Sikap Dhananjaya mengalami perubahan yang dinilai sangat buruk pasca Indah meninggal. Pria yang pada dasarnya pendiam dan menutup diri, kini semakin aneh di mata semua orang. Dia tidak ingin berinteraksi bersama siapa pun, termasuk keluarga dan bayi kembarnya. Ia pun tak ingin bertutur sapa saat bertemu dengan anggota keluarganya secara tidak sengaja.Sebenarnya keluarga Abraham sudah menduga Dhananjaya mengalami perubahan dikarenakan Indah meninggal. Namun, nyatanya mereka tidak peduli sama sekali. Mereka pikir, Dhananjaya akan melupakan Indah seiring berjalannya waktu. Lagi pula, keterpurukan seorang Dhananjaya bukanlah suatu hal yang membuat keluarganya prihatin.Ada sebuah amarah, kekecewaan, patah hati, dan lainnya yang tidak bisa Dhananjaya ungkapkan dengan kata-kata. Kepergian Indah telah menyadarkannya akan suatu hal, yaitu cinta. Entah, ia sendiri tidak tahu apa itu cinta. Sejak kecil hingga di usianya kini, ia tidak pernah mengatakan cinta pada siapa pun, atau mendengar oran
Bayi kembar yang diberi nama Adelio dan Adelia seperti keinginan ibunya kini sudah berusia tujuh tahun. Bertolak belakang dengan sikap sang ayah, mereka memiliki sikap yang sangat ceria dan mudah bergaul. Namun, mereka juga kerap kali membuat orang-orang kesal dan membuat pengasuhnya kelimbungan akibat sifat usilnya.Tak jarang, pengasuh yang menemani anak kembar itu melarikan diri atau mengundurkan diri karena tidak kuat akan sikap mereka yang semena-mena. Namun, kedua anak kembar itu tidak pernah mempermasalahkan tentang ibunya. Mereka tidak masalah tidak memiliki ibu, bahkan tidak ingin memiliki ibu tiri.Sanjaya sudah meninggal dunia enam bulan yang lalu. Seperti yang diharapkannya, Dhananjaya tetap menjadi seorang pemimpin di perusahaan yang ia tinggalkan. Hal itu karena Dhananjaya memiliki saham terbesar dan juga telah diresmikan sejak Sanjaya masih hidup.Jasmin sudah menikah satu tahun yang lalu. Suaminya yang bernama Pahlevi bukanlah pria sembarangan, melainkan seorang putra
Satu bulan berlaluDewi sudah memutuskan untuk berhenti bekerja di hotel saking tidak nyamannya dengan peraturan baru yang diterapkan. Sekarang, ia sedang bingung untuk mencari pekerjaan baru. Lokasi rumahnya yang berada di pedalaman, membuatnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Penduduk sana rata-rata menjadi seorang petani di kebun ataupun sawah. Hanya di perkotaan yang sedikit mudah mencari pekerjaan, sedangkan Dewi tidak memiliki kenalan.Sebuah kebetulan, teman seusia Dewi bernama Rida yang bekerja di Jakarta, sedang pulang kampung. Dewi akhirnya memohon agar Rida membawanya ke Jakarta untuk bekerja. Rida mengatakan restoran tempatnya bekerja tidak menerima pekerja baru, tapi ia memiliki kenalan yang bekerja di restoran lain dan restoran tersebut sedang membutuhkan karyawan baru. Untuk itu, Dewi sudah membulatkan niatnya untuk ikut bersama Rida ke Jakarta.Pria yang merupakan suami Dewi bekerja di Singapura. Masalahnya, sudah satu tahun tidak ada kabar tentangnya. Jangankan meng
Dewi dan Rida sedang berjalan di sepanjang trotoar menuju kontrakan Rida. Jarak dari restoran tempat Rida bekerja menuju kontrakan memang cukup dekat sehingga tidak memerlukan kendaraan dan terbiasa berjalan kaki.Dewi menceritakan tentang penolakan pihak restoran yang awalnya membutuhkan karyawan. Namun, ia tidak mengatakan alasannya karena ia pun tidak tahu pasti. Rida tampak bingung, ia pun tidak bisa membantu mencarikan pekerjaan lain untuk Dewi. Sedangkan restoran tempatnya bekerja memang tidak menerima karyawan baru sejak beberapa bulan yang lalu.“Rida, aku tidak ingin kembali ke desa. Kamu tahu sendiri, begitu sulit mencari pekerjaan di daerah kita. Hanya di kotanya saja yang mudah, tapi aku tidak memiliki kenalan.” Dewi merasa frustasi, bingung dengan kelanjutan hidupnya.“Jika kamu mau menunggu, tunggulah hingga restoran itu buka lowongan pekerjaan lagi. Atau, tunggu pemilik restoran tempatku bekerja pulang dari luar negeri. Aku akan membujuknya untuk menerimamu.” Rida membe
Esok adalah hari minggu, itu sebabnya Dhananjaya meminta Dewi untuk ke rumahnya karena ia tidak akan pergi ke mana pun. Sebelum itu, Dhananjaya juga akan berbicara pada keluarganya perihal Dewi yang akan menjadi seorang pengasuh untuk Adelio dan Adelia saat makan malam nanti.Tidak, sebenarnya hal itu tidak penting untuk dibicarakan. Dhananjaya bebas menerima siapa pun yang bersedia untuk menjadi seorang pengasuh. Hanya saja, wajah Dewi yang sangat mirip dengan Indah akan membuat seisi rumah kebingungan. Untuk itu, Dhananjaya akan menceritakan kemiripan wajah dan postur tubuh Indah yang dimiliki Dewi lebih dulu.“Jay, sebenarnya Ibu tidak masalah siapa pun yang akan menjadi pengasuh Lio dan Lia, tapi jika wanita itu sangat mirip dengan ibu mereka, jujur saja Ibu tidak setuju. Ibu akan meminta seseorang untuk mencari pengasuh lain secepatnya, jangan wanita yang kamu bahas itu,” kata Maria setelah mendengar penjelasan Dhananjaya.“Dia bukan Indah, wanita yang Ibu benci. Ibu tenang saja.
“Lio, Lia, ayah harap kalian tidak membuat pengasuh baru kalian kesulitan. Jika Dewi mengalami kesulitan hingga berhenti menjaga kalian, maka Ayah tidak akan pernah mencari pengasuh lagi. Apa kalian mengerti?” Dhananjaya terkesan mengancam, menatap kedua anaknya dengan tajam.“Kamu?” Adelio melongo melihat Dewi di samping sang ayah.“Kamu menjadi pengasuhku?” Adelia sama tercengangnya.“Kenapa? Apa ada masalah?” Dewi bingung sendiri dengan reaksi mereka seolah tak percaya bahwa ia akan menjadi pengasuhnya.“Cih, bagaimana kamu bisa menjaga kami jika kamu saja bersikap sembarangan?” Adelia terlihat jijik.“Aku wanita kuat. Akan kupastikan aku akan selalu melindungi kalian,” kata Dewi dengan tegas, tapi sesungguhnya ia sengaja membuat nadanya terdengar lembut walau tidak berhasil.“Jangan harap bisa membodohiku.” Adelio bersungut-sungut, memutar bola matanya ke arah lain dengan malas.“Kalian yang putuskan, ingin memiliki pengasuh atau tidak.” Dhananjaya tak ingin pusing dengan reaksi k
“Dewi, bisakah ambilkan pensilku?” titah Adelia tanpa menatap Dewi, fokus membaca tulisan di bukunya.“Tidak.” Dewi menolak tanpa banyak berpikir.“Sepertinya kamu tidak menyukai pekerjaanmu.” Adelia lalu mendelik tajam.“Aku suka.” Dewi tidak setuju atas singgungan bocah itu. “Tapi, jangan harap aku akan tunduk dengan perintah konyol kalian,” lanjutnya dengan tenang.“Perintah konyol?” Adelia terlihat kesal.“Kamu bisa turun dari kursimu, lalu mengambil pensilmu sendiri. Tidak perlu menyuruh orang lain selagi kamu bisa melakukannya.” Dewi menegur sekaligus menasehati.“Ayahku sudah menggajimu.” Adelio ikut bicara, membela sang adik.“Ayahmu tidak mengatakan aku harus mengambil sebuah pensil di kolong meja.” Dewi tak sungkan menegaskan melalui tatapannya.Ya, seperti inilah sikap Dewi terhadap dua bocah yang berlaku seperti anak seorang raja, sombong dan bersikap seenaknya. Baru tiga hari bekerja saja, Dewi sudah muak dengan sikap mereka. Belum lagi sikap semua pelayan terutama Alda y
Hari minggu pun tiba, hari di mana Adelio dan Adelia akan menikmati liburannya di sebuah taman. Bukan hanya Dewi yang akan menemani mereka, tapi Caroline juga dikabarkan akan ikut menemani. Sementara Dhananjaya, memilih untuk tetap di dalam ruangannya, mengerjakan beberapa dokumen seperti biasanya. Kabarnya Basuki dan Maria sedang menghadiri acara pernikahan anak kerabatnya. Sedangkan Jasmin, mengunjungi rumah mertuanya.Satu setengah jam menunggu, akhirnya Caroline datang juga. Ini adalah pertama kalinya Dewi bertemu Caroline, wanita yang sangat cantik bak bidadari. Tubuhnya yang persis manekin di sebuah toko pakaian sungguh membuat Dewi terkagum-kagum. Dari pandangan pertama saja, Dewi sudah dapat menilai begitu lembutnya wanita itu. Tidak seperti orang kaya lainnya, Caroline murah senyum dan rendah hati. Definisi cantik luar dalam, ditambah keturunan bangsawan, tapi tidak sombong yang sesungguhnya.“Kamu pengasuh baru?” tanya Caroline seraya tersenyum manis.“Benar.” Dewi menganggu
Mengingat usia kandungan Indah yang sudah menginjak tujuh bulan, Dhananjaya dan dua anak kembarnya begitu semangat untuk berbelanja kebutuhan bayi. Soal antusias, Indah bahkan kalah, suami dan kedua anaknya sangat heboh merinci apa saja yang diperlukan bayi. Hampir seharian penuh keluarga kecil itu menghabiskan waktunya di dalam gedung pusat perbelanjaan, mengunjungi banyak toko kebutuhan bayi. Tepat keesokan harinya, mereka berempat tetap sibuk merapikan kamar bayi perempuan yang tak lama lagi akan terlahir. Sikap Dhananjaya tidak banyak perubahan. Tapi, setidaknya, pria yang dulu sangat kaku itu dapat tersenyum manis sekarang. Perhatiannya bukan hanya pada Indah saja, tapi pada Adelio dan Adelia juga, ditambah anak ketiganya yang masih berada dalam kandungan. Hubungan ayah dan anak yang dulu renggang, kini sebaliknya. Dhananjaya yang tentunya sudah sangat dewasa, sering kali terlihat seperti anak kecil ketika ikut bermain bersama Adelio dan Adelia. Dia bahkan tampak senang saat i
Terbangun dari tidur siangnya, bibir Indah melengkung membentuk senyuman manis mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dalam keadaan matanya yang masih tertutup, perlahan tangannya bergerak ke arah perut, mengusapnya lembut. Hari ini Dhananjaya sengaja tak masuk kantor karena ingin memeriksakan istrinya. Sesuai harapan, kini sang istri tengah berbadan dua. Indah sendiri tak menyadari telatnya datang tamu bulanan, dan malah Dhananjaya yang mengingatkannya.Seperti kehamilan sebelumnya, kandungan Indah dinyatakan lemah dan memerlukan kehati-hatian yang tinggi. Satu janin yang dikandungnya berusia lima minggu, sangat rawan hingga Indah langsung mendapat banyak perhatian dari suaminya.Sejak di perjalanan pulang saja, Dhananjaya tak henti mengingatkan, memberikan nasehat agar Indah menjaga pola makan serta aktivitasnya. Bahkan, pria itu memaksa Indah untuk beristirahat dengan tidur siang, hal yang tak pernah Indah lakukan.“Ada acara apa ini? Tidak ada yang mengajak Ibu untuk bergabun
Bulan madu, umumnya pasangan pengantin baru akan memadu kasih di tempat romantis berdua saja. Namun, hal itu tidak berlaku pada Indah dan Dhananjaya. Pasalnya, mereka berlibur di Kota Bali dengan membawa kedua anaknya. Tempat itu sudah diidamkan Indah sejak lama, dan sekarang baru terlaksana.Menatap lurus ke depannya, hati Dhananjaya merasakan kedamaian dan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Berjarak beberapa meter darinya, Indah dan anak-anak sedang bermain pasir. Sedangkan ia sendiri, hanya duduk di kursi yang terbuat dari kayu di bawah pepohonan, menikmati semilir angin.Ingin bergabung, tapi Dhananjaya tak tahu harus melakukan apa. Bermain pasir bersama? Bukan malas, tapi ia tak bisa melakukannya. Biarlah, tawa mereka bertiga sudah cukup membuat hatinya senang, bibirnya pun tak henti-hentinya tersenyum manis melihat pemandangan indah yang tak pernah dilihatnya.“Indah, luangkan waktumu untukku juga,” pinta Dhananjaya saat Indah menghampirinya. Suaranya terdengar
Terbangun dari tidurnya, Indah celingukan mencari keberadaan Dhananjaya yang tidak ada di sampingnya. Ketika memeriksa kamar mandi, pria itu juga tidak ada di sana. Tanpa mau merapikan ranjang yang sangat berantakan akibat pergulatan semalam terlebih dahulu, Indah bergegas keluar dari kamar itu.Suasana sangat sepi, tidak ada suara apa-apa sekalipun suara hewan. Indah tentu ingat di mana ia berada, yakni rumah barunya. Namun, bohong jika ia merasa baik-baik saja. Nyatanya, ia merasa cemas dan takut. Rumah yang sangat besar tersebut begitu menyeramkan jika sendirian, padahal hari sudah pagi.Tak berani memeriksa banyak ruangan di lantai atas, Indah melanjutkan pencarian ke lantai dasar. Seperti kemarin saat dia datang, di lantai dasar juga tidak ada siapa pun. Tapi, kali ini samar terdengar adanya aktivitas di sebuah ruangan. Indah lalu mengikuti arah suara itu berasal meski ada rasa takut tapi penasaran.Di dapur yang cukup terbuka, Dhananjaya sedang sibuk memasak sesuatu. Dari carany
Berdiri di atas pelaminan untuk menyambut para tamu yang hadir, tatapan Indah tertuju pada salah satu meja yang hanya diisi dua orang wanita cantik berpakaian mewah. Mereka terlihat sangat akrab layaknya sahabat, dan kedua orang itu sangat Indah kenali, yakni Jasmin dan Caroline.Caroline, wanita yang sangat cantik itu tetap hadir di hari kedua resepsi pernikahan. Ya, walau bagaimana pun banyak tamu yang diundangnya. Meski tidak berdiri di pelaminan, dia tetap menyapa tamunya, dengan senang hati menjelaskan apa yang terjadi pada pernikahannya yang gagal.Hati Indah kembali merasa tak enak, yang seharusnya tidak perlu diingat-ingat lagi. Lihatlah di depan sana, ada seorang wanita cantik bak bidadari. Pria mana yang tidak tertarik? Bahkan, kecantikannya yang sempurna itu berhasil membuat banyak wanita iri, termasuk Indah. Tapi, mengapa Dhananjaya tidak menyukainya? Dia malah memelas pada wanita sederhana yang berasal dari kampung untuk kembali menjadi istrinya. Jangankan orang lain, In
Duduk di sofa kamar hotel yang ditempatinya, Indah menatap kosong pemandangan di depannya. Sejak duduk di pelaminan sebagai pengantin, tidak banyak ekspresi yang ia tampilkan selain tersenyum ramah kepada para tamu. Namun, beberapa orang sudah tahu bahwa wanita itu terlihat linglung.Tidak banyak yang dibicarakan bersama Dhananjaya karena tak sempat, tentu Indah memiliki segudang pertanyaan perihal kejadian hari ini. Saking tak percayanya menjadi seorang pengantin, sampai-sampai Indah tak bisa berekspresi lebih. Tepatnya, dia mengalami syok berat dan tak mengerti.Keluar dari kamar mandi, Dhananjaya melihat punggung mungil Indah yang tetap membelakangi seakan tak sadar kedatangannya. Hatinya tak tenang sejak tadi. Apa Indah tidak senang menjadi istrinya lagi? Atau, apa kesalahannya sangat besar hingga Indah tidak memiliki kepercayaan lagi terhadapnya?“Apa yang kamu pikirkan?” Dhananjaya berhasil membuat Indah menoleh. “Ada masalah?” tanyanya ragu.“Apa ini mimpi?” Indah memperhatikan
Di kediaman Basuki Abraham, banyak sekali orang yang entah sedang apa. Sejak Dhananjaya meninggalkan hotel, sebagian keluarga Abraham dan keluarga Caroline juga meninggalkan hotel tersebut dan datang ke rumah Basuki untuk melihat sosok Indah yang selama ini tidak mereka ketahui, khususnya keluarga Caroline.Jelas saja, saat Indah dan Dhananjaya sampai di rumah itu, mereka menjadi pusat perhatian seluruh orang yang ada di sana. Hal itu membuat Indah sangat malu hingga ingin pergi dari tempat tersebut, tapi Dhananjaya menyeret tangannya untuk masuk ke dalam. Tidak seperti Indah yang menunduk sepanjang jalan karena malu, Dhananjaya tetap menegakkan kepala dengan wajah dingin andalannya seolah tidak ada siapa pun di sana. Di dalam rumah, tepatnya di ruang keluarga, tengah berkumpul keluarga Abraham yang penasaran tentang Indah yang sebenarnya masih hidup. Bahkan, Caroline dan Lenia pun ada di sana, memperhatikan kedatangan Dhananjaya bersama Indah. Bukannya berhenti di depan mereka untuk
Beberapa saat yang laluSemua persiapan untuk melangsungkan pernikahan Dhananjaya dan Caroline sudah siap. Sumpah pernikahan akan dilakukan di depan semua keluarga besar dari kedua belah pihak, di hotel yang sangat terkenal akan kemewahannya di Pusat Kota Jakarta.Semua keluarga sudah berkumpul untuk menyaksikan acara yang mulia itu, tapi justru penghulu yang belum datang. Caroline dilanda kecemasan dengan keputusan yang akan dipilihnya. Sama seperti Indah yang tidak bisa tidur dan menangis semalaman, Caroline pun tidak bisa tidur karena sibuk memikirkan banyak hal.Entah keputusannya benar atau salah, Caroline tidak peduli. Ia sudah memutuskan sesuatu sebelum semuanya terlambat. Di hadapan semua keluarga, Caroline meminta Dhananjaya berdiri di sampingnya. Tidak ada yang aneh, Dhananjaya hanya menurut saja. Sedangkan keluarga yang lainnya, tetap duduk di kursi masing-masing, memperhatikan Caroline yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.“Sebelum sumpah pernikahan kita terucap, aku i
1 bulan berlaluHari ini adalah hari di mana Dhananjaya dan Caroline melangsungkan pernikahannya. Semua keluarga sangat sibuk mengatur pesta, termasuk Rega dan Jasmin yang meninggalkan Indah sendirian. Belum tahu bagaimana kelanjutan hidup Indah, dan Indah dipaksa untuk menetap di rumah Rega. Entah apa yang Jasmin dan Rega tunggu, mengapa mereka membiarkan pernikahan Dhananjaya dan Carolone terjadi. Lantas, untuk apa Indah masih di sana, menunggu yang tidak pasti? Membayangkan Dhananjaya yang akan menyematkan sebuah cincin di jari manis Caroline, hati Indah terasa sangat panas dan perih. Sejak semalam ia tak henti menangis, menangisi yang seharusnya sudah ia relakan. Nyatanya, perkataan yang keluar dari mulut dan di hati sangat bertolak belakang. Indah tidak rela Dhananjaya menikahi Caroline, Indah tidak terima kedua anaknya memanggil ibu kepada wanita lain.Cincin pernikahannya bersama Dhananjaya adalah barang yang sangat berharga, akan tetapi benda kecil itu hilang saat pergi ke ho