“Bagaimana keadaannya?” tanya Dhananjaya kepada salah satu orangnya yang mengantarkan Indah ke rumah sakit.“Dokter sudah menunggumu, silakan.” Orang itu meminta Dhananjaya untuk menghadap dokter agar mendengar kondisi Indah secara langsung.Dhananjaya juga tidak berniat untuk mempertanyakan yang lainnya. Jadi, ia segera berjalan ke ruangan yang ditunjuk orangnya. Di dalam ruangan itu, ada Indah yang masih ditangani beberapa dokter sekaligus banyak perawat.Dhananjaya tidak sempat masuk, pintu ruangan itu terbuka dan seseorang menghampirinya yang masih berjalan ke arah ruangan tersebut. Orang itu tidak lain adalah Rega, salah satu dokter di sana. Rega yang membawa Indah ke rumah sakit, sedangkan Nadya dan anaknya masih di hotel.“Bagaimana keadaan Indah?” Dhananjaya terdengar tak sabaran dengan jawabannya.“Indah sangat kritis. Aku tidak yakin dia bisa bertahan,” jawab Rega lemah, menggeleng pelan.”Apa?” Dhananjaya menyipitkan matanya, tak percaya kecelakaan yang Indah alami begitu s
Sikap Dhananjaya mengalami perubahan yang dinilai sangat buruk pasca Indah meninggal. Pria yang pada dasarnya pendiam dan menutup diri, kini semakin aneh di mata semua orang. Dia tidak ingin berinteraksi bersama siapa pun, termasuk keluarga dan bayi kembarnya. Ia pun tak ingin bertutur sapa saat bertemu dengan anggota keluarganya secara tidak sengaja.Sebenarnya keluarga Abraham sudah menduga Dhananjaya mengalami perubahan dikarenakan Indah meninggal. Namun, nyatanya mereka tidak peduli sama sekali. Mereka pikir, Dhananjaya akan melupakan Indah seiring berjalannya waktu. Lagi pula, keterpurukan seorang Dhananjaya bukanlah suatu hal yang membuat keluarganya prihatin.Ada sebuah amarah, kekecewaan, patah hati, dan lainnya yang tidak bisa Dhananjaya ungkapkan dengan kata-kata. Kepergian Indah telah menyadarkannya akan suatu hal, yaitu cinta. Entah, ia sendiri tidak tahu apa itu cinta. Sejak kecil hingga di usianya kini, ia tidak pernah mengatakan cinta pada siapa pun, atau mendengar oran
Bayi kembar yang diberi nama Adelio dan Adelia seperti keinginan ibunya kini sudah berusia tujuh tahun. Bertolak belakang dengan sikap sang ayah, mereka memiliki sikap yang sangat ceria dan mudah bergaul. Namun, mereka juga kerap kali membuat orang-orang kesal dan membuat pengasuhnya kelimbungan akibat sifat usilnya.Tak jarang, pengasuh yang menemani anak kembar itu melarikan diri atau mengundurkan diri karena tidak kuat akan sikap mereka yang semena-mena. Namun, kedua anak kembar itu tidak pernah mempermasalahkan tentang ibunya. Mereka tidak masalah tidak memiliki ibu, bahkan tidak ingin memiliki ibu tiri.Sanjaya sudah meninggal dunia enam bulan yang lalu. Seperti yang diharapkannya, Dhananjaya tetap menjadi seorang pemimpin di perusahaan yang ia tinggalkan. Hal itu karena Dhananjaya memiliki saham terbesar dan juga telah diresmikan sejak Sanjaya masih hidup.Jasmin sudah menikah satu tahun yang lalu. Suaminya yang bernama Pahlevi bukanlah pria sembarangan, melainkan seorang putra
Satu bulan berlaluDewi sudah memutuskan untuk berhenti bekerja di hotel saking tidak nyamannya dengan peraturan baru yang diterapkan. Sekarang, ia sedang bingung untuk mencari pekerjaan baru. Lokasi rumahnya yang berada di pedalaman, membuatnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Penduduk sana rata-rata menjadi seorang petani di kebun ataupun sawah. Hanya di perkotaan yang sedikit mudah mencari pekerjaan, sedangkan Dewi tidak memiliki kenalan.Sebuah kebetulan, teman seusia Dewi bernama Rida yang bekerja di Jakarta, sedang pulang kampung. Dewi akhirnya memohon agar Rida membawanya ke Jakarta untuk bekerja. Rida mengatakan restoran tempatnya bekerja tidak menerima pekerja baru, tapi ia memiliki kenalan yang bekerja di restoran lain dan restoran tersebut sedang membutuhkan karyawan baru. Untuk itu, Dewi sudah membulatkan niatnya untuk ikut bersama Rida ke Jakarta.Pria yang merupakan suami Dewi bekerja di Singapura. Masalahnya, sudah satu tahun tidak ada kabar tentangnya. Jangankan meng
Dewi dan Rida sedang berjalan di sepanjang trotoar menuju kontrakan Rida. Jarak dari restoran tempat Rida bekerja menuju kontrakan memang cukup dekat sehingga tidak memerlukan kendaraan dan terbiasa berjalan kaki.Dewi menceritakan tentang penolakan pihak restoran yang awalnya membutuhkan karyawan. Namun, ia tidak mengatakan alasannya karena ia pun tidak tahu pasti. Rida tampak bingung, ia pun tidak bisa membantu mencarikan pekerjaan lain untuk Dewi. Sedangkan restoran tempatnya bekerja memang tidak menerima karyawan baru sejak beberapa bulan yang lalu.“Rida, aku tidak ingin kembali ke desa. Kamu tahu sendiri, begitu sulit mencari pekerjaan di daerah kita. Hanya di kotanya saja yang mudah, tapi aku tidak memiliki kenalan.” Dewi merasa frustasi, bingung dengan kelanjutan hidupnya.“Jika kamu mau menunggu, tunggulah hingga restoran itu buka lowongan pekerjaan lagi. Atau, tunggu pemilik restoran tempatku bekerja pulang dari luar negeri. Aku akan membujuknya untuk menerimamu.” Rida membe
Esok adalah hari minggu, itu sebabnya Dhananjaya meminta Dewi untuk ke rumahnya karena ia tidak akan pergi ke mana pun. Sebelum itu, Dhananjaya juga akan berbicara pada keluarganya perihal Dewi yang akan menjadi seorang pengasuh untuk Adelio dan Adelia saat makan malam nanti.Tidak, sebenarnya hal itu tidak penting untuk dibicarakan. Dhananjaya bebas menerima siapa pun yang bersedia untuk menjadi seorang pengasuh. Hanya saja, wajah Dewi yang sangat mirip dengan Indah akan membuat seisi rumah kebingungan. Untuk itu, Dhananjaya akan menceritakan kemiripan wajah dan postur tubuh Indah yang dimiliki Dewi lebih dulu.“Jay, sebenarnya Ibu tidak masalah siapa pun yang akan menjadi pengasuh Lio dan Lia, tapi jika wanita itu sangat mirip dengan ibu mereka, jujur saja Ibu tidak setuju. Ibu akan meminta seseorang untuk mencari pengasuh lain secepatnya, jangan wanita yang kamu bahas itu,” kata Maria setelah mendengar penjelasan Dhananjaya.“Dia bukan Indah, wanita yang Ibu benci. Ibu tenang saja.
“Lio, Lia, ayah harap kalian tidak membuat pengasuh baru kalian kesulitan. Jika Dewi mengalami kesulitan hingga berhenti menjaga kalian, maka Ayah tidak akan pernah mencari pengasuh lagi. Apa kalian mengerti?” Dhananjaya terkesan mengancam, menatap kedua anaknya dengan tajam.“Kamu?” Adelio melongo melihat Dewi di samping sang ayah.“Kamu menjadi pengasuhku?” Adelia sama tercengangnya.“Kenapa? Apa ada masalah?” Dewi bingung sendiri dengan reaksi mereka seolah tak percaya bahwa ia akan menjadi pengasuhnya.“Cih, bagaimana kamu bisa menjaga kami jika kamu saja bersikap sembarangan?” Adelia terlihat jijik.“Aku wanita kuat. Akan kupastikan aku akan selalu melindungi kalian,” kata Dewi dengan tegas, tapi sesungguhnya ia sengaja membuat nadanya terdengar lembut walau tidak berhasil.“Jangan harap bisa membodohiku.” Adelio bersungut-sungut, memutar bola matanya ke arah lain dengan malas.“Kalian yang putuskan, ingin memiliki pengasuh atau tidak.” Dhananjaya tak ingin pusing dengan reaksi k
“Dewi, bisakah ambilkan pensilku?” titah Adelia tanpa menatap Dewi, fokus membaca tulisan di bukunya.“Tidak.” Dewi menolak tanpa banyak berpikir.“Sepertinya kamu tidak menyukai pekerjaanmu.” Adelia lalu mendelik tajam.“Aku suka.” Dewi tidak setuju atas singgungan bocah itu. “Tapi, jangan harap aku akan tunduk dengan perintah konyol kalian,” lanjutnya dengan tenang.“Perintah konyol?” Adelia terlihat kesal.“Kamu bisa turun dari kursimu, lalu mengambil pensilmu sendiri. Tidak perlu menyuruh orang lain selagi kamu bisa melakukannya.” Dewi menegur sekaligus menasehati.“Ayahku sudah menggajimu.” Adelio ikut bicara, membela sang adik.“Ayahmu tidak mengatakan aku harus mengambil sebuah pensil di kolong meja.” Dewi tak sungkan menegaskan melalui tatapannya.Ya, seperti inilah sikap Dewi terhadap dua bocah yang berlaku seperti anak seorang raja, sombong dan bersikap seenaknya. Baru tiga hari bekerja saja, Dewi sudah muak dengan sikap mereka. Belum lagi sikap semua pelayan terutama Alda y