Home / Romansa / Tempatmu di Sisiku / Chapter 7 Kunjungan

Share

Chapter 7 Kunjungan

last update Last Updated: 2022-06-20 23:56:56

Langit sudah mulai gelap, Anet yang baru saja menyelesaikan Co-Assnya segera berlari menuju halte busway yang tak jauh dari kampusnya. Hari ini merupakan hari pertama kunjungan yang harus Anet lakukan. Suara helaan nafas kembali terdengar, entah sudah berapa kali Anet menghela nafas mengingat hari ini dia harus kembali bertemu dengan lelaki bernama Bray yang merupakan orang paling angkuh yang pernah dilihatnya.

"Ya, bagaimana tidak angkuh mengingat kekayaan dan semua yang dimilikinnya,"keluh Anet dalam hati. Anet malas berurusan dengan orang bernama Bray itu jika mengingat tatapan Bray terhadap dirinnya, begitu dalam dan membuat orang yang ditatapnya tidak nyaman. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan Anet memilih jauh-jauh dari orang itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore saat Anet akhirnya menjejakan kakinnya didepan gedung pencakar langit didepannya, Anet segera melangkahkan kakinnya masuk tidak menghiraukan mata yang menatapnya aneh. Kemeja hitam dengan celana kain yang melekat dikakinnya ditambah dengan wajahnya membuat Anet sangat terlihat aneh berada di perusahaan milik Bray, dan tatapan orang semakin menghujani Anet begitu melihat gadis itu mengeluarkan kartu dan dengan santainnya memasuki lift yang hanya bisa diisi dengan orang-orang penting perusahaan. Pasalnya kartu yang dimiliki Anet merupakan kartu spesial dan terbatas hanya orang-orang pilihan yang bisa memiliki kartu itu. Bray memberikan kartu itu kepada Anet agar gadis itu dapat dengan mudah menemuinnya tanpa perlu bertemu dengan pegawainnya yang lain.

Ting....

Pintu lift terbuka, Anet segera melangkahkan kakinnya keluar dan langsung mengetok pintu hitam dihadapannya.

"Ngapain kamu langsung ketok-ketok keruangan pak Bray? Kamu engga lihat saya duduk disini?"

Suara nyaring memasuki telinga Anet begitu Anet mengetok ruangan didepannya.

"Kata pak Bray, saya bisa langsung ketok kalo saya sudah sampai."

"Oh iya? Jangan ngada-ngada ya. Udah banyak cewe diluar sana yang pakai cara yang sama buat menggoda pak Bray. Kamu jangan coba-coba udah engga akan berhasil."

Melihat tatapan mengejek dari wanita dihadapannya membuat mood Anet yang sudah buruk menjadi lebih buruk lagi.

"Pak Bray-"

"Saya yang menyuruh Anet untuk langsung masuk Bianca"

Ucapan Anet segera terpotong begitu mendengar suara berat Bray.

Perempuan dengan lipstick merah menyala serta pakaian ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan sangat jelas merupakan Bianca, sekretaris pribadi Bray dan merupakan salah satu dari wanita yang berharap menjadi nyonya Anggara dan menempati tempat disamping Bray. Bianca amat sangat membenci semua wanita yang dekat dengan bosnya, karena menurutnya dirinnya lah wanita yang paling tepat disamping Bray.

"Baik Pak, saya hanya takut kalau perempuan ini merupakan salah satu pengganggu Pak Bray,"ucap Bianca dengan nada menggoda ditambah dengan gerakan tubuhnya yang langsung berusaha mendekat Bray yang saat ini berdiri dihadapannya.

Bray segera menjauh saat Bianca dengan sengaja mendekati dirinnya.

"Ayo, Anet langsung masuk...Bianca lain kali tidak usah menanyai Anet, dan biarkan dia langsung masuk." Bray segera membuka pintunnya dan membiarkan Anet memasuki ruangannya.

Anet segera tersenyum senang saat melihat tatapan benci yang diberikan oleh Bianca begitu mendengar Bray meminta dirinnya untuk langsung masuk kedalam ruangannya serta penolak Bray terhadap dirinnya. Tapi rasa senang yang Anet rasakan tidak berlangsung lama begitu dirinnya tersadar bahwa di ruangan ini hanya ada dirinnya dan Bray, tidak ada dokter Indra yang menemaninnya.

"Bagaimana kondisi Pak Bray?"

Anet segera berusaha menjauh dari Bray yang masih berada didekatnya, sangat dekat hingga Anet bisa mencium aroma khas lelaki dari tubuh Bray. Bray yang melihat Anet salah tingkah hanya bisa tersenyum gemas.

"Saya tidak tahu, bagaimana kalau kamu memeriksannya? Bukankah untuk itu kamu datang."

Bray segera duduk di sofa miliknya, meminta Anet untuk segera duduk dihadapannya begitu melihat gadis itu hanya diam saja ditempat.

"Saya lihat sepertinnya kondisi Pak Bray sudah lebih baik. Apakah ada yang masih tidak enak?" Gadis itu tidak langsung menjawab ucapan Bray dan memilih melakukan pemeriksaan secara lisan, karena dilihatnya kondisi Bray sudah sangat membaik bahkan terlihat sudah sangat sehat.

"Ah, aku tidak tahu. Coba kamu periksa,"ucap Bray keras kepala ingin Anet berada didekatnya dan memeriksannya.

Anet yang tidak punya pilihan segera mendekati Bray dan mengeluarkan termometer dari tasnya, tidak lupa senter kecil miliknya yang selalu dibawannya.

Anet segera menyalakan termometernya dan segera meletakannya ditelinga Bray. Jarak Anet yang begitu dekat membuat Bray dapat mencium wangi bayi dari tubuh Anet serta wajah Anet yang begitu dekat dengan dirinnya memberikan Bray kesempatan untuk mengamati gadis itu lebih dekat.

Bola mata lebar dengan bulu mata yang lentik, alis yang tebal tanpa perlu ditambahkan pensil alis,serta bibir mungil yang menggemaskan, serta mata hitam yang begitu menenangkan dan tidak lupa sebuah tahi lalat kecil berada di atas bibirnya menambah kesan manis pada gadis kecil dihadapannya. Tubuh kecil Anet yang sangat membangkitkan rasa protektif laki-laki tidak terkecuali Bray yang sangat ingin merengkuh gadis dihadapannya.

Tit..tit..tit..

Bunyi termometer membuayarkan lamunan Bray.

"36.7...saya rasa sudah tidak demam,"ucap Anet begitu melihat angka yang tertera ditermometer yang dipegangnnya.

Anet segera menjuahi tubuh Bray, dia merasa begitu tidak nyaman karena pandangan Bray yang begitu dalam yang terus menerus menatapnya membuat dirinnya kesulitan bernafas.

Begitu Anet berusaha menjauh, sebuah tangan kokoh segera merengkuh pinggannya membuat tubuh mungilnya menabrak dada bidang milik Bray, hitam bertemu coklat , Anet segera berusaha mendorong tubuh didepannya meskipun sia-sia, tubuh laki-laki dihadapannya sama sekali tidak bergeming seberapa besarpun Anet berusaha mendorongnya.

"Bisakah kamu datang lagi besok?"

Related chapters

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 1 Sebuah Pilihan

    "Tolong…tolong….”Seketika sebuah suara membuyarkan lamunan Anet. Anet yang mendengar suara minta tolong segera berlari dan mengejar sumber suara meminta tolong yang didengarnya tadi, Anet segera memasuki ke gang di depannya. Kejadian didepannya membuatnya kaget, dia melihat seorang Nenek tua yang terjatuh dari kursi rodannya, nafas Nenek itu terlihat sesak. Ia terlihat sedang berusaha menggapai tasnya yang tercantel di kursi roda miliknya. Anet pun segera menghampiri Nenek dihadapannya."Nenek baik-baik saja?”tanya Anet sambil membantu Nenek itu untuk duduk"Tolong tasku, inhaler ku. Aku tidak bisa bernafas,”ucap Nenek terengah-engah.Mendengar itu Anet segera mengambil tas Nenek, dan segera mengambil inhaler didalamnya"Ini, Nek.”Anet segera membantu Nenek untuk duduk sambil menempelkan inhaler di mulut Nenek"Tarik nafas pelan-pelan, Nek.”Instruksi Anet sambil memegangi tubuh Nenek dan inhaler di tangannya. Setelah dilihat nafas Nenek mulai teratur Anet segera melepaskan inhaler d

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 2 Rumah sakit

    Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu."Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan."Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi."Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran."Permisi, saya mau daftar, Sus""Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut."Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tan

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 3 Siapa dia ?

    "Rupannya kamu masih ingat ya punya Oma,”jawab Oma Amara judes sambil membuang muka dari hadapan laki-laki di hadapannya mendengar jawaban Oma Amara, pria dihadapan oma hanya menghela nafas berat dan mendudukan tubuh tingginya dikursi sebelah oma Amara."Oma maafkan Bray ya karena sudah datang terlambat. Bray sudah berusaha secepat mungkin dataang kemari. Saat mendengar Voice Note yang oma kirimkan bray sedang berada ditengah-tengah meeting penting.”Laki-laki yang baru saja datang itu adalah Bray Anggara, pria berwajah bak dewa yunani membuat siapa saja pasti menengokan kepalannya jika pria ini ada, memiliki tinggi 185 cm dengan aura dingin misterius membuat Bray menjadi salah satu Billioner muda yang menjadi incaran hyena-hyena lapar disekitarnya."Jadi Oma dengan pekerjaan, Bray masih lebih memilih pekerjaan”jawab Oma masih merajuk"Tidak Oma, Oma tetap selalu menjadi nomor satu”jawab Bray lembut.Hanya dihadapan Oma nya saja Bray menjadi sosok yang sangat berbeda. Setelah orang tua

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 4 Pertemuan pertama

    "Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi."Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet da

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku    Chapter 5 Diterima atau Tidak?

    “Astaga, jam berapa ini?”Teriakan terdengar setelah sepersekian detik seorang gadis mungil kembali dari alam mimpinnya. Rambut hitamnya yang tidak tertata ditambah mata hitamnya yang masih menampilkan segala kelelahan dihari sebelumnya tidak mengurungkan gadis itu untuk segera berlari keluar dari kamar. Tidak memedulikan tatapan tetangga kosnya yang sudah sangat hapal dengan tingkah gadis itu yang selalu terjadi setiap paginnya.“Anet kesiangan lagi?”Teriak Ibu kos saat mendengar salah satu penghuni kosnya sedang berlari-lari menuju ke kamar mandi.“Iya Bu, alarm nya ga nyala lagi,”jawab Anet dengan lantang“Bukan engga nyala kali, kamu matiin tanpa sadar,”jawab salah satu anak kos yang sedang menyikat giginnya.Tidak memedulikan suara disekitarnya, Anet segera memasuki kamar mandi, dan mandi dengan sangat cepat tidak merasakan dinginnya air yang mengenai tubuhnya. Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi yang diburu-buru Anet segera berlari memberhentikan angkot dengan tujuan kamp

    Last Updated : 2022-06-09
  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 6 Jatuh Sakit

    "Belum Oma, sampai sekarang Bray masih mencari gadis bernama Anet itu."Bray memijat kepalannya yang pening, saat bangun dari tidurnya tadi Bray merasa kepalannya terasa sangat berat."Kalo begitu beri Oma kabar jika ada perkembangan terbaru dari Anet ya Bray....""Pasti Oma, Oma tenang saja dan istrirahat yang banyak di rumah ya Oma."Bray menutup panggilan di ponselnya dan meletakan ponselnya di meja kerjannya. Dia memejamkan matannya sejenak untuk menghilangkan sakit di kepalannya. "Selamat siang, perkenalkan nama saja Anatha, kalian bisa memanggilku Anet."Gadis dengan rambut panjang yang diikat kebelakang lengkap dengan kemeja putih serta celana kain berwarna hitam yang membalut kaki indahnya memasuki klinik dengan riang menyambut hari pertamannya bekerja."Halo Anet, perkenalkan saya dokter Indra yang merupakan atasan kamu disini."Seorang dokter berusia 50 tahun dilengkapi dengan jas putih khas dokter yang dikenakannya menyalami Anet sambil tersenyum ramah. "Mulai sekarang ka

    Last Updated : 2022-06-09

Latest chapter

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 7 Kunjungan

    Langit sudah mulai gelap, Anet yang baru saja menyelesaikan Co-Assnya segera berlari menuju halte busway yang tak jauh dari kampusnya. Hari ini merupakan hari pertama kunjungan yang harus Anet lakukan. Suara helaan nafas kembali terdengar, entah sudah berapa kali Anet menghela nafas mengingat hari ini dia harus kembali bertemu dengan lelaki bernama Bray yang merupakan orang paling angkuh yang pernah dilihatnya. "Ya, bagaimana tidak angkuh mengingat kekayaan dan semua yang dimilikinnya,"keluh Anet dalam hati. Anet malas berurusan dengan orang bernama Bray itu jika mengingat tatapan Bray terhadap dirinnya, begitu dalam dan membuat orang yang ditatapnya tidak nyaman. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan Anet memilih jauh-jauh dari orang itu.Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore saat Anet akhirnya menjejakan kakinnya didepan gedung pencakar langit didepannya, Anet segera melangkahkan kakinnya masuk tidak menghiraukan mata yang menatapnya aneh. Kemeja hitam dengan celana kain yang melekat

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 6 Jatuh Sakit

    "Belum Oma, sampai sekarang Bray masih mencari gadis bernama Anet itu."Bray memijat kepalannya yang pening, saat bangun dari tidurnya tadi Bray merasa kepalannya terasa sangat berat."Kalo begitu beri Oma kabar jika ada perkembangan terbaru dari Anet ya Bray....""Pasti Oma, Oma tenang saja dan istrirahat yang banyak di rumah ya Oma."Bray menutup panggilan di ponselnya dan meletakan ponselnya di meja kerjannya. Dia memejamkan matannya sejenak untuk menghilangkan sakit di kepalannya. "Selamat siang, perkenalkan nama saja Anatha, kalian bisa memanggilku Anet."Gadis dengan rambut panjang yang diikat kebelakang lengkap dengan kemeja putih serta celana kain berwarna hitam yang membalut kaki indahnya memasuki klinik dengan riang menyambut hari pertamannya bekerja."Halo Anet, perkenalkan saya dokter Indra yang merupakan atasan kamu disini."Seorang dokter berusia 50 tahun dilengkapi dengan jas putih khas dokter yang dikenakannya menyalami Anet sambil tersenyum ramah. "Mulai sekarang ka

  • Tempatmu di Sisiku    Chapter 5 Diterima atau Tidak?

    “Astaga, jam berapa ini?”Teriakan terdengar setelah sepersekian detik seorang gadis mungil kembali dari alam mimpinnya. Rambut hitamnya yang tidak tertata ditambah mata hitamnya yang masih menampilkan segala kelelahan dihari sebelumnya tidak mengurungkan gadis itu untuk segera berlari keluar dari kamar. Tidak memedulikan tatapan tetangga kosnya yang sudah sangat hapal dengan tingkah gadis itu yang selalu terjadi setiap paginnya.“Anet kesiangan lagi?”Teriak Ibu kos saat mendengar salah satu penghuni kosnya sedang berlari-lari menuju ke kamar mandi.“Iya Bu, alarm nya ga nyala lagi,”jawab Anet dengan lantang“Bukan engga nyala kali, kamu matiin tanpa sadar,”jawab salah satu anak kos yang sedang menyikat giginnya.Tidak memedulikan suara disekitarnya, Anet segera memasuki kamar mandi, dan mandi dengan sangat cepat tidak merasakan dinginnya air yang mengenai tubuhnya. Setelah menyelesaikan segala rutinitas pagi yang diburu-buru Anet segera berlari memberhentikan angkot dengan tujuan kamp

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 4 Pertemuan pertama

    "Halo Bu, maaf sekali bu saya sedang ada urusan. Sebentar lagi saya akan ke sana bu.”Terdengar suara gadis mungil itu dari depan kamar mandi."Bu jangan pecat saya Bu, saya masih butuh pekerjaan ini..bu...bu...halo….”Hanya terdengar suara telepon diputus dari sebrang sana. Gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil berkali-kali mengacak rambutnya yang memang sudah sangat berantakan.“Hari ini terjadi banyak hal didalam hidupku, aku dimarahi dokter pembimbingku di pagi hari karena pasien yang sudah aku janjikan tidak bisa datang hari ini, aku bertemu dengan Oma Amara dan yang terakhir surprise… aku dipecat dari pekerjaanku. Lengkap sudah perjalanan hidupku, sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan kuliahku kalo aku sendiri sudah tidak punya pekerjaan, uang tabunganku yang tidak banyak juga sudah habis untuk biaya pengobatan Oma Amara. Bukan aku menyesal telah menolong Oma baik hati didalam sana, tapi sekarang aku benar-benar pusing memikirkan apa yang terjadi nanti,”ucap Anet da

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 3 Siapa dia ?

    "Rupannya kamu masih ingat ya punya Oma,”jawab Oma Amara judes sambil membuang muka dari hadapan laki-laki di hadapannya mendengar jawaban Oma Amara, pria dihadapan oma hanya menghela nafas berat dan mendudukan tubuh tingginya dikursi sebelah oma Amara."Oma maafkan Bray ya karena sudah datang terlambat. Bray sudah berusaha secepat mungkin dataang kemari. Saat mendengar Voice Note yang oma kirimkan bray sedang berada ditengah-tengah meeting penting.”Laki-laki yang baru saja datang itu adalah Bray Anggara, pria berwajah bak dewa yunani membuat siapa saja pasti menengokan kepalannya jika pria ini ada, memiliki tinggi 185 cm dengan aura dingin misterius membuat Bray menjadi salah satu Billioner muda yang menjadi incaran hyena-hyena lapar disekitarnya."Jadi Oma dengan pekerjaan, Bray masih lebih memilih pekerjaan”jawab Oma masih merajuk"Tidak Oma, Oma tetap selalu menjadi nomor satu”jawab Bray lembut.Hanya dihadapan Oma nya saja Bray menjadi sosok yang sangat berbeda. Setelah orang tua

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 2 Rumah sakit

    Sesampainnya di rumah sakit Anet segera mendorong kursi roda Nenek menuju IGD, IGD terlihat begitu sepi hari itu."Sus, tolong Nenek saya terluka.”Cegat Anet begitu melihat salah seorang suster berjalan kedepan."Tunggu sebentar disana ya mba, ini lagi rame soalnya igdnya,”jawab suster sembari menunjuk tempat duduk di ruang tunggu.Anet hanya mengerutkan alisnya bingung, pasalnya IGD terlihat begitu sepi saat itu. Tapi Anet tetap berusaha berpikiran positif, ia segera mendorong kursi roda ketempat yang ditunjuk suster tadi."Nenek, tunggu disini sebentar ya. Anet coba daftar dulu,”Nenek hanya mengangguk mendengar ucapan Anet. Anet segera berjalan mendekati loket pendaftaran."Permisi, saya mau daftar, Sus""Baik diisi dulu formulirnya.”Anet segera mengambil formulir yang sudah diberikan suster tersebut."Sus kalo ngisinnya nanti bagaimana? Saya bertemu dengan beliau di jalan, saya tidak tau namannya, apakah bisa di obati terlebih dahulu? Karena tadi darah yang keluar cukup banyak,”tan

  • Tempatmu di Sisiku   Chapter 1 Sebuah Pilihan

    "Tolong…tolong….”Seketika sebuah suara membuyarkan lamunan Anet. Anet yang mendengar suara minta tolong segera berlari dan mengejar sumber suara meminta tolong yang didengarnya tadi, Anet segera memasuki ke gang di depannya. Kejadian didepannya membuatnya kaget, dia melihat seorang Nenek tua yang terjatuh dari kursi rodannya, nafas Nenek itu terlihat sesak. Ia terlihat sedang berusaha menggapai tasnya yang tercantel di kursi roda miliknya. Anet pun segera menghampiri Nenek dihadapannya."Nenek baik-baik saja?”tanya Anet sambil membantu Nenek itu untuk duduk"Tolong tasku, inhaler ku. Aku tidak bisa bernafas,”ucap Nenek terengah-engah.Mendengar itu Anet segera mengambil tas Nenek, dan segera mengambil inhaler didalamnya"Ini, Nek.”Anet segera membantu Nenek untuk duduk sambil menempelkan inhaler di mulut Nenek"Tarik nafas pelan-pelan, Nek.”Instruksi Anet sambil memegangi tubuh Nenek dan inhaler di tangannya. Setelah dilihat nafas Nenek mulai teratur Anet segera melepaskan inhaler d

DMCA.com Protection Status