Home / Romansa / Tempatmu di Sisiku / Chapter 6 Jatuh Sakit

Share

Chapter 6 Jatuh Sakit

last update Last Updated: 2022-06-09 19:00:38

"Belum Oma, sampai sekarang Bray masih mencari gadis bernama Anet itu."

Bray memijat kepalannya yang pening, saat bangun dari tidurnya tadi Bray merasa kepalannya terasa sangat berat.

"Kalo begitu beri Oma kabar jika ada perkembangan terbaru dari Anet ya Bray...."

"Pasti Oma, Oma tenang saja dan istrirahat yang banyak di rumah ya Oma."

Bray menutup panggilan di ponselnya dan meletakan ponselnya di meja kerjannya. Dia memejamkan matannya sejenak untuk menghilangkan sakit di kepalannya.

"Selamat siang, perkenalkan nama saja Anatha, kalian bisa memanggilku Anet."

Gadis dengan rambut panjang yang diikat kebelakang lengkap dengan kemeja putih serta celana kain berwarna hitam yang membalut kaki indahnya memasuki klinik dengan riang menyambut hari pertamannya bekerja.

"Halo Anet, perkenalkan saya dokter Indra yang merupakan atasan kamu disini."

Seorang dokter berusia 50 tahun dilengkapi dengan jas putih khas dokter yang dikenakannya menyalami Anet sambil tersenyum ramah.

"Mulai sekarang kamu bekerja disini pada sore hari atau saat saya sedang ada kunjungan pasien ya, karena asisten saya sedang cuti melahirkan saat ini,"ucap dokter indra menjelaskan.

Anet menganggukan kepalannya mengerti.

"Oh ya Anet kebetulan sekali hari ini ada salah satu pasien penting saya meminta saya untuk datang ke kantornya untuk memeriksakan keadaanya. Apakah kamu bisa langsung ikut saya mengunjungi pasien?"

"Baik dok, siap...Kebetulan sore ini saya tidak ada pekerjaan."

Mereka segera membereskan peralatan dan bersiap-siap untuk pergi. Anet merasa sangat senang dan bersemangat karena ini merupakan tugas pertamannya dan pekerjaan yang sudah lama dia inginkan.

Setelah berkendara cukup lama ditambah dengan macetnya ibukota, akhirnya mereka sampai disebuah gedung yang sangat besar dan terpampang dengan banggannya nama "ANGGARA" dibagian paling atas gedung tersebut. Mereka memasuki gedung besar itu dan langsung menuju lift menuju lantai paling atas.

" ini pasien saya sudah lama, karena mereka tidak mau datang keklinik, saya sering mengunjungi mereka ditempat ini kalo ada yang jatuh sakit,"Ujar dokter Indra menjelaskan begitu melihat wajah Anet yang kebingungan saat melihat dokter indra memencet lift dan langsung menuju ke lantai atas.

Sesampainnya dilantai paling atas mereka disambut dengan seorang wanita cantik dengan lipstik merah menyala di tambah pakaian yang begitu ketat ditubuhnya.

"Dokter Indra, pak Bray sudah menunggu didalam silahkan masuk dok,"ucap wanita cantik itu dengan senyuman dibibir merahnya

"Pak, dokter Indra sudah datang,"ucap wanita itu sambil mengetuk pintu dibelakangnya.

Suara wanita itu begitu berbeda saat dia berbicara dengan atasannya, terkesan dibuat-buat dan ada nada menggoda didalamnya.

"Suruh langsung masuk"

Suara berat dan terkesan dingin itu terasa sangat familiar ditelinga Anet seperti dia pernah mendengarkannya sebelumnya. Anet segera mengikuti dokter Indra masuk kedalam ruangan darimana suara itu berasal. Anet begitu tercengang melihat ruangan besar itu, ruangan bernuansa hitam didominasi dengan kaca diseluruh ruangannya membuat pemandangan ibukota terlihat seluruhnya dari ruangan ini, ditambah meja hitam ditengah-tengah ruangan yang seolah-olah menjadi pusat dan buku-buku yang berjajar rapi menambah kesan sangat profesional pada ruangan besar ini.

"Anet...."

Suara dokter Indra membuyarkan lamunan Anet, Anet yang merasa seluruh mata saat ini tertuju padannya merasa begitu malu karena sempat bengong saat memasuki ruangan besar ini bahkan tidak mendengarkan percakapan

"Maaf dok,"ucap Anet menunduk malu.

"Asisten baru Dok?"

Suara berat diiringi langkah kaki terdengar mendekat kearah dokter Indra dan Anet berdiri.

"Iya Pak, kebetulan asisten lama saya cuti melahirkan."

Dokter Indra segera mengeluarkan alat-alatnya dan memeriksa laki-laki dihadapannya yang saat ini sudah duduk di sofa dihadapan Anet. Anet yang masih merasa malu tidak berani untuk melihat wajah laki-laki dihadapannya.

"Anet, tolong ambilkan termometer ditas saya."

Anet segera mencari termometer ditas alat yang ada disampingnya, naasnya seluruh tas itu terjatuh saat siku Anet menyenggolnya saat Anet membalikan badannya ingin menyerahkan termometer ditangannya.

"Aduh maaf Dok,"ucap Anet panik saat melihat alat-alat pemeriksaannya terjatuh dilantai. Saat akan membereskan alat-alat yang terjatuh tidak sengaja lutut Anet terkena pinggiran meja dihadapannya.

"Aduh...sakit..."Teriak Anet kesakitan sambil memegangi lututnya yang sakit.

"Anet...."ucap dotker Indra pasrah melihat kelakuakn asisten barunnya yang begitu ceroboh.

"Malu banget, sakit banget...baru awal kerja udah gini mati aku dipecat ini sebentar lagi..."Bisik Anet dalam hati.

Sebuah tawa renyah membuyarkan pikiran Anet yang sedang berkecambuk dikepalannya. Secara tidak sadar Anet mendongakan kepalannya menatap sumber suara tawa itu berasa.

Hitam bertemu coklat, saat mata Anet bertemu dengan mata Bray. Bray hanya tersenyum tipis saat melihat gadis kecil dihadapannya

"Lucu." Hanya kata itu yang terlintas dipikiran Bray saat melihat tingkah laku Anet, dan saat Bray menatap mata Anet ada perasaan didalam hatinnya yang tidak bisa diungkapkannya. Mata hitam teduh milik Anet berhasil membuat hati Bray terasa tenang dan terus menerus ingin menatapnya, suara lembut milik gadis ini juga membuat Bray ingin mendengar suara itu berbicara dengannya terus menerus.

Perasaan yang sudah lama tidak Bray rasakan kembali muncul saat bertemu dengan gadis ini. Awal melihat gadis ini memasuki ruangannya Bray hanya merasa gadis dihadapannya terlihat mungil dan begitu menggemaskan, karena penampilannya yang seperti anak SMA dan ditambah tingkah laku cerobohnya. Tapi begitu matanya bertemu dengan mata gadis itu, Bray semakin tertarik dengan gadis ini, mata hitam terlihat begitu polos tapi terlihat ketegaran dimata hitam itu membuat Bray ingin mengetahui apa yang ada didalam pikiran gadis kecil miliknya.

Ya, miliknya. Begitu Bray merasa tertarik dengan gadis kecil ini, makan gadis kecil ini sudah menjadi miliknya.

"Pak, ini saya resepkan obat untuk sakit kepalannya ya."

Suara dokter Indra memecahkan lamunan Bray dan juga Anet.

"Sepertinnya saya butuh untuk dimonitor setiap harinnya. Bisakah dokter meminta asisten dokter untuk memonitor kondisi saya setiap harinnya?"

Anet merasa begitu aneh karena tatapan Bray yang terus menatapnya bahkan saat berbicara dengan dokter Indra sekalipun Bray tidak memalingkan wajahnya.

"Kalo bwgitu saya akan mengirimkan asisten saya yang lain pak untuk memonitor kondisi Pak Bray." Mendengar itu Bray akhirnya memutus pandangannya dari Anet dan menatap dokter Indra.

"Kenapa harus asisten dokter yang lain? Bukankah asisten dokter yang ceroboh ini cukup,"Ucap Bray sambil tersenyum jahil saat melihat wajah sebal Anet yang dikatai ceroboh oleh Bray.

"Anatha, hanya part time pak. Jadi hanya datang pada sore hari."

"Oh jadi namanya Anatha, nama yang cantik untuk gadis yang menarik,"ucap Bray dalam hati.

"Aku bisa meluangkan waktu soreku untuk Anatha dok."

Senyum licik menghiasi bibir Bray begitu mengucapkannya. Bray bahkan tidak perlu meminta Anet untuk mengurusnya, ada begitu banyak orang yang mau mengurusnya termasuk sekertarisnya didepan sana. Tapi ini merupakan satu-satunnya cara supaya dia bisa menemui gadis mungil miliknya. Dia bisa saja menggunakan cara lain tapi dia ingin bergerak dengan perlahan agar gadisnya tidak merasa ketakutan untuk menemuinnya.

"Baik kalo begitu"

Dokter Indra hanya menatap Anet merasa bersalah. Dokter Indra mengetahui apa arti tatapan Bray tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena orang didepannya bukanlah orang sembarangan yang bisa ditentangnya.

"Anet,apakah bisa ?"

"Bisa dok, kalo sore hari."

Dalam pikiran Anet hanya ingin menebus kesalahannya hari ini, Anet sama sekali tidak berpikiran bahwa mengunjungi Bray adalah tipu muslihat dari lelaki itu.

"Kalo begitu sampai jumpa besok Anet,"ucap Bray dengan senyum tipisnya.

Anet hanya membalas ucapan Bray dengan anggukan kecil.

Related chapters

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 7 Kunjungan

    Langit sudah mulai gelap, Anet yang baru saja menyelesaikan Co-Assnya segera berlari menuju halte busway yang tak jauh dari kampusnya. Hari ini merupakan hari pertama kunjungan yang harus Anet lakukan. Suara helaan nafas kembali terdengar, entah sudah berapa kali Anet menghela nafas mengingat hari ini dia harus kembali bertemu dengan lelaki bernama Bray yang merupakan orang paling angkuh yang pernah dilihatnya. "Ya, bagaimana tidak angkuh mengingat kekayaan dan semua yang dimilikinnya,"keluh Anet dalam hati. Anet malas berurusan dengan orang bernama Bray itu jika mengingat tatapan Bray terhadap dirinnya, begitu dalam dan membuat orang yang ditatapnya tidak nyaman. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan Anet memilih jauh-jauh dari orang itu.Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore saat Anet akhirnya menjejakan kakinnya didepan gedung pencakar langit didepannya, Anet segera melangkahkan kakinnya masuk tidak menghiraukan mata yang menatapnya aneh. Kemeja hitam dengan celana kain yang melekat

    Last Updated : 2022-06-20
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 1 Sebuah Pilihan

    "Tolong…tolong….”Seketika sebuah suara membuyarkan lamunan Anet. Anet yang mendengar suara minta tolong segera berlari dan mengejar sumber suara meminta tolong yang didengarnya tadi, Anet segera memasuki ke gang di depannya. Kejadian didepannya membuatnya kaget, dia melihat seorang Nenek tua yang terjatuh dari kursi rodannya, nafas Nenek itu terlihat sesak. Ia terlihat sedang berusaha menggapai tasnya yang tercantel di kursi roda miliknya. Anet pun segera menghampiri Nenek dihadapannya."Nenek baik-baik saja?”tanya Anet sambil membantu Nenek itu untuk duduk"Tolong tasku, inhaler ku. Aku tidak bisa bernafas,”ucap Nenek terengah-engah.Mendengar itu Anet segera mengambil tas Nenek, dan segera mengambil inhaler didalamnya"Ini, Nek.”Anet segera membantu Nenek untuk duduk sambil menempelkan inhaler di mulut Nenek"Tarik nafas pelan-pelan, Nek.”Instruksi Anet sambil memegangi tubuh Nenek dan inhaler di tangannya. Setelah dilihat nafas Nenek mulai teratur Anet segera melepaskan inhaler d

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 2 Rumah sakit

    Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu."Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan."Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi."Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran."Permisi, saya mau daftar, Sus""Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut."Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tan

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 3 Siapa dia ?

    "Rupannya kamu masih ingat ya punya Oma,”jawab Oma Amara judes sambil membuang muka dari hadapan laki-laki di hadapannya mendengar jawaban Oma Amara, pria dihadapan oma hanya menghela nafas berat dan mendudukan tubuh tingginya dikursi sebelah oma Amara."Oma maafkan Bray ya karena sudah datang terlambat. Bray sudah berusaha secepat mungkin dataang kemari. Saat mendengar Voice Note yang oma kirimkan bray sedang berada ditengah-tengah meeting penting.”Laki-laki yang baru saja datang itu adalah Bray Anggara, pria berwajah bak dewa yunani membuat siapa saja pasti menengokan kepalannya jika pria ini ada, memiliki tinggi 185 cm dengan aura dingin misterius membuat Bray menjadi salah satu Billioner muda yang menjadi incaran hyena-hyena lapar disekitarnya."Jadi Oma dengan pekerjaan, Bray masih lebih memilih pekerjaan”jawab Oma masih merajuk"Tidak Oma, Oma tetap selalu menjadi nomor satu”jawab Bray lembut.Hanya dihadapan Oma nya saja Bray menjadi sosok yang sangat berbeda. Setelah orang tua

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 4 Pertemuan pertama

    "Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi."Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet da

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku    Chapter 5 Diterima atau Tidak?

    “Astaga, jam berapa ini?”Teriakan terdengar setelah sepersekian detik seorang gadis mungil kembali dari alam mimpinnya. Rambut hitamnya yang tidak tertata ditambah mata hitamnya yang masih menampilkan segala kelelahan dihari sebelumnya tidak mengurungkan gadis itu untuk segera berlari keluar dari kamar. Tidak memedulikan tatapan tetangga kosnya yang sudah sangat hapal dengan tingkah gadis itu yang selalu terjadi setiap paginnya.“Anet kesiangan lagi?”Teriak Ibu kos saat mendengar salah satu penghuni kosnya sedang berlari-lari menuju ke kamar mandi.“Iya Bu, alarm nya ga nyala lagi,”jawab Anet dengan lantang“Bukan engga nyala kali, kamu matiin tanpa sadar,”jawab salah satu anak kos yang sedang menyikat giginnya.Tidak memedulikan suara disekitarnya, Anet segera memasuki kamar mandi, dan mandi dengan sangat cepat tidak merasakan dinginnya air yang mengenai tubuhnya. Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi yang diburu-buru Anet segera berlari memberhentikan angkot dengan tujuan kamp

    Last Updated : 2022-06-09

Latest chapter

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 7 Kunjungan

    Langit sudah mulai gelap, Anet yang baru saja menyelesaikan Co-Assnya segera berlari menuju halte busway yang tak jauh dari kampusnya. Hari ini merupakan hari pertama kunjungan yang harus Anet lakukan. Suara helaan nafas kembali terdengar, entah sudah berapa kali Anet menghela nafas mengingat hari ini dia harus kembali bertemu dengan lelaki bernama Bray yang merupakan orang paling angkuh yang pernah dilihatnya. "Ya, bagaimana tidak angkuh mengingat kekayaan dan semua yang dimilikinnya,"keluh Anet dalam hati. Anet malas berurusan dengan orang bernama Bray itu jika mengingat tatapan Bray terhadap dirinnya, begitu dalam dan membuat orang yang ditatapnya tidak nyaman. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan Anet memilih jauh-jauh dari orang itu.Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore saat Anet akhirnya menjejakan kakinnya didepan gedung pencakar langit didepannya, Anet segera melangkahkan kakinnya masuk tidak menghiraukan mata yang menatapnya aneh. Kemeja hitam dengan celana kain yang melekat

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 6 Jatuh Sakit

    "Belum Oma, sampai sekarang Bray masih mencari gadis bernama Anet itu."Bray memijat kepalannya yang pening, saat bangun dari tidurnya tadi Bray merasa kepalannya terasa sangat berat."Kalo begitu beri Oma kabar jika ada perkembangan terbaru dari Anet ya Bray....""Pasti Oma, Oma tenang saja dan istrirahat yang banyak di rumah ya Oma."Bray menutup panggilan di ponselnya dan meletakan ponselnya di meja kerjannya. Dia memejamkan matannya sejenak untuk menghilangkan sakit di kepalannya. "Selamat siang, perkenalkan nama saja Anatha, kalian bisa memanggilku Anet."Gadis dengan rambut panjang yang diikat kebelakang lengkap dengan kemeja putih serta celana kain berwarna hitam yang membalut kaki indahnya memasuki klinik dengan riang menyambut hari pertamannya bekerja."Halo Anet, perkenalkan saya dokter Indra yang merupakan atasan kamu disini."Seorang dokter berusia 50 tahun dilengkapi dengan jas putih khas dokter yang dikenakannya menyalami Anet sambil tersenyum ramah. "Mulai sekarang ka

  • Tempatmu di Sisiku    Chapter 5 Diterima atau Tidak?

    “Astaga, jam berapa ini?”Teriakan terdengar setelah sepersekian detik seorang gadis mungil kembali dari alam mimpinnya. Rambut hitamnya yang tidak tertata ditambah mata hitamnya yang masih menampilkan segala kelelahan dihari sebelumnya tidak mengurungkan gadis itu untuk segera berlari keluar dari kamar. Tidak memedulikan tatapan tetangga kosnya yang sudah sangat hapal dengan tingkah gadis itu yang selalu terjadi setiap paginnya.“Anet kesiangan lagi?”Teriak Ibu kos saat mendengar salah satu penghuni kosnya sedang berlari-lari menuju ke kamar mandi.“Iya Bu, alarm nya ga nyala lagi,”jawab Anet dengan lantang“Bukan engga nyala kali, kamu matiin tanpa sadar,”jawab salah satu anak kos yang sedang menyikat giginnya.Tidak memedulikan suara disekitarnya, Anet segera memasuki kamar mandi, dan mandi dengan sangat cepat tidak merasakan dinginnya air yang mengenai tubuhnya. Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi yang diburu-buru Anet segera berlari memberhentikan angkot dengan tujuan kamp

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 4 Pertemuan pertama

    "Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi."Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet da

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 3 Siapa dia ?

    "Rupannya kamu masih ingat ya punya Oma,”jawab Oma Amara judes sambil membuang muka dari hadapan laki-laki di hadapannya mendengar jawaban Oma Amara, pria dihadapan oma hanya menghela nafas berat dan mendudukan tubuh tingginya dikursi sebelah oma Amara."Oma maafkan Bray ya karena sudah datang terlambat. Bray sudah berusaha secepat mungkin dataang kemari. Saat mendengar Voice Note yang oma kirimkan bray sedang berada ditengah-tengah meeting penting.”Laki-laki yang baru saja datang itu adalah Bray Anggara, pria berwajah bak dewa yunani membuat siapa saja pasti menengokan kepalannya jika pria ini ada, memiliki tinggi 185 cm dengan aura dingin misterius membuat Bray menjadi salah satu Billioner muda yang menjadi incaran hyena-hyena lapar disekitarnya."Jadi Oma dengan pekerjaan, Bray masih lebih memilih pekerjaan”jawab Oma masih merajuk"Tidak Oma, Oma tetap selalu menjadi nomor satu”jawab Bray lembut.Hanya dihadapan Oma nya saja Bray menjadi sosok yang sangat berbeda. Setelah orang tua

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 2 Rumah sakit

    Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu."Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan."Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi."Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran."Permisi, saya mau daftar, Sus""Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut."Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tan

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 1 Sebuah Pilihan

    "Tolong…tolong….”Seketika sebuah suara membuyarkan lamunan Anet. Anet yang mendengar suara minta tolong segera berlari dan mengejar sumber suara meminta tolong yang didengarnya tadi, Anet segera memasuki ke gang di depannya. Kejadian didepannya membuatnya kaget, dia melihat seorang Nenek tua yang terjatuh dari kursi rodannya, nafas Nenek itu terlihat sesak. Ia terlihat sedang berusaha menggapai tasnya yang tercantel di kursi roda miliknya. Anet pun segera menghampiri Nenek dihadapannya."Nenek baik-baik saja?”tanya Anet sambil membantu Nenek itu untuk duduk"Tolong tasku, inhaler ku. Aku tidak bisa bernafas,”ucap Nenek terengah-engah.Mendengar itu Anet segera mengambil tas Nenek, dan segera mengambil inhaler didalamnya"Ini, Nek.”Anet segera membantu Nenek untuk duduk sambil menempelkan inhaler di mulut Nenek"Tarik nafas pelan-pelan, Nek.”Instruksi Anet sambil memegangi tubuh Nenek dan inhaler di tangannya. Setelah dilihat nafas Nenek mulai teratur Anet segera melepaskan inhaler d

DMCA.com Protection Status