Home / Romansa / Tempatmu di Sisiku / Chapter 4 Pertemuan pertama

Share

Chapter 4 Pertemuan pertama

last update Last Updated: 2022-06-09 12:27:35

"Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi.

"Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.

“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet dalam hati.

"Aduh…hati-hati dong kalo jalan,”teriak Anet frustasi melihat  ponsel satu-satunnya terjatuh karena laki-laki bertubuh besar menabrak tubuh kecilnnya.

"Maaf, saya buru-buru.”Terdengar suara laki-laki yang begitu dingin dan berat tapi begitu menenangkan di telinga Anet. Suara laki-laki itu berhasil membuat Anet lupa bahwa laki-laki itu telah menyebabkan ponselnya jatuh dan pecah.

“Wahh memang kurang ajar, udah jatuhin barang orang malah engga di bantuin, ditinggal gitu aja lagi. Aku segera mengambil  ponsel ku yang terjatuh dan tebak apa yang aku lihat? Ya sodara-sodara benar sekali kacannya retak.. Bukan mati tapi udah ga bisa dibuka lagi. Aduh nasib..nasib gini amat si.. Apa aku harus potong rambut ya buang sial,”erang Anet frustasi sambil berjongkok, menundukkan kepala sambil memegangi rambut hitamnya dengan sangat frustasi.

Anet memutuskan untuk kembali ketempat Oma berada, Anet tidak ingin meninggalkan Oma terlalu lama takut Oma membutuhkan sesuatu. Sesampainnya didepan ruangan IGD Anet melihat laki-laki yang menabraknya tadi sedang berbincang dengan Oma Amara, langkah kaki Anet segera terhenti, penampilan mereka sangat berbeda, laki-laki itu dengan setelan jas mahalnya serta Oma Amara dihadapannya dengan pakaiannya yang sangat sederhana.

Orang bisa melihat perbedaan kelas dari pakaian yang mereka gunakan, tapi jika melihat lagi dengan lebih teliti, Oma Amara tidak terlihat seperti orang sederhana aura keanggunannya begitu terpancar saat Anet melihatnya dari jauh. Anet hanya melihatnya dari dekat dan aku tidak memperhatikannya lebih jauh karena terlalu khawatir. Tapi setelah dilihatnya lagi Anet merasa malu karenea perbedaan yang ada.

Anet yakin laki-laki itu adalah cucu Oma yang tadi Oma bicarakan, jadi Anet bisa lebih tenang sekarang. Hati Anet terasa sedikit sedih karena mungkin saja ini pertemuan terakhir Anet dengan Oma Amara, tapi Anet tidak bisa masuk kedunia mereka yang terlalu jauh berbeda, bahkan dilihat sekilas saja, semua orang bias tau bahwa laki-laki yang bersama dengan Oma Amara bukanlah lelaki biasa. Anet memutuskan untuk pergi dan coba memohon sekali lagi pada Bu Ana bos tempatnya bekerja, siapa tau dia masih mau memberi Anet kesempatan.

Anet memutuskan untukmeninggalkan sebuah pesan supaya Oma tidak mencari atau mengkhawatirkan Anet lagi. Anet segera meminta kertas kepada seorang perawat disana, dan menulis kepada Oma bahwa dirinnya harus pulang dan Oma tidak perlu khawatir. Terakhir Anet juga menambahkan kata-kata cepat sembuh dibawahnya disertai ucapan semangat untuk Oma. Anet segera menitipkan surat itu kepada salah satu perawat yang lewat dihadapannya. Setelah selesai, Anet menatap Oma sekali lagi dan memutuskan untuk segera pergi dan melupakan apa yang terjadi pada dirinnya hari itu.

“Cari sampai dapat Bagaimanapun carannya cari sampai ketemu, minta semua CCTV dari seluruh rumah sakit ini. Hanya seorang gadis dan kalian tidak bisa menemukannya ?”Bentak Bray begitu mendengar kabar dari sekretarisnya bahwa mereka belum menemukan gadis bernama Anet itu.

Bray hanya bisa menyenderkan kepalannya ditembok setelah mematikan  ponsel digenggamannya. Bray sangat ingin menemukan gadis itu, apalagi setelah melihat Omannya tidak melepaskan surat itu sedikitpun saat sedang diobati. Hanya ini yang bisa Bray lakukan untuk membahagiakan Neneknya, mencari gadis bernama Anet yang Bray sendiri tidak tau nama panjangnya. 

          Bray segera kembali memasuki ruang dimana omannya dirawat.

“Oma bagaimana keadaan oma?”Tanya Bray setelah duduk dihadapan Oma Amara

“Tidak baik, Oma merindukan Anet,”jawab Oma dengan muram.

“Oma kan ada Bray disini.”

“Bray selalu sibuk, Oma selalu sendirian dirumah. Kalo Bray mau menghibur Oma cepat cari istri Bray untuk menemani Oma dirumah jadi Oma tidak kesepian lagi,”jawab Oma sambal memalingkan mukannya.

“Oma kan Bray cari uang buat Oma juga, Oma juga tahu kalo Bray belum ada keinginan untuk menikah,”jawab Bray pelan

“Mau sampai kapan Bray tidak mau menikah? Kalo Oma sampai meninggal dan Bray belum kasih Oma cucu bagaimana?”

“Oma kan punya banyak keponakan lain.”

“Oma maunnya cucu dari Bray.”Setelah mengatakan itu tiba-tiba sebuah ide muncul dikepala Oma Amara

“Bray gimana kalua nanti setelah kamu menemukan Anet, kamu coba dekati Anet? Dia gadis yang baik dan lucu Bray dan yang penting dia tulus Bray.”

Bray yang mendengar ide Oma dihadapannya hanya bias menghembuskan nafas berat.

“Oma, Bray tidak mau dijodohkan seperti zaman Siti Nurbaya Oma, Bray Cuma mau menemukan gadis bernama Anet ini hanya untuk bertemu Oma bukan untuk dijodohkan dengan Bray,”ucap Bray tegas.

“Cobain dulu Bray siapa tau cocok”

“Udah sekarang Oma istirahat sebentar lagi kita pulang,”jawab Bray cepat.

          Dilain tempat Anet yang baru saja kembali memohon kepada bosnya kembali dengan tampang muram, Bosnya tidak sedikitpun mau memberinnya kesempatan. Anet sudah memohon bahkan sudah berjanji bahwa dia akan bekerja dengan lebih giat tapi bosnya tetap tidak mau mempekerjakan Anet lagi. Sekarang dari mana Anet bias mendapatkan uang untuk kuliahnya. Apakah Anet harus berhenti sementara? Anet segera menggelengkan kepalannya keras.

“Tidak boleh Anet, kamu sudah sampai sini. Kamu sudah sampai dengan semester 4 dan sedikit lagi kamu akan lulus,”bisik Anet kepada dirinnya sendiri. Anet segera mengambil ponselnya dan kembali menghela napas,ponsel yang dibelinnya susah payah retak dan sangat susah digunakan. Dengan ilmu kira-kira, Anet berusaha menghubungi sebuah nomor.

“Halo Anet, sayang tumben Anet menelopon jam segini,”kata suara disebrang sana

“iya Bu, Anet hanya merindukan Ibu dan rumah,”jawab Anet tersenyum setelah mendengar suara Ibunnya. Anet berada dikota Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya sedangkan ibunnya berada jauh dari Jakarta, Ibunnya berada di kota Madiun. Ibunnya hanya satu-satunnya keluarga yang Anet punya. Ayahnya sudah meninggalkan mereka sejak Anet masih kecil, Ibunnya menjadi tulang punggung keluarga dan Anet sangat menyayangi ibunnya melihat perjuangan Ibunnya sampai saat ini untuk membesarkan dirinnya.

“Apakah Anet sedang ada masalah?”Naluri Ibu yang tidak pernah bisa diragukan, saat Anet mendapatkan masalah ibunya bisa mengetahuinnya, keinginan untuk meminjam uang kepada ibunnya sirna sudah karena Anet tau Ibunnya juga hidup dengan sangat pas-pasan di Madiun. Ibunnya hanya seorang pedagang dipasar penghasilannya tidak seberapa hanya cukup untuk menghidupi dirinnya sendiri dan sesekali mengirimi Anet untuk tambahan hidup di Jakarta.

“Tidak Ibu...Ibu, kalo Anet sudah jadi dokter gigi Anet akan cari uang yang banyak ya, supaya Ibu tidak usah kerja lagi,kita juga bisa kumpul bersama lagi”

Kekehan lembut ibunnya terdengar disebrang sana. “Iya nak, Ibu akan menunggu untuk pindah ke Jakarta. Anet kalo ada apa-apa bilang Ibu ya, Ibu pasti bantu.”

“Pasti Bu, doakan Anet cepat lulus ya Bu.”

“Pasti nak.”

Hati Anet terasa semakin berat begitu menutup telepon dari Ibunnya, dia begitu ingin membahagiakan Ibunnya. Anet pun berlari kecil mengunjungi Warnet disebelah kos-kosannya. Setelah menyalakan komputer dia segera membuka lowongan pekerjaan yang sekirannya bisa diambilnya. Ada satu pekerjaan yang sangat mencolok yang menarik perhatian Anet. “Dicari Asisten Dokter”Anet begitu bahagia melihat kesempatan itu dan segera menelepon nomor yang tertera. Setelah berbincang beberapa saat Anet segera mengirimkan CV miliknya yang sudah diperbaikinnya, dan berdoa dalam hati agar dia bisa mendapatkan pekerjaan itu.

Hari sudah larut malam, setelah menyelesaikan mencari pekerjaan dan mengirimkan CV kepada beberapa tempat kerja, Anet memutuskan untuk melanjutkan tugas yang diberikan oleh dokternya pagi tadi, Anet memang sangat sering berada di warnet ini. Selain karena dia tidak memiliki Laptop suasana warnet yang sepi bisa membuat Anet lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Anet bisa saja menyelesaikan tugas kuliahnya di perpustakaan tapi dia perpustakaan tutup sore hari sedangkan Anet baru menyelesaikan pekerjaannya yang dulu sudah malam hari.

Udara malam yang sangat dingin membuat Anet segera mengeratkan jaket hitam lusuh miliknya dengan semakin rapat, berlari kecil menyelusuri jalan sempit tempat kos-kosannya berada. Rumah berwarna hijau kecil diujung gang merupakan tempat Anet tinggal dari saat masih menjadi mahasiswa dan belum memasuki masa Co-Ass, rumah mungil itu jauh dari kampusnya tapi hanya tempat itu yang menawarkan kamar dengan harga yang sangat murah. Kamar yang hanya berukuran kecil dengan cat berwarna putih bersih dan lengkap dengan Kasur yang hanya cukup untuk dirinnya saja, dilengkapi dengan lemari kecil untuk menyimpan pakaian sert sebuah meja pendek diujung kamar tempat Anet mengerjakan tugas dan makan sehari-harinnya. Kamar ini memiliki kamar mandi diluar,mengingat hargannya yang sangat murah untuk tempat di tengah-tengah kota.

Setelah sampai didalam kamarnya Anet segera merebahkan badannya dikasur mungil miliknya. Menghela nafas sebentar dan memejamkan mata lelah milikinya. Anet mengurungkan niatnya untuk mandi dan hanya mengganti pakaiannya dan segera tidur karena badannya yang sudah terasa terlalu lelah.

Kelip Ponsel disamping tubuh Anet terus menyala sepanjang malam, sebuah pesan berkedip di layar ponsel jadul miliki Anet meminta perhatian dari empunnya, sayangnya Anet sama sekali tidak membaca pesan itu dan terus berada didalam mimpinnya.

Related chapters

  • Tempatmu di Sisiku    Chapter 5 Diterima atau Tidak?

    “Astaga, jam berapa ini?”Teriakan terdengar setelah sepersekian detik seorang gadis mungil kembali dari alam mimpinnya. Rambut hitamnya yang tidak tertata ditambah mata hitamnya yang masih menampilkan segala kelelahan dihari sebelumnya tidak mengurungkan gadis itu untuk segera berlari keluar dari kamar. Tidak memedulikan tatapan tetangga kosnya yang sudah sangat hapal dengan tingkah gadis itu yang selalu terjadi setiap paginnya.“Anet kesiangan lagi?”Teriak Ibu kos saat mendengar salah satu penghuni kosnya sedang berlari-lari menuju ke kamar mandi.“Iya Bu, alarm nya ga nyala lagi,”jawab Anet dengan lantang“Bukan engga nyala kali, kamu matiin tanpa sadar,”jawab salah satu anak kos yang sedang menyikat giginnya.Tidak memedulikan suara disekitarnya, Anet segera memasuki kamar mandi, dan mandi dengan sangat cepat tidak merasakan dinginnya air yang mengenai tubuhnya. Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi yang diburu-buru Anet segera berlari memberhentikan angkot dengan tujuan kamp

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 6 Jatuh Sakit

    "Belum Oma, sampai sekarang Bray masih mencari gadis bernama Anet itu."Bray memijat kepalannya yang pening, saat bangun dari tidurnya tadi Bray merasa kepalannya terasa sangat berat."Kalo begitu beri Oma kabar jika ada perkembangan terbaru dari Anet ya Bray....""Pasti Oma, Oma tenang saja dan istrirahat yang banyak di rumah ya Oma."Bray menutup panggilan di ponselnya dan meletakan ponselnya di meja kerjannya. Dia memejamkan matannya sejenak untuk menghilangkan sakit di kepalannya. "Selamat siang, perkenalkan nama saja Anatha, kalian bisa memanggilku Anet."Gadis dengan rambut panjang yang diikat kebelakang lengkap dengan kemeja putih serta celana kain berwarna hitam yang membalut kaki indahnya memasuki klinik dengan riang menyambut hari pertamannya bekerja."Halo Anet, perkenalkan saya dokter Indra yang merupakan atasan kamu disini."Seorang dokter berusia 50 tahun dilengkapi dengan jas putih khas dokter yang dikenakannya menyalami Anet sambil tersenyum ramah. "Mulai sekarang ka

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 7 Kunjungan

    Langit sudah mulai gelap, Anet yang baru saja menyelesaikan Co-Assnya segera berlari menuju halte busway yang tak jauh dari kampusnya. Hari ini merupakan hari pertama kunjungan yang harus Anet lakukan. Suara helaan nafas kembali terdengar, entah sudah berapa kali Anet menghela nafas mengingat hari ini dia harus kembali bertemu dengan lelaki bernama Bray yang merupakan orang paling angkuh yang pernah dilihatnya. "Ya, bagaimana tidak angkuh mengingat kekayaan dan semua yang dimilikinnya,"keluh Anet dalam hati. Anet malas berurusan dengan orang bernama Bray itu jika mengingat tatapan Bray terhadap dirinnya, begitu dalam dan membuat orang yang ditatapnya tidak nyaman. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan Anet memilih jauh-jauh dari orang itu.Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore saat Anet akhirnya menjejakan kakinnya didepan gedung pencakar langit didepannya, Anet segera melangkahkan kakinnya masuk tidak menghiraukan mata yang menatapnya aneh. Kemeja hitam dengan celana kain yang melekat

    Last Updated : 2022-06-20
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 1 Sebuah Pilihan

    "Tolong…tolong….”Seketika sebuah suara membuyarkan lamunan Anet. Anet yang mendengar suara minta tolong segera berlari dan mengejar sumber suara meminta tolong yang didengarnya tadi, Anet segera memasuki ke gang di depannya. Kejadian didepannya membuatnya kaget, dia melihat seorang Nenek tua yang terjatuh dari kursi rodannya, nafas Nenek itu terlihat sesak. Ia terlihat sedang berusaha menggapai tasnya yang tercantel di kursi roda miliknya. Anet pun segera menghampiri Nenek dihadapannya."Nenek baik-baik saja?”tanya Anet sambil membantu Nenek itu untuk duduk"Tolong tasku, inhaler ku. Aku tidak bisa bernafas,”ucap Nenek terengah-engah.Mendengar itu Anet segera mengambil tas Nenek, dan segera mengambil inhaler didalamnya"Ini, Nek.”Anet segera membantu Nenek untuk duduk sambil menempelkan inhaler di mulut Nenek"Tarik nafas pelan-pelan, Nek.”Instruksi Anet sambil memegangi tubuh Nenek dan inhaler di tangannya. Setelah dilihat nafas Nenek mulai teratur Anet segera melepaskan inhaler d

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 2 Rumah sakit

    Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu."Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan."Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi."Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran."Permisi, saya mau daftar, Sus""Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut."Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tan

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 3 Siapa dia ?

    "Rupannya kamu masih ingat ya punya Oma,”jawab Oma Amara judes sambil membuang muka dari hadapan laki-laki di hadapannya mendengar jawaban Oma Amara, pria dihadapan oma hanya menghela nafas berat dan mendudukan tubuh tingginya dikursi sebelah oma Amara."Oma maafkan Bray ya karena sudah datang terlambat. Bray sudah berusaha secepat mungkin dataang kemari. Saat mendengar Voice Note yang oma kirimkan bray sedang berada ditengah-tengah meeting penting.”Laki-laki yang baru saja datang itu adalah Bray Anggara, pria berwajah bak dewa yunani membuat siapa saja pasti menengokan kepalannya jika pria ini ada, memiliki tinggi 185 cm dengan aura dingin misterius membuat Bray menjadi salah satu Billioner muda yang menjadi incaran hyena-hyena lapar disekitarnya."Jadi Oma dengan pekerjaan, Bray masih lebih memilih pekerjaan”jawab Oma masih merajuk"Tidak Oma, Oma tetap selalu menjadi nomor satu”jawab Bray lembut.Hanya dihadapan Oma nya saja Bray menjadi sosok yang sangat berbeda. Setelah orang tua

    Last Updated : 2022-06-09

Latest chapter

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 7 Kunjungan

    Langit sudah mulai gelap, Anet yang baru saja menyelesaikan Co-Assnya segera berlari menuju halte busway yang tak jauh dari kampusnya. Hari ini merupakan hari pertama kunjungan yang harus Anet lakukan. Suara helaan nafas kembali terdengar, entah sudah berapa kali Anet menghela nafas mengingat hari ini dia harus kembali bertemu dengan lelaki bernama Bray yang merupakan orang paling angkuh yang pernah dilihatnya. "Ya, bagaimana tidak angkuh mengingat kekayaan dan semua yang dimilikinnya,"keluh Anet dalam hati. Anet malas berurusan dengan orang bernama Bray itu jika mengingat tatapan Bray terhadap dirinnya, begitu dalam dan membuat orang yang ditatapnya tidak nyaman. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan Anet memilih jauh-jauh dari orang itu.Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore saat Anet akhirnya menjejakan kakinnya didepan gedung pencakar langit didepannya, Anet segera melangkahkan kakinnya masuk tidak menghiraukan mata yang menatapnya aneh. Kemeja hitam dengan celana kain yang melekat

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 6 Jatuh Sakit

    "Belum Oma, sampai sekarang Bray masih mencari gadis bernama Anet itu."Bray memijat kepalannya yang pening, saat bangun dari tidurnya tadi Bray merasa kepalannya terasa sangat berat."Kalo begitu beri Oma kabar jika ada perkembangan terbaru dari Anet ya Bray....""Pasti Oma, Oma tenang saja dan istrirahat yang banyak di rumah ya Oma."Bray menutup panggilan di ponselnya dan meletakan ponselnya di meja kerjannya. Dia memejamkan matannya sejenak untuk menghilangkan sakit di kepalannya. "Selamat siang, perkenalkan nama saja Anatha, kalian bisa memanggilku Anet."Gadis dengan rambut panjang yang diikat kebelakang lengkap dengan kemeja putih serta celana kain berwarna hitam yang membalut kaki indahnya memasuki klinik dengan riang menyambut hari pertamannya bekerja."Halo Anet, perkenalkan saya dokter Indra yang merupakan atasan kamu disini."Seorang dokter berusia 50 tahun dilengkapi dengan jas putih khas dokter yang dikenakannya menyalami Anet sambil tersenyum ramah. "Mulai sekarang ka

  • Tempatmu di Sisiku    Chapter 5 Diterima atau Tidak?

    “Astaga, jam berapa ini?”Teriakan terdengar setelah sepersekian detik seorang gadis mungil kembali dari alam mimpinnya. Rambut hitamnya yang tidak tertata ditambah mata hitamnya yang masih menampilkan segala kelelahan dihari sebelumnya tidak mengurungkan gadis itu untuk segera berlari keluar dari kamar. Tidak memedulikan tatapan tetangga kosnya yang sudah sangat hapal dengan tingkah gadis itu yang selalu terjadi setiap paginnya.“Anet kesiangan lagi?”Teriak Ibu kos saat mendengar salah satu penghuni kosnya sedang berlari-lari menuju ke kamar mandi.“Iya Bu, alarm nya ga nyala lagi,”jawab Anet dengan lantang“Bukan engga nyala kali, kamu matiin tanpa sadar,”jawab salah satu anak kos yang sedang menyikat giginnya.Tidak memedulikan suara disekitarnya, Anet segera memasuki kamar mandi, dan mandi dengan sangat cepat tidak merasakan dinginnya air yang mengenai tubuhnya. Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi yang diburu-buru Anet segera berlari memberhentikan angkot dengan tujuan kamp

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 4 Pertemuan pertama

    "Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi."Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet da

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 3 Siapa dia ?

    "Rupannya kamu masih ingat ya punya Oma,”jawab Oma Amara judes sambil membuang muka dari hadapan laki-laki di hadapannya mendengar jawaban Oma Amara, pria dihadapan oma hanya menghela nafas berat dan mendudukan tubuh tingginya dikursi sebelah oma Amara."Oma maafkan Bray ya karena sudah datang terlambat. Bray sudah berusaha secepat mungkin dataang kemari. Saat mendengar Voice Note yang oma kirimkan bray sedang berada ditengah-tengah meeting penting.”Laki-laki yang baru saja datang itu adalah Bray Anggara, pria berwajah bak dewa yunani membuat siapa saja pasti menengokan kepalannya jika pria ini ada, memiliki tinggi 185 cm dengan aura dingin misterius membuat Bray menjadi salah satu Billioner muda yang menjadi incaran hyena-hyena lapar disekitarnya."Jadi Oma dengan pekerjaan, Bray masih lebih memilih pekerjaan”jawab Oma masih merajuk"Tidak Oma, Oma tetap selalu menjadi nomor satu”jawab Bray lembut.Hanya dihadapan Oma nya saja Bray menjadi sosok yang sangat berbeda. Setelah orang tua

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 2 Rumah sakit

    Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu."Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan."Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi."Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran."Permisi, saya mau daftar, Sus""Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut."Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tan

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 1 Sebuah Pilihan

    "Tolong…tolong….”Seketika sebuah suara membuyarkan lamunan Anet. Anet yang mendengar suara minta tolong segera berlari dan mengejar sumber suara meminta tolong yang didengarnya tadi, Anet segera memasuki ke gang di depannya. Kejadian didepannya membuatnya kaget, dia melihat seorang Nenek tua yang terjatuh dari kursi rodannya, nafas Nenek itu terlihat sesak. Ia terlihat sedang berusaha menggapai tasnya yang tercantel di kursi roda miliknya. Anet pun segera menghampiri Nenek dihadapannya."Nenek baik-baik saja?”tanya Anet sambil membantu Nenek itu untuk duduk"Tolong tasku, inhaler ku. Aku tidak bisa bernafas,”ucap Nenek terengah-engah.Mendengar itu Anet segera mengambil tas Nenek, dan segera mengambil inhaler didalamnya"Ini, Nek.”Anet segera membantu Nenek untuk duduk sambil menempelkan inhaler di mulut Nenek"Tarik nafas pelan-pelan, Nek.”Instruksi Anet sambil memegangi tubuh Nenek dan inhaler di tangannya. Setelah dilihat nafas Nenek mulai teratur Anet segera melepaskan inhaler d

DMCA.com Protection Status