bisa berakhir bersama wanita yang dulu menarik perhatiannya begitu dalam dan aneh? Keterkejutan yang menampar Adnan masih belum hilang dari dalam dirinya. Pria ini masih saja belum bisa menerima kebetulan yang sangat ajaib itu. Orang-orang bilang, pertemuan kedua atau ketiga adalah takdir. Benarkah Risa Abdullah adalah
#Warning rate 21 +Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.…………… Dengan suara ‘TAP!’, mata Risa membelalak kaget melihat ponselnya segera ditangkap oleh tangan besar lentik di depannya. Arah layar dihadapkan ke sisi lain pintu mobil.Jantung sang pemilik ponsel deg-degan parah!Rasanya sudah seperti mau jatuh ke tanah!Dengan senyum licik yang jahat dan nakal, Shouhei mendongakkan dagu sang wanita menggunakan tangan satunya, berbisik pelan sangat licik, mata dinginnya tersenyum, “terlalu gugup?”Ledekan itu membuat Risa menelan ludah gelisah, masih gemetar takut jika sampai tertangkap basah oleh ulah sang bos sialan itu!Karena tidak bergerak oleh rasa terkejut dan syok, Shouhei mengambil kesempatan dalam kesempitan.Shouhei merendahkan perlahan wajahnya ke wajah Risa hingga kedua bola matanya membulat kaget. Bibir kecil itu mulai merasakan kelembutan kenyal seiring Shouhei memejamkan matanya penuh penghayatan.Risa Abdullah dengan panik mencoba melawan, tapi bosnya memeluknya begitu
Pria dingin di meja mencoba untuk menenangkan diri. Lewat wajahnya yang tidak ada emosi sama sekali, dia berkata lebih lembut, "Risa Abdullah, kemarilah. Ayo duduk. Tidak baik menyisakan makanan seperti itu. Jangan melampiaskan amarahmu kepada hal-hal yang tidak bersalah. Kamu tidak ingin berdosa karena membuang-buang makanan, bukan?"Hati Risa tenggelam berat. Dia menatap muram pria dingin di meja itu, dengan tangannya yang mengepal erat. Bagaimana bisa dia begitu saja berkata seperti itu setelah mengancamnya dengan nyawa orang lain? Terlebih lagi, itu adalah nyawa calon ayah mertuanya!Melihat Risa tidak bergerak dari tempatnya, Shouhei lalu menatapnya lebih dingin. "Duduk," titahnya dengan nada yang tidak bisa dibantah. Seketika saja, Risa merasakan sekujur tubuhnya gemetar oleh rasa takut yang tidak biasa. Tatapan pria itu sangat menakutkan hingga membuat hatinya menciut hebat. Keringat dinginnya sudah turun banyak. Dengan perasaan enggan, dia berjalan kembali ke kursinya da
Pada Kamis esok paginya, Risa berangkat ke kantor dengan perasaan lesu. Sepertinya, berita mengenai kepala keluarga dari calon mertuanya menyebar dengan sangat cepat dan menghebohkan semua kalangan. Vera yang seketika melihatnya langsung mendekat buru-buru. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya dengan bisik-bisik. Risa hanya bisa menghela napas dan bergegas menuju lift, tidak ingin mendapat tatapan menarik dari banyak orang. Entah apa yang sudah beredar di internet, tetapi sepertinya itu juga terkait dengan dirinya. Vera yang sudah masuk bersama dengan Risa ke dalam lift, segera bersandar dan bertanya sembari memberi tatapan penasaran. "Katanya, rem mobil itu disabotase. Apakah benar?" Risa hanya bisa menggeleng pelan. Wajahnya semakin murung. "Aku tidak tahu. Adnan bilang, ayahnya hanya mengalami kecelakaan. Bahkan, gara-gara itu pernikahan kami harus ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Vera tersentak kaget mendengar ucapannya. "Jadi, pernikahan kalian ditu
Rencana lanjutan Shouhei tidak berjalan dengan lancar. Tiba-tiba saja, ada berita mengejutkan dari Ibu Kota."Risa, bangunlah! Kita sudah tiba," ucap Shouhei lembut sambil mengguncang pelan bahunya.Risa membuka mata dengan perasaan lemah. Sepertinya, dia belum sepenuhnya tersadar dari rasa kantuknya."Ada apa? Bolehkah aku tidur sebentar lagi?" ucapnya dengan nada serak.Shouhei langsung mendekatkan wajahnya ke depan wajah Risa. "Bangun. Kita sudah sampai di Ibu Kota."Risa membuka matanya lebar-lebar, terkejut luar biasa. Dia langsung mendorong pria di depannya."Kenapa begitu, sih? Bikin orang kaget saja!" protesnya marah.Shouhei hanya berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya. "Nona cantik, bukankah kamu yang memaksa kita kembali ke Ibu Kota? Karena tidak sengaja mendengar kabar mengenai kecelakaan yang menimpa calon mertuamu."Risa seperti baru saja dipukul di belakang kepalanya. Seketika dia teringat dengan kejadian beberapa jam lalu."Oh, ya, ampun! Benar juga! Astaga, a
Karena tidak tahan dengan rasa lapar yang datang tiba-tiba kepadanya, Risa akhirnya terpaksa menuruti paksaan Shouhei yang terlalu tirani. Setelah makan beberapa suap, Risa baru menyadari sesuatu.Tunggu sebentar!Bukankah di yacht ini tidak ada orang lain selain mereka berdua?Itu artinya yang menyiapkan sarapan ini semua adalah dia, ataukah sudah disiapkan terlebih dahulu? Namun, saat Risa melihat hidangan rumit di depannya, keningnya segera berkerut.Shouhei, yang menyadari raut wajahnya yang berubah, segera menegurnyam, "Ada apa? Kamu tidak suka dengan sarapan yang kubuat?"Alis Risa naik dengan cepat, disertai rasa keterkejutan."Jadi benar, sarapan ini kamu yang membuatnya?"Senyum Shouhei terlihat sangat manis dan tampan. "Tentu saja. Menurutmu siapa lagi? Aku tidak akan sembarangan membiarkan orang lain memasak untukmu."Wajah Risa memerah dengan cepat. Perkataannya terkesan sangat romantis dan manis. Walaupun dia tersipu malu, tapi entah kenapa ada hal aneh yang tersembunyi
Matahari bersinar sangat lembut ketika Risa Abdullah terbangun keesokan harinya. Dia menatap linglung langit-langit yang asing baginya.Tunggu! Dia tidur di mana sekarang? Kenapa dia tidak ingat apa pun?Selama beberapa detik, dia mencoba memproses semuanya dengan pikiran kacau balau. Lalu setelah memejamkan mata sebentar, dia langsung panik mengingat kejadian semalam!Tidak!Risa tidak ingat tentang mimpi es krim rasa pandannya, tapi teringat kalau dia sedang berduaan hanya dengan Shouhei entah di mana di tengah laut saat ini.Takut terjadi hal yang tidak diinginkan sebelum hari pernikahannya, dia segera memeriksa tubuhnya dan lega mendapati pakaiannya masih utuh.“Ke mana dia? Kenapa tidak ada di mana pun?” tanyanya kepada diri sendiri begitu keluar kamar sambil mengenakan sandal tidur yang lucu.Risa mencari-cari keberadaan bos galaknya di semua lantai yacht mewah tersebut, tapi tidak menemukan siapa pun.“Kenapa rasanya sangat menakutkan begini?” gumamnya kepada diri sendiri, mengu
Meskipun Risa tidak begitu senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Shouhei, tapi dia akhirnya bisa menikmatinya juga di bawah taburan bintang-bintang yang sangat banyak.Kembang api dinyalakan dalam berbagai macam jenis, membuat suasana di tepi pantai itu terlihat sangat meriah meski hanya ada mereka berdua.Tidak jauh dari sana, tempat untuk mengadakan makan malam dengan lilin romantis telah dipersiapkan sedemikian rupa.Pantai yang mereka datangi adalah salah satu pulai kecil yang berada tidak jauh dari pulau utama. Itu juga termasuk dari pulau yang telah dibeli oleh Shouhei.Tawa Risa sangat keras dan lepas. Dia menari dengan kedua tangan memegang kembang api yang memancarkan bunga api yang sangat indah. Keringatnya bahkan sampai menghiasi wajahnya.Walaupun dia terlihat senang, sebenarnya dia sangat merasa bersalah kepada Adnan. Tentu saja karena pernikahannya dengan pria itu hanya tinggal menghitung hari. Namun, karena dia berpikir mustahil bisa bersama cintanya yang sangat an
Keesokan paginya, di tempat lain, Adnan Budiraharja menatap kesal layar ponselnya dengan perasaan kacau.Dia telah mencoba mencari tahu keberadaan Risa sejak pesan aneh datang kepadanya. Sebenarnya, dia tahu siapa yang membalasnya, tapi dia masih mencoba memikirkannya.“Kamu yakin?” tanya Adnan kepada sekretaris pribadinya.Pria muda yang berdiri menghadapnya dengan gugup tampak tersenyum canggung. “Maaf, Pak. Tapi, sejauh yang bisa saya cari tahu kalau mereka katanya sedang dalam perjalanan bisnis.” Adnan mengerutkan kening dalam. “Perjalanan bisnis apa yang memakan waktu sangat lama dan tidak ada kabar terbaru sama sekali?”Sebentar lagi pernikahannya dengan Risa akan diadakan, tapi tiba-tiba saja dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orang tua wanita itu telah menenangkannya kalau tidak ada masalah sama sekali. Tapi, kenapa dia merasa tidak nyaman.Seburuk apapun seorang pria, Adnan tahu dengan jelas.“Selidik lebih jauh pergerakan Shouhei Shiraishi dua minggu ini, aku yakin
Seperti biasa, Shouhei tidak memikirkan pendapat Risa sama sekali. Dia langsung menggerakkan tangan ke arah seorang pelayan pria tua, lalu berkata kepada para tim desainer, “Silakan mengukur pakaian yang sedikit longgar untuknya. Aku tidak mau dia memakai pakaian yang ketat dan menonjol. Untuk masalah desainnya, berikan saja setelah kalian mengukur tubuhnya dan pastikan berikan yang terbaik.”Risa melotot hebat mendengar perintahnya yang sangat tirani.“Shouhei! Apa kamu mendengarku?! Aku bilang aku tidak akan melakukannya! Aku tidak akan menerima apa pun yang kamu berikan kepadaku lagi. Apa otakmu ada masalah?”Shouhei diam melihatnya, menatapnya berlama-lama. Dia lalu tersenyum paling lembut hingga membuat sang wanita merasa salah tingkah dan canggung.Kenapa dia malah tersenyum seperti itu?Apakah dia tidak marah?“Kamu mengerti, kan? Aku tidak mau diberikan pakaian mewah! Aku bisa membelinya sendiri! Lagi pula, untuk apa memiliki banyak pakaian yang tidak bisa dipakai setiap hari?
Perjalanan menggunakan helikopter itu sangat menyenangkan di luar dugaaan Risa. Walaupun pada mulanya dia sangat marah kepada pilot dadakan yang ada di dekatnya, ternyata pemandangan di sekitar pulau pribadi begitu menakjubkan!Sudut bibir Shouhei tertarik melirik Risa yang terkesima melihat hamparan pemandangan indah di bawah mereka. Pasir putih yang menakjubkan dan masih alami, lautan jernih yang seperti kristal biru, dan juga luas pulau pribadi yang cukup memukau dengan daratan yang memiliki banyak variasi daratan, membuat Risa tidak sadar terlalu menikmatinya.Sebagai putri dari keluarga kaya yang sudah lama menjadi rakyat biasa, berlibur adalah hal yang jarang dilakukan olehnya. Jadi, ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, dia menjadi lebih antusias.Siapa bilang kalau menjadi kaya raya itu suka berlibur ke tempat-tempat indah? Risa tidak punya waktu sama sekali gara-gara kesibukan kerjaan yang selalu menghampirinya. Kalaupun libur, dia pasti hanya akan mengikuti libu