Keesokan harinya Regan dan Shafa sudah sekamar tapi mereka sama sekali belum mencetak gol meski sudah mencintai. Regan tak mau tergesa-gesa dia ingin mendapat lampu ijo dari istri terlebih dahulu, meski dia sebenarnya tersiksa.
Pukul setengah 6 pagi ,Shafa bangun dengan pelan memindahkan tangan kekar milik suaminya. Saat akan beranjak dari tempat tidur tiba-tiba tangan kekar menahannya.
Cup
"Morning kiss sayang."
"Ihh nyebelin aku kan belum mandi Mas."
"Aku suka."
"Udah aku mau masak nanty jita jadi nginap dirumah orangtuaku kan."
"Iya sayang, ya udah masak gih. Aku mau mandi. Love you."
"Love you too." Ucap Shafa
Shafa mencuci muka dan menggosik gidgi setelah itu turun kedapur. Segera ia memasak agar tak kesiangan kerumah orangtuanya. Ia sekarang lebih bahagia mendapat cin
Setelah berbincang hangat Regan juga melepas kerinduan pada orangtua yang jarang dirumah. Waktu terasa sudah sore orangtua Regan berpamitan untuk pulang kerumah utama."NAK kita pulang, besok ajak istrimu kerumah kakek kasian sendirian.""Iya Ma, pa.""Assalamulaikum.""Waalaikumsalam.""Ayo masuk dulu nak, mandilah atau istirahat nanty ibu panggil saat makan malam.""Iya bu." Ucap keduanya dan pergi kekamar..Saat dikamar Regan segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Dan betapa kagetnya Shafa."Lo Mas kok dikunci." Shafa gugup"Emang kenapa sayang, mas gak mau ada yang ganggu kita." Regan mulai mendekat hingga tak jarak lagi diantara mereka."Kau gugup sayang." Tangan Regan mulai memegang tangan Shafa penuh cinta."Sayang, apa kau mencintaiku."
Pukul setengah 6 Regan sudah terbiasa bangun. Ia melihat kesamping ada istri tercinta kini seutuhnya dimiliki. Ia tersenyum dan mengecup kening istrinya. Ia merasa beruntung memiliki Shafa meski dulu belum ada cinta dengannya kini berbanding terbalik ia terlihat bucin. Regan turun ranjang pelan-pelan dan menuju kamar mandi untuk jogging pagi hari. Selesai ritual mandi segera berganti pakaian dan jogging sekitar rumah Shafa. Saat akan keluar rumah ia melihat mertuanya menyiram tanaman. "Pagi Bu." "Pagi nak, kamu mau olahraga ya." "Iya Bu, sudah terbiasa." "Shafa mana?belum bangun." "Iya Bu, biarlah kasian dia kecapekan." Ibunya mendengar kata-kata menantunya. "ya udah kamu hati-hati ingat jalan kan nak." "Iya Bu." Regan melajutkan jogging sepanjang jalan mata mereka
Pagi buta Shafa dan Regan kembali keapartement. Dalam perjalanan Shafa melihat kasian kakek penjual nasi ia segera menyuruh suaminya berhenti. "Mas stop!" "Kenapa fa?" Tanpa menjawab Shafa keluar dari mobil menghampiri kakek yang sedang duduk. "Assalamulaikum Kek, dagangannya laku berapa kek." "Alhamdulillah belum ada neng." "Ini Shafa beli nasi bungkusnya semua ya kek, dan ini ada rejeki untuk kakek dan keluarga." "Makasih neng." Kakek itu seketika sujud syukur, Shafa bahagia melihatnya. "Kakek, Shafa pulang dulu jaga kesehatan kakek." "Terimakasih neng kebahagiaan menyertaimu." Dari kejauhan Regan bangga punya istri sholehah, padahal dia dulu membencinya tapi Tuhan maha membolak-balikkan hati. Sekarang actor tampan itu berubah jadi mencintainya. &nbs
"Sayang, makasih udah menyingkirkan Nyamuk." Mendekati Shafa dan mengecup keningnya "Udahlah Mas itu sudah kewajibanku mengusir nyamuk yang coba ganggu kita. Oh ya kita makan yuk ajak sekalian Delon sama Shawn." "Ok tunggu ya aku panggil mereka." 10 menit kemudian Ceklek "Ada apa boss." "Mari makan siang bareng ini istriku yang minta." "Okelah mari bu boss." Ucap delon Mereka berempat akhirnya turun makan siang bersama semua mata tertuju pada 3 cowok tampan pimpinan perusahaan yang sama memakai kacamata hitam terlihat so cool. Sesampainya di restaurant sebrang, "Sayang, makan apa?" "Aku nasi ayam goreng geprek Mas sama jus melon aja." "Ok tunggu ,oh ya untuk kalian berdua pesen sendiri." "
Moment romantis malam ini membuat Regan senyum-senyum sendiri. Regan mengajak istrinya berdansa mengikuti irama musik yang ia sewa pelengkap makan malam ini. "Aku nggak bisa Mas." "Nanti aku ajari sayang." Shafa mengangguk dan mengikuti dansa Regan. Mereka berdua begitu menikmati suasana malam ini. "Aku mencintaimu Shafa." "Aku juga mencintaimu Mas." "Tetaplah begini terus bersamaku sampai tua." Senyum merekah terlihat dibibir manis istrinya. Setelah sejam acara makan malam romantis kini pasangan itu menuju apartementnya. "Makasih untuk malam ini Mas, Shafa menyukainya." "Sama-sama sayang." Mengecup tangan istrinya. Sesampainya diapartement mereka bersih-bersih sejenak. Regan memilih keruang kerjanya karana ada email masuk.
Belum genap sejam rasa Shafa begitu merindukan suaminya. Mungkin karena sudah terbuasa bersama dan sekarang berjauhan. Tan0a terasa air mata Shafa menetes ia segera menghapusnya dia berpikir positif jika ini demi kebaikan mereka. Dengan segera ia kerumah ibunya untuk melepas rindu. Shafa sebelumnya sudah chat suaminya jika ia akan kerumahnya selama tak ada Regan. Regan tapi belum membalas pesan Shafa karena ia terlihat masih pulas tidurnya. Ditempat lain Shafa mampir ditoko buah membeli beberapa buah untuk cemilan bersama ibunya. Setelah 15 menit kembali menuju kerumah ibunya. Sesampainya disana rumah terlihat sepi. Tok Tok "Ibu, ibu. Ini Shafa ibu dimana?" "Kok sepi sih, dimana ibu." Shafa mencoba menelpon ibunya tersambung tapi terdengar bunyi ponsel Ibunya didalam rumah. Shafa akhirnya menung
Shafa yang masih menginap dirumah ibunya, ia ingin segera bertemu dengan temen masa kecilnya bernama Dita. Tapi sebelumnya ia harus beres rumah dan memasak, ia pun pagi sudah berbelanja di toko dekat rumahnya banyak ibu-ibu sedang mengantri. "Pagi Ibu-ibu." "Pagi Shafa, mana suamimu kok sendiirian." "Itu Bu, sedang bisnis keluar negeri." "Oh hati-hati Shafa . Temenku dulu pernah diduaikan suaminya bilangnya keluar kotalah, negerilah, ternyata bersama selingkuhan. "Makasih ibu sudah memperingatkan Shafa tapi saya lebih percaya sama suami. Permisi." Ibu-ibu itu mencibir Shafa seenaknya tapi acuh aja dia lebih percaya suaminya. DiSingapura, Regan menerima laporan anak buahnya tentang istrinya dan benar saja perasaan yang dari kemarin ternyata adalah omongan para ibu yang membuat yang membuat Shafa kesal. &nb
Setelah selesai masak, Shafa membersihkan diri dan bersiap makan bersama dengan ibunya. "Bu, ayo makan dulu." "Ayo." "Bu, Dita masih sendiri atau udah nikah ya." "Dia udah sama kayak kamu nak." "Oh ya, kapan buk." "Udah setahun nak." "Baiklah bu. Aku sudah tak sabar ketemu dengannya. Shafa siap-siap dulu ya bu." "Iya sana." Setelah 15 menit Shafa sudah siap sekarang ia berpamitan kerumah Dita. Diluar negeri tepatnya dihotel xx tempat Rehan berada. Ia hari ini sangat sibuk karena target dia besok harus kembali pulang, dia amat rindu istrinya. Setelah acara meeting selesai ia bergegas ketempat nya. Setelah 15 menit Regan segera menelpon istrinya. Saat ditelpon Shafa tengah berada d