Alice menjadi kikuk sendiri. Apakah ia baru saja salah bicara kepada Jordi? Rasanya ia baru menyesali sekarang karena terlalu jujur kepada pria itu. "Ya ... kan gue mau loe menyingkir. Jadi ... anggap aja Nino sebagai tameng gue yang terakhir." Alice bermain dengan kaos Jordi, memelintirnya berulang kali."Ampun deh, Alice. Apa loe gak tahu kalau gue cemburu setengah mati? Rasanya pengen gue timpuk aja tuh Nino," ujar Jordi yang sangat kesal karena sudah dipermainkan Alice."Ya ... ya maaf dong. Tadinya gue pikir loe bisa menyingkir. Eh tahunya ... loe malah bawa gue ke apartemen." Alice tidak berani menatap mata Jordi. Ia hanya terfokus ke bibir Jordi yang sedari tadi mengomel. Entah kenapa bibir itu terlihat sangat menggiurkan untuk ditutup oleh bibir Alice. Cerewet seperti emak-emak kekurangan minyak goreng."Jangan pernah melakukan hal itu lagi ya! Atau gue ..." ancam Jordi.Seketika Alice menarik wajah Jordi untuk mendekati wajahnya, membungkam bibir yang sedari tadi menggodanya
Jordi tersenyum nakal kepada Alice yang sangat ingin tahu sekali tentang apa saja yang telah ia lakukan kepada para mantannya. Dasar Alice ini memang tingkat keponya sangat tinggi. Tapi hal ini malah membuat Jordi senang, lebih tepatnya gemas terhadap sang wanita pujaan hati."Hmm ... apa ya?""Wah ... kayaknya udah parah banget," ejek Alice yang pura-pura sebal dengan Jordi."Gue udah ... begini." Jordi mencium bibir Alice dengan sangat cepat."Ah ... sama pacar yang mana?" Alice mengangguk-angguk seperti seorang mandor kepada Jordi. Mandor yang mengetahui bahwa bawahannya sedang berbuat salah dan siap menghukum bawahannya itu."Hmm ... yang mana ya. Gue sampai lupa loh. Berapa sih total pacar gue selama tujuh tahun ini?" Jordi pura-pura berpikir dan memang berniat menggoda Alice."Bentar gue ingat-ingat dulu. Hmm ... Anna, Ghea, Irene, Eva, Lia, Victoria, Denisa, hmm ... siapa lagi ya? Hana, aduh ... pusing! Pacar loe banyak banget!" Alice menyebutkan mantan-mantan dari Jordi. Saking
"Karena gue gak mau loe pergi sama pria lain. Apalagi ada pria yang ngapelin loe di sabtu atau minggu. Gue gak rela, jadi dengan sangat memaksa dan darurat, gue membawa loe kemanapun gue nge-date sama perempuan-perempuan itu.""Gila loe!" umpat Alice yang sangat kesal. "Gue itu rasa jadi nyamuk saat loe nge-date," protes Alice sambil memukul dada Jordi pelan."Gak salah loe?""Ya enggaklah." Alice mencebik."Yang jadi nyamuk itu ya para perempuan pilihan mama. Coba loe perhatiin deh ... gue minum di gelas yang sama sama loe. Gue malah nanya sama loe ... sukanya film apa dan gilanya lagi, loe itu milih film action, thriller, horor. Ampun deh gue."Alice terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh Jordi. Bahkan para mantan Jordi itu tidak pernah ditanya mau makan apa, mau nonton apa, mau minum apa? Semua Jordi tanyakan kepada Alice. Pantas saja para perempuan itu sangat marah kepada Alice. Hmm ... Alice baru sadar sekarang setelah diberitahu oleh Jordi."Nah ... terus kalau nganterin pul
Alice sendiri tidak bisa berpikir jernih saat sudah bersentuhan dengan Jordi. Ia harus bertindak sebelum kebablasan lagi. "Ok, stop!" Alice menjauhkan tubuhnya dari Jordi dan merapikan lagi pakaiannya. Ia pindah ke tempat duduk yang sedikit jauh dari Jordi."Maaf ya. Gue benar-benar sulit mengendalikan diri." Jordi memperbaiki posisinya menjadi duduk di sebelah Alice."Maaf juga. Aduh ... semenjak sama loe, gue kenapa otaknya jadi mesum gini ya, Jor?" Alice menggaruk kepalanya sendiri. Bingung dengan perubahan kelakuan yang terjadi kepada dirinya karena Jordi."Bukan karena gue. Tapi loe aja yang udah sangat pengen.""Ish!""Oh ya ... ngomong-ngomong tentang masa lalu ya ... hmm loe ingat gak sih yang namanya Alan, yang ketua OSIS itu?""Ingat. Kenapa dengan dia?""Dia itu mau nembak loe.""Hah ... idola di SMA mau nembak gue? Keren banget ... tapi kenapa gak ada omongan nembaknya ya?" Alice menggaruk kepalanya, tidak habis pikir."Karena gue bilang sama dia ... kalau loe itu LESBIAN!
Awalnya Jordi dan Alice tidak mempedulikannya. Membiarkan ponsel itu mati sendiri. Tapi berulang kali bunyi ponsel itu membuyarkan gairah antara Jordi dan Alice sehingga Alice menghentikan aksinya yang berada di atas tubuh Jordi."Jor ... telepon. Angkat dulu!""Ish ... males.""Angkat! Ponsel kamu berisi banget," protes Alice yang menjauhkan wajah Jordi dari wajahnya dengan kedua tangan Alice."Ok. Dasar telepon pengganggu kesenangan orang lain." Jordi mencebik. Aktivitas menyenangkannya disela oleh telepon yang entahlah siapa itu. Yang pasti sangat mengganggu.Jordi segera mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan melihat caller Id si pemanggil.Ia mengerenyitkan dahi karena tidak tahu siapa yang meneleponnya. Caller id tidak dikenal."Siapa?" tanya Alice penasaran."Gak tahu." Jordi menggelengkan kepalanya."Coba angkat. Kali aja penting."Alice segera menyingkir dari atas tubuh Jordi menjadi duduk di samping sofa panas itu."Halo." Jordi menjawab panggilannya."Selamat siang,
"Tidak ada." Alice menggeleng dengan senyumnya yang innocent."Ya elah. Sayang banget dong waktu terbuang percuma.""Gimana kalau kita saling menatap aja?""Menatap?" Jordi mengernyitkan dahinya. sungguh aneh permintaan Alice baginya. Menatap? Apa gunanya? Bisa-bisa saat Jordi menatap ke dalam mata Alice, yang ada Jordi segera menerkam Alice dengan ganasnya."Iya. Coba saling tatap.""Gak ngerti." Jordi menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Gini."Alice menatap manik Jordi dan begitupun sebaliknya. Anggap saja melihat ke jiwa masing-masing. Tapi akhirnya Jordi kalah. Ia tertawa terlebih dahulu."Sudahlah. Gue lebih baik minum aja daripada ngeliatin loe kayak gitu. Bisa pingsan lama-lama." Jordi mengakhiri sesi anehnya bersama Alice. Lebih baik ia minum daripada berpikiran kotor terus-menerus tentang Alice.Tidak lama kemudian, ada panggilan di ponsel Jordi yang mengatakan bahwa makanan sudah ada di lobi."Jor, makanan udah datang nih. Abangnya udah tunggu di bawah.""Loe yang ambil aj
"I-iya." Alice mengangguk mengerti."Ayo."Alice mengikuti Hana dari belakang. Ia segera menempelkan kartu untuk masuk ke dalam lift. Di dalam lift, Alice segera mundur dan mengetikkan pesan kepada Jordi. Semoga saja Jordi bisa membaca pesannya sebelum Hana datang ke unit apartemen Jordi.Alice : Jor, ada Hana. Loe siap-siap! Gue bilang loe sakit panas dan batuk."Loe chatting sama siapa?" tanya Hana yang curiga kepada Alice."Ah ... pacar gue. Dia baru pulang dari luar kota." Alice berbohong kepada Hana."Oh. Ya udah. Kalau pacar loe pulang, sebaiknya loe juga gak usah ada di sini lagi."Alice mengangguk."Jordi! Baca chat gue. ARGH!" teriak Alice di dalam hatinya. Ia melihat chatnya masih centang dua saja. Artinya belum sama sekali dibaca oleh Jordi. Entah kemana Jordi pergi sehingga tidak memegang ponselnya sendiri.Sungguh … Alice ingin menjewer telinga Jordi sekarang.TING!Pintu apartemen terbuka dan terlihatlah lorong untuk menuju ke unit apartemen Jordi."Loe tunggu di sini aja
“Tapi gue itu kan tunangan loe, Jor! Masa Alice yang merawat loe? Harusnya itu gue!” Hana tidak terima dengan perlakuan Jordi.Sangat aneh bagi Hana karena ia merasa bukan siapa-siapa bagi Jordi. Malah terlihat Alice lebih penting dari dirinya.“Iya. Tapi gue gak suka kalau loe ada di apartemen gue? Ngerti?” Tatapan Jordi seakan sudah malah meladeni Hana. Ia sangat tidak suka terhadap wanita yang terlalu agresif seperti Hana.“Tapi Jor …”“Udah … loe pulang aja. Gue mau sama Alice aja. Dimana Alice?”Jordi mencari ke sekelilingnya dan ternyata Alice masih ada di depan pintu lift. Ia segera pergi ke arah lift, tapi sebelumnya, Jordi sudah menutup pintu apartemennya rapat-rapat. Jordi menatap Alice yang terlihat enggan untuk ikut Jordi ke dalam unit apartemennya lagi.“Udah, Jor … loe sama Hana duluan. Gue … gue mau ambil tas dulu.”Mata Alice seakan memberikan kode kepada Jordi. Ia tidak mau bermasalah dengan Hana nantinya.“Loe ikut gue!” tegas Jordi yang tidak mau dibantah oleh Alice.