Share

BAB 4

Author: Fadhillah_ND
last update Last Updated: 2023-07-03 20:07:03

Beberapa menit kemudian Azkara tertidur lalu lampu yang tadi menyala seketika padam. Kamera CCTV pun otomatis berhenti merekam.

"Agghhrr," teriak Azkara.

'Apa yang terjadi selama listrik padam?' ucapnya dalam hati.

Wajahnya tampak tak tenang, ia geram pada keadaan.

"CCTV itu juga tidak bekerja!" gerutunya. Ia menyandarkan tubuhnya di senderan kursi lalu memandang langit-langit ruang kerjanya.

'Aku yakin pasti telah terjadi sesuatu pada Meika saat lampu itu padam,' batinnya.

Arland sudah sampai di kediaman Azkara. Mereka tengah berada di ruang kerja Azkara, sebuah ruangan khusus yang Azkara siapkan di rumahnya, tepat di sebelah kamar tidurnya.

"Apa Meika sudah ditemukan? Di mana dia dan bagaimana keadaannya?" tanya Azkara penuh harap.

"Tidak, Tuan. Kami belum berhasil menemukannya. Tapi, ada satu titik lokasi bahwa Nyonya Meika diduga berada di sana. Namun, setelah didatangi, Nyonya tidak ada," ungkap Arland.

"Di mana lokasinya?" tanyanya lagi.

"Lokasinya di hotel G Foresst sebelah selatan kota Z, Tuan Muda. Ada salah satu anak buah kita yang mendapat info dari staff hotel tersebut bahwa ia melihat perempuan yang mirip sekali dengan Nyonya. Namun, saat melakukan cek-in dia memakai nama Yasmin Evlynzee. Informasi yang didapat ini dirasa kurang akurat, Tuan. Mengingat bahwa staff itu juga sangat jarang melihat atau bertatap langsung dengan Nyonya Meika. Lagi pula, untuk apa Nyonya menggunakan nama lain? Tapi saya tetap menyuruh beberapa anak buah untuk datang mengecek langsung ke sana," pungkas Arland.

"Satu jam yang lalu saat mereka tiba di hotel itu. Perempuan yang dianggap mirip seperti Nyonya Meika sudah terlebih dahulu chek-out. Untuk memastikan apakah itu memang benar Nyonya Meika, pengecekan CCTV di bagian resepsionis hotel pun dilakukan. Wajah perempuan itu memang mirip dengan Nyonya, Tuan! Ahh bukan mirip lagi melainkan sama," lanjutnya.

"Berarti dia memang istriku, Lan! Lalu selanjutnya apa?" tanya Azkara. Raut wajahnya menunjukkan keceriaan, terbukti dengan adanya informasi mengenai istrinya.

"Anak buah kita masih terus melacak keberadaan Nyonya melalui plat mobil yang dipakai Nyonya saat meninggalkan hotel tersebut. Tapi, untuk saat ini belum ada informasi lagi dari mereka, Tuan. Mungkin saja mereka masih mengejar mobil Nyonya."

Azkara menunduk sesaat lalu melihat Arland dengan sorot mata tajamnya, "Baiklah, saya akan menunggu. Jika sampai malam tidak ada hasil dari mereka. Maka saya yang akan turun tangan langsung untuk mencarinya. Jujur saya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Lan!" ucapnya tegas.

"Tuan Muda, saya mengerti apa yang Anda rasakan. Semoga Nyonya segera kita temukan."

Arland memahami betul kondisi bos sekaligus kawan karibnya itu. Wajah yang tadinya ceria mendadak mendung kembali, Azkara benar-benar telah kehilangan senyumnya.

***

"Kenapa mereka terus saja mengikutiku?" gerutu gadis yang sedang menyetir mobilnya.

Diliriknya bergantian kaca spion luar mobil dan spion tengah (center mirror) mobilnya. Sudah lebih dari lima belas menit sebuah mobil hitam Avanza terus saja mengikutinya. Awalnya ia berpikir bahwa arah mereka memang sama.

Namun, ternyata hal itu terbantahkan. Sebab, sudah tiga kali ia memutar ulang mobilnya di jalur yang sama, mobil yang mengikutinya pun lantas melakukan hal yang sama pula.

'Kenapa perasaanku tidak enak,' batinnya.

Lantas ia pun memacu kecepatan mobilnya menjadi dua kali lipat. Mobil dibelakangnya pun juga semakin cepat mengejarnya, seolah tak mau melepas gadis tersebut.

Mata gadis itu melirik jam di tangannya. "Astaga sudah jam satu. Aku akan telat!"

"Nyonya Meika!" teriak salah satu pria di dalam mobil yang mengikutinya.

Kini mobil yang mengejarnya sudah sejajar dengan mobil yang dikendarai gadis bernama Yasmin itu.

Yasmin pun berteriak, "Kalian salah orang!"

"Nyonya, ayo kembali pulang! Tuan Muda menunggu Anda!" teriak kembali pria di seberangnya.

"Sudah saya bilang, kalian salah orang! Saya Yasmin!"

Yasmin terus melajukan mobilnya menembus jalan lintas kota hinga lampu hijau berganti merah. Kendaraan-kendaraan pun berhenti, begitu juga dengan Yasmin. Sekali lagi dilihatnya bahwa mobil yang mengejarnya berada tepat di belakang mobilnya.

"Aku harus bisa lepas dari mereka. Dasar orang-orang aneh! Mereka pasti penipu atau penculik yang ingin menculikku," cibir Yasmin.

'Tapi bagaimana caranya aku bisa lepas dari mereka?'

Yasmin terus berpikir sembari menunggu lampu hijau kembali.

Setelah satu menit, lampu pun kembali hijau. Bergegas Yasmin menginjak pedal gas mobilnya. Ia nekat menyalip mini truk di depannya. Saat itu mini truk tersebut berkendara dengan kecepatan yang pelan. Tetap saja meski begitu, hal yang dilakukan Yasmin sangat berisiko. Ia tak peduli, baginya ia bisa terlepas dari penguntit. Mobil yang mengikutinya pun terhalang oleh truk yang berada tepat di belakang mobil Yasmin.

"Huh! Kena kalian! Jangan pernah bermain-main denganku!" ucap Yasmin geram.

Meski sudah berhasil menghindari mobil yang mengikutinya. Yasmin gemetaran dan jantungan atas aksi menyalip mini truk tadi. Bisa saja jika memang ajalnya, ia akan sudah mati.

"Bagaimana ini? Kita tidak bisa menyalip. Kita akan kehilangan jejak Nyonya Meika," tanya pria yang meneriaki Yasmin tadi pada rekannya yang sedang menyetir.

"Aku tidak menduga Nyonya menyalip seperti itu. Itu berbahaya, Bar. Lihatlah! ada kendaraan lain di kedua sisi truk. Kita tidak akan bisa menyalip. Pasti Nyonya sudah pergi," jawab rekan Akbar yang sedang menyetir itu.

***

Mobil berwarna silver memasuki parkiran gedung bercat putih gading dengan paduan cat warna kuning corn.

Setelah memarkirkan mobilnya, Yasmin keluar dan berlari menuju aula gedung.

"Haiss, habislah aku!" pekiknya sambil berlari.

Sesampainya di aula gedung, ia terkejut karena tak mendapati satu orang pun di dalamnya. Bahkan lampunya pun padam.

"Apa aku yang datang terlalu cepat? Tapi di jadwal bukannya jam satu sudah mulai? Aku datang hanya lewat lima belas menit saja dari jam satu. Apa mereka semua sudah bubar?" tanyanya pada dirinya sendiri. Wajah gadis itu terlihat sungguh kebingungan.

Ia pun berniat untuk pergi dari sana. Saat badannya berbalik, ia dikagetkan dengan rekan kerjanya yang sudah berada tepat di hadapannya dengan rambut hitam panjang tergerai ke depan dada.

"Astagfirullah!" teriak Yasmin kaget. Rekannya ini benar-benar terlihat menyeramkan ditambah dengan wajahnya yang julid dan galak.

"Kenapa baru datang? Mereka sudah pergi!" sungut Oliv dengan wajah yang merengut.

"Apa? Tapi ...."

Belum selesai Yasmin bicara, Oliv terlebih dahulu memotong pembicaraan.

"Aku sudah menjelaskan padamu, kan? Bahwa klien yang satu ini sangat tidak menyukai keterlambatan. Lewat dari satu menit saja, mereka langsung membatalkan kerjasama," timpalnya.

"Iya aku mengaku salah, Liv. Tadi ada orang aneh yang mengikutiku. Jadi aku berusaha menghindari mereka. Percayalah, tiga puluh menit sebelum jam satu, aku sudah di jalan menuju ke sini," ucap Yasmin menyesal.

"Sudahlah! Sia-sia saja kita datang ke kota ini. Nyatanya tidak ada kerjasama yang diperoleh. Kita sudah rugi! Percuma saja uang keluar untuk menginap di hotel. Ini semua salahmu!" sergah Oliv dengan tatapan nyalang kepada Yasmin.

"Yasudah, aku sudah minta maaf. Lagi pula uang bisa dicari lagi," Yasmin berusaha membujuk gadis yang merengut di depannya.

"Permisi! Apa saya bisa bicara dengan Mrs. Oliv?"

Mendengar namanya disebut, Oliv pun berbalik badan. "Ouh, Anda! Bukankah Anda tadi yang bersama Nyonya Calley? Ada apa?" tanya Oliv, ia sedikit berlari mendekatkan diri ke arah wanita yang memanggilnya tadi.

"Begini .... Jika tadi Nyonya Calley telah membatalkan kerjasama. Sekarang Nyonya Muda saya yang ingin bekerja sama dengan Anda dan juga Mrs. Yasmin," jawab wanita itu sembari menoleh ke arah Yasmin.

"Maksud Anda bagaimana? Nyonya Muda? Siapa dia?" tanya Oliv ceplas ceplos.

"Nyonya Muda adalah keponakan dari Nyonya Calley. Saya adalah asisten pribadi dari Nyonya Muda. Nyonya Muda bilang dia ingin langsung tanda tangan kontrak kerjasama dengan persyaratan yang akan diajukannya."

"Oh, baiklah. Tapi di mana Nyonya Muda yang Anda maksud itu?"

"Nyonya sedang menunggu di mobilnya. Kita bisa bicara di sana saja."

Wanita itu pun pergi diikuti oleh Oliv. Oliv tidak terlalu mempedulikan Yasmin. Dipikirannya hanya ada kerjasama dan uang, dengan begitu tidak akan menjadi sia-sia baginya untuk datang ke kota Z.

"Apa itu mobilnya?" tanya Oliv, matanya menelisik mobil yang jaraknya hanya satu meter darinya.

"Iya, Mrs," jawab Asisten Nyonya Muda.

'Wah, dari mobilnya saja sudah sangat mewah. Memang benar-benar fantastis keluarga Nyonya Calley ini,' kata Oliv dalam hati.

"Mrs, silakan masuk ke dalam! Nyonya Muda ingin berbicara dengan Anda."

"Benarkah?" tanya Oliv tak percaya.

"Ya, Mrs!"

Pintu mobil pun terbuka otomatis. Tampaklah seorang wanita muda berusia dua puluh enam tahun duduk dengan anggun, kaki kanannya menyilang di atas kaki kirinya. Ia mengenakan gaun hitam dan kacamata hitam.

"Hai!" sapa wanita itu.

"Silakan masuk!" perintahnya pada Oliv yang tengah menatapnya tanpa kedip.

"Sania, kau bisa pergi! Kembalilah dan temui Tante Calley," sambungnya lagi.

"Baik, Nyonya Muda!" jawab asistennya disertai anggukan kepala.

Oliv kemudian masuk dan duduk tepat di sebelah wanita tersebut. Pintu mobil pun tertutup otomatis, terlihat wanita bergaun hitam itu sedang tersenyum miring.

Related chapters

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 5

    Yasmin menunggu sendirian di aula. Sudah hampir tiga puluh menit, rekannya tak jua kembali. Gadis itu mulai kesal dan bangkit dari duduknya."Kemana dia? Apa dia sudah pulang? Kenapa tidak mengabariku?" gerutu Yasmin. Ia lalu berjalan mondar-mandir.'Jika tidak terpaksa. Aku tak sudi bekerja sama dengan Oliv. Modelan orangnya saja begitu. Dasar jutek!' ucapnya dalam hati.Ia ingin sekali menelepon rekannya itu. Tetapi, ia takut akan mengganggu percakapan antara Oliv dan si Nyonya Muda."Yas!" tegur Oliv.Ia sudah tiba di aula. Kali ini tangannya membawa sebuah map berisi perjanjian kontrak kerja sama dengan Nyonya Muda."Lama sekali kau! Aku muak menunggu di sini," keluh Yasmin padanya."Anggap saja kita impas. Beruntung Nyonya Muda itu mau bekerja sama dengan kita. Nampaknya ia sangat menyukai desain gaunmu. Kode desainmu yang ZD09X.""Oh, yang itu. Aku pikir tidak akan ada yang menyukainya. Karena model yang kubuat itu cukup abstrak. Tetapi biar bagaimana pun itu terlihat unik! Janga

    Last Updated : 2023-07-03
  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 6

    Liza buru-buru beranjak dari sana. Sesampainya di kamar, ia berjalan mondar-mandir. Ia terlihat sedang cemas.'Apa benar itu adalah Meika?''Apa dia berhasil lolos? Tapi kenapa dia tidak langsung pulang ke sini saja?''Apa wanita itu punya rencana lain?'Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Liza kemudian menelepon seseorang. Namun, nomor yang dihubungi tidak aktif."Bisa-bisanya saat keadaan gawat seperti ini, dia malah tidak bisa dihubungi!" geramnya.Liza lalu duduk di kasur, dengan kesal ia melempar bantal.***"Arland, siapkan saja semua dana untuk membayar kerugian ini," pinta Azkara."Baik, Tuan Muda!"Arland lalu beranjak pergi membawa beberapa berkas dokumen yang sudah ditandatangani oleh Azkara.Saat hendak berbelok arah ke kanan koridor, tiba-tiba muncul tangan seseorang di balik tembok koridor tersebut yang mencegatnya. Ia sontak berhenti. Hampir saja dadanya mengenai tangan itu. Orang di balik tembok akhirnya keluar berdiri tepat menghadapnya. "Emm ... dengar!

    Last Updated : 2023-07-14
  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 7

    Wanita bersanggul itu kemudian meletakkan cangkir kopinya."Maaf, Nyonya Ira. Mengapa Anda begitu membenci Nyonya Meika?""Apa kau ingin tahu penyebabnya?" tanya Mahira. Arland mengangguk. "Iya, Nyonya.""Arland, bukankah kau tahu bahwa aku tidak membenci sembarang orang tanpa sebab yang fatal. Meika yang kelihatan polos itu benar-benar telah menyakitiku sebagai seorang ibu!" sergah Mahira."Dia memaksaku agar menyetujui pernikahannya dengan Azkara karena rahasiaku yang diketahuinya. Dia menjadikan itu sebagai senjata untuk mengancamku. Apa kau masih berpikir dia wanita tulus dan baik?""Rahasia?" tanya Arland."Ya, aku akan mengatakannya padamu. Aku rasa kau adalah orang yang tepat untuk kuberitahu. Aku mempercayaimu, Arland. Kuminta setelah kau mendengarnya, jangan beritahukan pada siapapun termasuk Azkara dan Liza.""Tapi kenapa, Nyonya Ira? Kenapa mereka tidak boleh tahu?""Mereka mungkin akan terluka," jawab Mahira. Sesaat ia termenung mengingat kejadian dua puluh delapan tahun s

    Last Updated : 2023-07-14
  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 8

    "Baiklah, aku punya sesuatu untukmu," imbuh Oliv."Apa?"Oliv mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang membuat Yasmin semakin heran."Botol parfum?" tanya Yasmin. Sedari tadi ia terus memperhatikan botol di genggaman Oliv."Iya! Ini bukan sembarang botol parfum.""Tapi kenapa warna airnya begitu?" Jarinya menunjuk botol parfum.Oliv meletakkan botol itu di meja. "Ini isinya bukan parfum atau air bibit wangi, melainkan air cabai." "Untuk apa kau membawanya?" Yasmin tercengang tak mengira Oliv bisa menyediakan benda seperti itu di dalam tas. Ia sebenarnya sempat melihat di televisi dan sosmed mengenai botol parfum atau botol semprot yang diisi air cabai sebagai senjata wanita saat bepergian. "Untuk jaga-jaga. Ini bisa jadi senjata pamungkas bagi seorang wanita. Apalagi jika sendirian. Tidak mungkin, kan, kalau kita pergi kemanapun harus membawa pisau atau pistol? Jadi lebih baik pakai ini saja. Kita bisa membawanya di dalam tas. Tapi, tetap harus hati-hati jangan sampai tertukar. N

    Last Updated : 2023-07-17
  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 9

    "Tidak. Aku sengaja tidak memberi tahu Mama. Mama pasti tidak akan mengizinkan karena kondisi mental dan fisikku. Semalam saja Mama terus menyuruhku untuk istirahat akibat obat tidur dan ledakan itu, padahal aku baik-baik saja. Kuminta jangan beritahu siapa pun. Untuk pekerjaan di kantor pusat Kak Liza dan kau yang meng-handle," tutur Azkara. Arland tak habis pikir, kenapa seorang suami harus diam-diam pergi untuk mencari istrinya. "Azkara, kau pergi dengan siapa?" tanya Arland. "Beberapa ajudan dan seorang supir.""Aku akan beri tahu Akbar supaya mereka tidak usah kembali ke sini. Biar mereka tetap di sana saja menunggumu. Mereka yang terlebih dulu tahu info tentang istrimu.""Baiklah, ide yang bagus!" Azkara menaiki tangga menuju pintu perpustakaan diikuti oleh Arland di belakangnya. Saat mereka mendekat, pintu terbuka otomatis. Pintu tersebut terbuat dari mirror glass dengan ukuran besar dan tinggi. Dari dalam bisa terlihat dengan jelas keadaan di luar ruangan.Lain halnya jika

    Last Updated : 2023-07-19
  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 10

    Aldrich sudah tiba di mension. Ia membuka bagasi lalu menggendong Yasmin yang berada dalam kantung jenazah. Pintu mension dibukakan oleh pengawal. Ia masuk kemudian menaiki tangga menuju lantai dua. 'Menyebalkan! Bisa-bisanya dia menempatkan kamar wanita ini di lantai atas,' omelnya dalam hati. Setibanya di kamar, ia membaringkan Yasmin di kasur pasien. Datanglah dua orang perawat yang membantunya mengeluarkan Yasmin dari kantung janazah.Kamar itu berisikan alat-alat medis seperti di kamar rumah sakit pada umumnya. Bahkan yang ada di kamar itu jauh lebih lengkap. Sekarang Yasmin sedang ditangani oleh seorang dokter dan dua perawat. ***Aldrich sedang menunggu seseorang di lantai bawah. Ia meregangkan otot-ototnya. Menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sehingga menimbulkan bunyi gemeretak. Orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. "Oh, Aldrich! Ternyata kau sudah sampai. Di mana Yasmin? Apa dia telah tiada?" tanya seorang wanita dengan gaun hitam yang melekat di tubuhnya. S

    Last Updated : 2023-07-20
  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 11

    "Azkara!" panggil Liza sekali lagi. Ia mengitari kamar adiknya. Mengecek ke kamar mandi dan balkon. Tak jua didapatinya keberadaan sang adik. Pantang menyerah, dia lalu mendatangi seluruh ruangan di lantai dua. Hasilnya nihil. Ia kembali ke kamarnya dan menghubungi Azkara. Namun, nomornya tidak dapat menerima panggilan. "Dia tidak ada di mana pun. Ditelepon juga tidak aktif. Kemana dia selarut ini? Arland, dia pasti tahu ke mana Azkara." Ia kembali turun untuk menemui Arland. Bukannya permisi atau mengetuk pintu, Liza malah menerobos masuk begitu saja."Kau tahu kemana Azkara pergi? Dia tidak ada di kamarnya.""Dia pergi untuk mengurus suatu hal yang penting," jawab Arland. Matanya menahan kantuk. "Iya, tapi kemana, hah? Jangan bilang kalau kau tidak akan memberitahuku. Dengar! Aku berhak untuk tahu.""Saya sudah berjanji padanya untuk tidak memberitahu siapa pun.""Ya ampun! Jangan bilang karena alasan itu makanya Azkara menyuruhmu untuk tinggal di sini kembali.""Saya hanya tingg

    Last Updated : 2023-07-27
  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 12

    Azkara tengah berada di restoran hotel G Foresst bersama dua ajudannya. Ia menanti kehadiran Zayyan sang polisi yang ditugaskan untuk mencari Meika. CEO tampan itu tidak memakai pakaian resmi. Ia terlihat santai dengan gaya berpakaiannya. Hoodie abu-abu dan celana spot panjang dengan warna yang senada. Sepatu kets putih melekat di kakinya. Tentunya semua barang tersebut dari brand terkenal. Dia juga memakai masker agar tak mengundang banyak perhatian. "Selamat pagi, Tuan Muda Azkara Arghantara! Senang bisa bertemu dengan Anda." sapa Zayyan ramah. Ia mengulas senyum serta tangan kanannya terulur kepada Azkara. Azkara menjabat tangan Zayyan. "Selamat pagi, Pak Zayyan. Senang juga bisa bertemu dengan Anda. Maaf jika saya harus memakai masker seperti ini." "Tidak masalah, Tuan. Anda juga harus tetap menjaga privasi Anda di khalayak ramai."Mereka berdua kemudian duduk membahas topik penting yang menjadi tujuan Azkara datang ke sana. "Langsung saja, Tuan Azkara. Saya akan berusaha me

    Last Updated : 2023-07-27

Latest chapter

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 30

    Yasmin memukul-mukul dada bidang Azkara ketika mereka sampai di depan kamar mandi."Azkara, turunkan, aku bisa sendiri!" Begitu dilepaskan, ia segera menutup pintu seraya berteriak, "Jangan masuk!"Lelaki itu menggelengkan kepala. Dia beranjak menarik pintu kaca penghubung balkon. Sengaja dibuka supaya udara malam masuk. Dia lalu mengambil setelan baju tidur wanita berbahan adem dan longgar. "Mei! Ambil baju," ucapnya sambil mengetuk pintu. "Letak di bawah, Azka. Aku masih berendam," jawab Yasmin merasakan sensasi dingin nan sejuk pada air yang merendam tubuhnya. Tuan Muda mengangkat kursi ke depan pintu toilet lalu meletakkan baju tidur di atasnya. Sudah menjadi kebiasaan untuk bersantai di balkon. Ia berjalan sambil melakukan peregangan. Memperhatikan sekitar, mungkin saja dia melihat penampakan. Sesuatu pun terlihat jatuh dari atas pohon. Ia menyipitkan mata melihat objek di bawah sana. Bergegas dia menuruni tangga saking penasaran.Yasmin merasa baikan telah berpakaian beserta

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 29

    "Aku alergi udang! Kan, aku sudah ambil ikan bakar. Kenapa kau tambahkan udang?" ujar Yasmin dongkol. "Hmm, aku sudah tahu." Azkara lahap menyantap hidangan seraya tersenyum."Lalu kenapa kau berikan?! Kau mau alergiku kambuh?" katanya ceplos. Suasana hatinya semakin panas."Aku suamimu, tentu tahu. Mana mungkin kau memakannya, Mei." Sengaja dia letakkan udang itu supaya melihat reaksi wanita yang terus saja menolak dipanggil Meika."Aku bukan istrimu! Aku alergi ...." Yasmin terdiam. Tuan Muda meneguk air putih. Dengan Yasmin berkata demikian, Azkara semakin yakin bahwa dia adalah Meika. Suami mana yang tidak tahu seluk beluk perkara mengenai istri sendiri. 'Meika juga alergi udang? Kalau begini, pasti lelaki ini semakin percaya bahwa aku istrinya. Aduh, habislah aku!'"Dan apa?" tanya Azkara yang lanjut memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut."Aku tidak alergi udang!" Satu udang lolos dalam kunyahan. Sempat ragu, tapi Yasmin menepis. Sudah lama juga dia tak memakannya. Dipikir-

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 28

    "Kau mau mandi sendiri atau kumandikan, Sayang?" Ia langsung menyingkirkan tangan Azkara. Mendadak lelaki yang lebih tinggi itu mendorongnya ke tembok. Yasmin merasakan usapan lembut di pipi. Tatapan pria itu terasa hangat. Ia menikmati ketampanan dari jarak sedekat ini. Jantungnya berdebar kencang. "Kau mau menemaniku?" ucapnya lembut. "Aku sungguh merindukanmu." Dahi dan hidung mereka saling bersentuhan. Yasmin memejamkan mata. Tuan Muda tersenyum. Ia merangkul mesra pinggang wanita yang dipikir adalah istrinya. Sebelum hal lebih jauh terjadi, desainer itu tersadar. Azkara berstatus suami orang. Yasmin membuang muka dan menurunkan kedua tangan di pinggangnya. Senyum CEO itu menghilang diikuti kepergian gadis itu."Aku harus jaga jarak." Ia mengunci kamar.Di dinding belakang ranjang terpajang bingkai besar pernikahan. Dua pengantin tak lain adalah Azkara dan Meika. "Di manapun kau berada. Kuharap lekaslah kembali." Matanya awas menilik setiap inci wajah pengantin wanita. "Waja

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 27

    Liza mengerem tepat waktu. Ia segera mengecek kondisi luar. Azkara menggendong Yasmin yang terbaring di jalanan. "Buka pintunya, Kak!" "I-iya." Ia takut jika perempuan itu adalah Meika sungguhan. "Gio, hubungi Dokter Ryan, suruh datang ke rumah!" "Baik, Tuan Muda." Liza pun menyetir. "Tidak usah bawa ke rumah sakit?" "Pulang ke rumah saja. Biar Dokter Ryan yang akan kemari." Azkara mengecek nadi Yasmin. Gadis itu masih hidup. Rupanya Raline tidak beranjak dari tempat. "Ya ampun! Apa di rumah sebesar ini tidak ada pelayan atau pembantu? Tidak ada yang mempersilakan diriku masuk!" umpatnya. "Rumah ini terlihat sepi. Mungkin media wartawan sempat memaksa masuk ke sini." Ia berjalan lalu duduk di kursi taman. Oh, lihatlah! Betapa perhatiannya Tuan Muda ini. Azkara segera membawa Yasmin masuk. Disusul oleh Liza. "Hei! Apa-apaan ini. Tidak ada yang menawarkanku untuk masuk?" Langkah Liza terhenti. "Oh, aku pikir urusanmu sudah selesai." "Astaga! Setidaknya di rumah sebes

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 26

    Yasmin mencegat taksi. "Pak, tolong cepat! Aku dikejar orang aneh," pinta Yasmin sambil menengok ke belakang. Rupanya lelaki asing tadi mengejarnya naik ojek. Supir pun menambah kecepatan laju mobil. Sesekali diliriknya Yasmin dari kaca tengah. Sesampainya di depan hotel, ada kerumunan wartawan. Wanita itu segera membayar. "Itu, Meika!" teriak seorang jurnalis. Saat itu pula dari mereka banyak yang merekam. Sadar jadi pusat perhatian, Yasmin segera lari ke dalam lift. Gerombolan wartawan dengan kameranya kembali mengejar sampai ke atas. Entah apa salahku sampai harus menghadapi hal ini, batin Yasmin yang terus saja berlari. "Meika, tunggu!" teriak mereka. "Sania, buka pintunya," desak Yasmin. Namun, tak kunjung dibukakan. Beruntung, ia mengantongi kunci serep. "Meika, keluarlah. Kami ingin mewawancaraimu," ucap jurnalis wanita. Disusul dengan ketukan-ketukan pintu. "Apa lagi ini, Ya Allah." Yasmin terengah-engah. "Meika itu ke mana, sih. Gara-gara dia aku dikejar. Orang-

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 25

    Pagi ini Yasmin pulang ke rumahnya. Rasa senang terus membuatnya tersenyum sedari tadi. Sempat putus asa akan nasib, tetapi sekarang tak lagi. Ia akan kembali ke siklus semula hidupnya. Menjalankan rutinitas harian dan mengembangkan karier. Namun, Yasmin harus lebih waspada. Bisa saja Raline masih mengincarnya. Orang yang layak mendapat ucapan terima kasih adalah Sania. Rupanya gadis itu tak menipu, ia sungguh menolong Yasmin. Sedangkan Oliv, biarlah menjadi urusan belakangan. "Iya, sebentar!" Nesha tergesa-gesa menuju ruang tamu. Sejak tadi bel rumah berbunyi berulang kali. Nesha memperhatikan dari atas hingga turun ke bawah sosok tamu itu. "Kau?" Yasmin mengangguk cepat sembari tersenyum. Sebelumnya ia melihat dua cincin emas di tangan kiri adiknya. Sementara di jari manis tangan kanan tersemat cincin berlian. Ia memeluk erat Nesha. Tak peduli jika sang adik masih memakai masker wajah yang cukup belepotan. "Lepas!" cecar Nesha. "Beraninya kau kemari," ujarnya dengan tatapa

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 24

    Sania mengambil kendali kemudi setelah mereka kembali dari mall. Perjalanan berlanjut menuju kota tempat tinggal Yasmin. "Minum obat itu. Rasaku kau belum terlalu fit. Tidur saja kalau mau," terang Sania. Mereka kini saling diam. Setelah meminum obat, Yasmin mengamati keadaan sekitar tol. Malam belum larut. Seperti deja vu, ingatan saat dihabisi kembali muncul. "Ada apa??" Sania heran melihat dia yang terkesiap tanpa sebab. Yasmin menggeleng. Ketika menoleh ke samping, mobil lain sudah sejajar dengan mereka. Spontan ia mengedipkan kedua mata dengan rasa takut bercampur kejut. Ia sedikit mengeluarkan suara. "Kenapa? Kau lihat hantu?!" Sania resah. Suaranya lebih kuat dari sebelumnya. "Tidak. Aku ... cuma teringat sesuatu," kelit Yasmin. 'Inikah yang dinamakan trauma pasca kecelakaan?' Trauma terhadap mobil yang melintas di malam hari benar-benar membuatnya dalam ketakutan. Apalagi jika jarak dengan mobil itu sangat dekat. Ia memejamkan mata lalu bersandar dan mer

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 23

    "Seharusnya mama masih dirawat di rumah sakit. Aku harus memarahi Dokter Ryan karena membiarkan mama pulang." "Mama sudah baikan. Kamu kenapa tidak istirahat saja, Az? Mengkhawatirkan mama, tapi tidak mengkhawatirkan diri sendiri," ujar ibu mertua. "Ma, Azkara belum berhasil menemukan Meika." Ia tertunduk sedih dan merasa tidak berguna sebagai suami. "Kita akan terus berusaha Azka. Mama yakin, putriku pasti akan kembali." Citra bersikap tegar untuk menutupi kesedihan atas hilangnya Meika. Ia tak mau terlalu membebani Azkara. Bertepatan pula dengan kepulangan Arland dan Liza dari kantor. "Syukurlah kau sudah pulang, Azkara. Aku tidak bisa membayangkan hari-hariku bekerja terus dengan asistenmu!" Liza ikut duduk menyantap cemilan yang disajikan. Azkara memberi Arland kode lewat mata lalu pergi sambil melempar senyum pada Citra dan Mahira. 'Kulihat mereka semakin lama sudah seperti kakak adik saja.' Liza selalu sewot melihat kedekatan mereka. Nama Malvin tertera di la

  • Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif   BAB 22

    Pria berkumis tipis dengan setelan jaket kulit berwarna hitam menemui Raline di kediaman lamanya. "Hal penting apa yang ingin kau sampaikan? Hingga aku harus meninggalkan rapat." "Nyonya Raline, saya rasa Anda akan terkejut melihat vidio ini," ungkapnya sembari menyalakan laptop. "Coba putar biar kulihat." Prans menghubungkan flashdisk ke laptop lalu diputarlah suatu video berdurasi satu menit. Raline menjadi panik. "Kenapa bisa ada yang merekam kejadian itu, Prans?" "Kau bilang sudah mengamankan semuanya! Kau polisi yang paling berpengaruh di kota ini. Perjanjian kita tidak main-main!" Ia menatap nyalang lelaki itu. Di video terlihat jelas Aldrich dan ketiga pria suruhannya. Hubungan dengan Aldrich saat ini tidak baik. Ia takut kalau pria itu tidak bisa menutup mulut dan diajak kerja sama. Melihat kemarahan Raline justru membuat Prans terkekeh kecil. "Payah! Kenapa kau malah tertawa? Reputasiku sedang dipertaruhkan di sini!" Raline melempar tas mini yang berhasil ditan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status