Home / Romansa / Tempatmu di Sisiku / Chapter 2 Rumah sakit

Share

Chapter 2 Rumah sakit

last update Last Updated: 2022-06-09 12:26:18

Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu.

"Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan.

"Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.

Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi.

"Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran.

"Permisi, saya mau daftar, Sus"

"Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut.

"Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tanya Anet begitu melihat jam yang terpasang dinding, jam sudah menunjukan pukul setengah 1 siang dan Anet harus segera pergi bekerja.

"Wah ga bisa, coba di tanya dulu saja mba. Kalo pasien asuransi memang harus mengikuti prosedur,”jawab suster sambil kembali menghadap ke komputer. Anet yang mendengar itu segera mengernyitkan dahinnya kesal. Anet segera menghampiri Nenek yang saat ini sedang duduk di kursi rodannya menunggu kedatangan Anet.

"Nek, apakah cucu Nenek sudah datang? Anet buru-buru soalnya nek, Anet harus pergi bekerja.”Kata Anet sambil duduk dihadapan Nenek

"Pergi saja nak, Nenek tunggu disini saja. Nenek sudah sangat merepotkanmu. Pasti sebentar lagi cucu Nenek dating,”ujar Nenek lemas.

"Anet tidak mau meninggalkan Nenek sendirian, Anet akan menemani Nenek disini, Anet daftar terlebih dahulu ya nek sambil menunggu cucu Nenek datang. Nama Nenek siapa ya?"

"Amara nak"

"Oke tunggu sebentar ya, Nek.”Anet segera kembali menuju loket pendaftaran meninggalkan Nenek sendirian.

Nenek yang melihat Anet hanya tersenyum lembut, dia sangat menyukai gadis dihadapannya terlihat lembut, baik hati dan tidak segan-segan menolongnya. Nenek Amara terus memperhatikan Anet, dan kembali tertawa dalam hati melihat gadis itu yang terlihat lemas saat membayar tagihan runah sakit dan berkali-kali melihat isi dompetnya.

"Tunggu ya nak, nanti Nenek ganti lebih banyak. Kemana anak bandel itu kenapa dia belum datang juga. Apakah dia sudah lupa dengan Neneknya satu-satunya,”ujar Nenek Amara dalam hati kesal.

"Wah uang untuk kuliah harus aku gunakan terlebih dahulu, tapi tidak apa lah nanti pasti diganti lebih banyak,”ujar Anet optimis dalam hati sambil mengeluarkan uang dalam dompetnya, Anet merasa tidak enak meminta uang kepada Nenek Amara melihat kondisi Nenek, Anet tidak yakin Nenek juga membawa uang sekarang.

Setelah selesai dengan urusan registrasi, Anet kembali duduk bersama Nenek Amara

"Bagaimana nak?"

"Masih menunggu Nek, padahal IGD sepi tapi mereka masih meminta kita menunggu entah berapa lama. Ya, kadang begini nek kalo tidak datang dengan jalur khusus.”Anet segera menutup mulutnya begitu mengucapkan hal itu.

"he…he…he…lupakan yang Anet bicarakan ya nek. Anet hanya bercanda,”jawab Anet cengengesan.

"Sekarang panggil Nenek, Oma ya,”ucap Oma Amara sambil mengusap kepala gadis dhadapannya dengan gemas.

“Oma Amara…”jawab Anet sambil tersenyum

"Kamu tau Nak, Oma sangat senang bisa bertemu denganmu. Kamu sudah terasa seperti cucu oma sejak pertama kali kita bertemu."

"Anet juga senang bisa bertemu dengan Oma. Oma jangan pergi sendiri lagi ya, harus ditemani dengan orang,"ucap Anet dengan nada mengingatkan.

"Kadang Oma hanya ingin melupakan sejenak masalah Oma, dan cara terbaik adalah berjalan-jalan sendiri. Saat oma berjalan-jalan sendiri Oma merasa sangat tenang"

"Oma, cara terbaik menghadapi masalah adalah menghadapinnya, pasti akan ada jalan dari semua permasalahan yang ada asal Oma tetap semangat. Kepompong tidak selamannya menjadi kepompong bukan? Jadi oma harus terus semangat jangan menyerah begitu saja dengan keadaan Oma,”jawab Anet semangat begitu melihat wajah murah Oma Amara.

"Perumpamaan yang sangat aneh,”jawab Oma terkekeh pelan

“Oma apakah Oma tau, kadang Anet juga merasa menjadi orang yang sangat egois. Keluarga Anet bukan merupakan keluarga kaya, tapi Anet memaksa menjadi dokter gigi karena dari dulu dokter gigi merupakan mimpi Anet. Ante selalu merasa bersalah Oleh karena hal itu, tadi Anet juga tidak bisa menyerah dengan Mimpi Anet,”ucap Anet menyemangati Oma Amara.

“Jadi Kamu adalah calon dokter gigi? Itu mimpi yang sangat indah Anet, orangtuamu pasti bangga punya anak sepertimu, jarang ada anak yang mau berjuang sampai seperti ini untuk mimpinnya. Jadi Anet juga jangan menyerah. Terima kasih, Nak karena bercerita denganmu, Oma jauh merasa lebih baik,”lanjut Oma menepuk pelan lutut Anet.

"Anet kekamar mandi sebentar ya, Nek,”jawab Anet begitu melihat jam sudah menunjukan pukul setengah 2.

Nenek Amara pun hanya tersenyum melihat tingkah Anet dan mengangguk menjawab kata-kata Anet. Melihat jawaban Nenek, Anet pun segera beranjak dari duduknya.

"Oma, apalagi yang oma perbuat?”Sebuah suara berat, membuat Nenek Amara segera menolehkan kepalannya.

Related chapters

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 3 Siapa dia ?

    "Rupannya kamu masih ingat ya punya Oma,”jawab Oma Amara judes sambil membuang muka dari hadapan laki-laki di hadapannya mendengar jawaban Oma Amara, pria dihadapan oma hanya menghela nafas berat dan mendudukan tubuh tingginya dikursi sebelah oma Amara."Oma maafkan Bray ya karena sudah datang terlambat. Bray sudah berusaha secepat mungkin dataang kemari. Saat mendengar Voice Note yang oma kirimkan bray sedang berada ditengah-tengah meeting penting.”Laki-laki yang baru saja datang itu adalah Bray Anggara, pria berwajah bak dewa yunani membuat siapa saja pasti menengokan kepalannya jika pria ini ada, memiliki tinggi 185 cm dengan aura dingin misterius membuat Bray menjadi salah satu Billioner muda yang menjadi incaran hyena-hyena lapar disekitarnya."Jadi Oma dengan pekerjaan, Bray masih lebih memilih pekerjaan”jawab Oma masih merajuk"Tidak Oma, Oma tetap selalu menjadi nomor satu”jawab Bray lembut.Hanya dihadapan Oma nya saja Bray menjadi sosok yang sangat berbeda. Setelah orang tua

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 4 Pertemuan pertama

    "Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi."Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet da

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku    Chapter 5 Diterima atau Tidak?

    “Astaga, jam berapa ini?”Teriakan terdengar setelah sepersekian detik seorang gadis mungil kembali dari alam mimpinnya. Rambut hitamnya yang tidak tertata ditambah mata hitamnya yang masih menampilkan segala kelelahan dihari sebelumnya tidak mengurungkan gadis itu untuk segera berlari keluar dari kamar. Tidak memedulikan tatapan tetangga kosnya yang sudah sangat hapal dengan tingkah gadis itu yang selalu terjadi setiap paginnya.“Anet kesiangan lagi?”Teriak Ibu kos saat mendengar salah satu penghuni kosnya sedang berlari-lari menuju ke kamar mandi.“Iya Bu, alarm nya ga nyala lagi,”jawab Anet dengan lantang“Bukan engga nyala kali, kamu matiin tanpa sadar,”jawab salah satu anak kos yang sedang menyikat giginnya.Tidak memedulikan suara disekitarnya, Anet segera memasuki kamar mandi, dan mandi dengan sangat cepat tidak merasakan dinginnya air yang mengenai tubuhnya. Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi yang diburu-buru Anet segera berlari memberhentikan angkot dengan tujuan kamp

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 6 Jatuh Sakit

    "Belum Oma, sampai sekarang Bray masih mencari gadis bernama Anet itu."Bray memijat kepalannya yang pening, saat bangun dari tidurnya tadi Bray merasa kepalannya terasa sangat berat."Kalo begitu beri Oma kabar jika ada perkembangan terbaru dari Anet ya Bray....""Pasti Oma, Oma tenang saja dan istrirahat yang banyak di rumah ya Oma."Bray menutup panggilan di ponselnya dan meletakan ponselnya di meja kerjannya. Dia memejamkan matannya sejenak untuk menghilangkan sakit di kepalannya. "Selamat siang, perkenalkan nama saja Anatha, kalian bisa memanggilku Anet."Gadis dengan rambut panjang yang diikat kebelakang lengkap dengan kemeja putih serta celana kain berwarna hitam yang membalut kaki indahnya memasuki klinik dengan riang menyambut hari pertamannya bekerja."Halo Anet, perkenalkan saya dokter Indra yang merupakan atasan kamu disini."Seorang dokter berusia 50 tahun dilengkapi dengan jas putih khas dokter yang dikenakannya menyalami Anet sambil tersenyum ramah. "Mulai sekarang ka

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 7 Kunjungan

    Langit sudah mulai gelap, Anet yang baru saja menyelesaikan Co-Assnya segera berlari menuju halte busway yang tak jauh dari kampusnya. Hari ini merupakan hari pertama kunjungan yang harus Anet lakukan. Suara helaan nafas kembali terdengar, entah sudah berapa kali Anet menghela nafas mengingat hari ini dia harus kembali bertemu dengan lelaki bernama Bray yang merupakan orang paling angkuh yang pernah dilihatnya. "Ya, bagaimana tidak angkuh mengingat kekayaan dan semua yang dimilikinnya,"keluh Anet dalam hati. Anet malas berurusan dengan orang bernama Bray itu jika mengingat tatapan Bray terhadap dirinnya, begitu dalam dan membuat orang yang ditatapnya tidak nyaman. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan Anet memilih jauh-jauh dari orang itu.Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore saat Anet akhirnya menjejakan kakinnya didepan gedung pencakar langit didepannya, Anet segera melangkahkan kakinnya masuk tidak menghiraukan mata yang menatapnya aneh. Kemeja hitam dengan celana kain yang melekat

    Last Updated : 2022-06-20
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 1 Sebuah Pilihan

    "Tolong…tolong….”Seketika sebuah suara membuyarkan lamunan Anet. Anet yang mendengar suara minta tolong segera berlari dan mengejar sumber suara meminta tolong yang didengarnya tadi, Anet segera memasuki ke gang di depannya. Kejadian didepannya membuatnya kaget, dia melihat seorang Nenek tua yang terjatuh dari kursi rodannya, nafas Nenek itu terlihat sesak. Ia terlihat sedang berusaha menggapai tasnya yang tercantel di kursi roda miliknya. Anet pun segera menghampiri Nenek dihadapannya."Nenek baik-baik saja?”tanya Anet sambil membantu Nenek itu untuk duduk"Tolong tasku, inhaler ku. Aku tidak bisa bernafas,”ucap Nenek terengah-engah.Mendengar itu Anet segera mengambil tas Nenek, dan segera mengambil inhaler didalamnya"Ini, Nek.”Anet segera membantu Nenek untuk duduk sambil menempelkan inhaler di mulut Nenek"Tarik nafas pelan-pelan, Nek.”Instruksi Anet sambil memegangi tubuh Nenek dan inhaler di tangannya. Setelah dilihat nafas Nenek mulai teratur Anet segera melepaskan inhaler d

    Last Updated : 2022-06-09

Latest chapter

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 7 Kunjungan

    Langit sudah mulai gelap, Anet yang baru saja menyelesaikan Co-Assnya segera berlari menuju halte busway yang tak jauh dari kampusnya. Hari ini merupakan hari pertama kunjungan yang harus Anet lakukan. Suara helaan nafas kembali terdengar, entah sudah berapa kali Anet menghela nafas mengingat hari ini dia harus kembali bertemu dengan lelaki bernama Bray yang merupakan orang paling angkuh yang pernah dilihatnya. "Ya, bagaimana tidak angkuh mengingat kekayaan dan semua yang dimilikinnya,"keluh Anet dalam hati. Anet malas berurusan dengan orang bernama Bray itu jika mengingat tatapan Bray terhadap dirinnya, begitu dalam dan membuat orang yang ditatapnya tidak nyaman. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan Anet memilih jauh-jauh dari orang itu.Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore saat Anet akhirnya menjejakan kakinnya didepan gedung pencakar langit didepannya, Anet segera melangkahkan kakinnya masuk tidak menghiraukan mata yang menatapnya aneh. Kemeja hitam dengan celana kain yang melekat

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 6 Jatuh Sakit

    "Belum Oma, sampai sekarang Bray masih mencari gadis bernama Anet itu."Bray memijat kepalannya yang pening, saat bangun dari tidurnya tadi Bray merasa kepalannya terasa sangat berat."Kalo begitu beri Oma kabar jika ada perkembangan terbaru dari Anet ya Bray....""Pasti Oma, Oma tenang saja dan istrirahat yang banyak di rumah ya Oma."Bray menutup panggilan di ponselnya dan meletakan ponselnya di meja kerjannya. Dia memejamkan matannya sejenak untuk menghilangkan sakit di kepalannya. "Selamat siang, perkenalkan nama saja Anatha, kalian bisa memanggilku Anet."Gadis dengan rambut panjang yang diikat kebelakang lengkap dengan kemeja putih serta celana kain berwarna hitam yang membalut kaki indahnya memasuki klinik dengan riang menyambut hari pertamannya bekerja."Halo Anet, perkenalkan saya dokter Indra yang merupakan atasan kamu disini."Seorang dokter berusia 50 tahun dilengkapi dengan jas putih khas dokter yang dikenakannya menyalami Anet sambil tersenyum ramah. "Mulai sekarang ka

  • Tempatmu di Sisiku    Chapter 5 Diterima atau Tidak?

    “Astaga, jam berapa ini?”Teriakan terdengar setelah sepersekian detik seorang gadis mungil kembali dari alam mimpinnya. Rambut hitamnya yang tidak tertata ditambah mata hitamnya yang masih menampilkan segala kelelahan dihari sebelumnya tidak mengurungkan gadis itu untuk segera berlari keluar dari kamar. Tidak memedulikan tatapan tetangga kosnya yang sudah sangat hapal dengan tingkah gadis itu yang selalu terjadi setiap paginnya.“Anet kesiangan lagi?”Teriak Ibu kos saat mendengar salah satu penghuni kosnya sedang berlari-lari menuju ke kamar mandi.“Iya Bu, alarm nya ga nyala lagi,”jawab Anet dengan lantang“Bukan engga nyala kali, kamu matiin tanpa sadar,”jawab salah satu anak kos yang sedang menyikat giginnya.Tidak memedulikan suara disekitarnya, Anet segera memasuki kamar mandi, dan mandi dengan sangat cepat tidak merasakan dinginnya air yang mengenai tubuhnya. Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi yang diburu-buru Anet segera berlari memberhentikan angkot dengan tujuan kamp

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 4 Pertemuan pertama

    "Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi."Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet da

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 3 Siapa dia ?

    "Rupannya kamu masih ingat ya punya Oma,”jawab Oma Amara judes sambil membuang muka dari hadapan laki-laki di hadapannya mendengar jawaban Oma Amara, pria dihadapan oma hanya menghela nafas berat dan mendudukan tubuh tingginya dikursi sebelah oma Amara."Oma maafkan Bray ya karena sudah datang terlambat. Bray sudah berusaha secepat mungkin dataang kemari. Saat mendengar Voice Note yang oma kirimkan bray sedang berada ditengah-tengah meeting penting.”Laki-laki yang baru saja datang itu adalah Bray Anggara, pria berwajah bak dewa yunani membuat siapa saja pasti menengokan kepalannya jika pria ini ada, memiliki tinggi 185 cm dengan aura dingin misterius membuat Bray menjadi salah satu Billioner muda yang menjadi incaran hyena-hyena lapar disekitarnya."Jadi Oma dengan pekerjaan, Bray masih lebih memilih pekerjaan”jawab Oma masih merajuk"Tidak Oma, Oma tetap selalu menjadi nomor satu”jawab Bray lembut.Hanya dihadapan Oma nya saja Bray menjadi sosok yang sangat berbeda. Setelah orang tua

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 2 Rumah sakit

    Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu."Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan."Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi."Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran."Permisi, saya mau daftar, Sus""Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut."Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tan

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 1 Sebuah Pilihan

    "Tolong…tolong….”Seketika sebuah suara membuyarkan lamunan Anet. Anet yang mendengar suara minta tolong segera berlari dan mengejar sumber suara meminta tolong yang didengarnya tadi, Anet segera memasuki ke gang di depannya. Kejadian didepannya membuatnya kaget, dia melihat seorang Nenek tua yang terjatuh dari kursi rodannya, nafas Nenek itu terlihat sesak. Ia terlihat sedang berusaha menggapai tasnya yang tercantel di kursi roda miliknya. Anet pun segera menghampiri Nenek dihadapannya."Nenek baik-baik saja?”tanya Anet sambil membantu Nenek itu untuk duduk"Tolong tasku, inhaler ku. Aku tidak bisa bernafas,”ucap Nenek terengah-engah.Mendengar itu Anet segera mengambil tas Nenek, dan segera mengambil inhaler didalamnya"Ini, Nek.”Anet segera membantu Nenek untuk duduk sambil menempelkan inhaler di mulut Nenek"Tarik nafas pelan-pelan, Nek.”Instruksi Anet sambil memegangi tubuh Nenek dan inhaler di tangannya. Setelah dilihat nafas Nenek mulai teratur Anet segera melepaskan inhaler d

DMCA.com Protection Status