"Tidak ada." Alice menggeleng dengan senyumnya yang innocent."Ya elah. Sayang banget dong waktu terbuang percuma.""Gimana kalau kita saling menatap aja?""Menatap?" Jordi mengernyitkan dahinya. sungguh aneh permintaan Alice baginya. Menatap? Apa gunanya? Bisa-bisa saat Jordi menatap ke dalam mata Alice, yang ada Jordi segera menerkam Alice dengan ganasnya."Iya. Coba saling tatap.""Gak ngerti." Jordi menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Gini."Alice menatap manik Jordi dan begitupun sebaliknya. Anggap saja melihat ke jiwa masing-masing. Tapi akhirnya Jordi kalah. Ia tertawa terlebih dahulu."Sudahlah. Gue lebih baik minum aja daripada ngeliatin loe kayak gitu. Bisa pingsan lama-lama." Jordi mengakhiri sesi anehnya bersama Alice. Lebih baik ia minum daripada berpikiran kotor terus-menerus tentang Alice.Tidak lama kemudian, ada panggilan di ponsel Jordi yang mengatakan bahwa makanan sudah ada di lobi."Jor, makanan udah datang nih. Abangnya udah tunggu di bawah.""Loe yang ambil aj
"I-iya." Alice mengangguk mengerti."Ayo."Alice mengikuti Hana dari belakang. Ia segera menempelkan kartu untuk masuk ke dalam lift. Di dalam lift, Alice segera mundur dan mengetikkan pesan kepada Jordi. Semoga saja Jordi bisa membaca pesannya sebelum Hana datang ke unit apartemen Jordi.Alice : Jor, ada Hana. Loe siap-siap! Gue bilang loe sakit panas dan batuk."Loe chatting sama siapa?" tanya Hana yang curiga kepada Alice."Ah ... pacar gue. Dia baru pulang dari luar kota." Alice berbohong kepada Hana."Oh. Ya udah. Kalau pacar loe pulang, sebaiknya loe juga gak usah ada di sini lagi."Alice mengangguk."Jordi! Baca chat gue. ARGH!" teriak Alice di dalam hatinya. Ia melihat chatnya masih centang dua saja. Artinya belum sama sekali dibaca oleh Jordi. Entah kemana Jordi pergi sehingga tidak memegang ponselnya sendiri.Sungguh … Alice ingin menjewer telinga Jordi sekarang.TING!Pintu apartemen terbuka dan terlihatlah lorong untuk menuju ke unit apartemen Jordi."Loe tunggu di sini aja
“Tapi gue itu kan tunangan loe, Jor! Masa Alice yang merawat loe? Harusnya itu gue!” Hana tidak terima dengan perlakuan Jordi.Sangat aneh bagi Hana karena ia merasa bukan siapa-siapa bagi Jordi. Malah terlihat Alice lebih penting dari dirinya.“Iya. Tapi gue gak suka kalau loe ada di apartemen gue? Ngerti?” Tatapan Jordi seakan sudah malah meladeni Hana. Ia sangat tidak suka terhadap wanita yang terlalu agresif seperti Hana.“Tapi Jor …”“Udah … loe pulang aja. Gue mau sama Alice aja. Dimana Alice?”Jordi mencari ke sekelilingnya dan ternyata Alice masih ada di depan pintu lift. Ia segera pergi ke arah lift, tapi sebelumnya, Jordi sudah menutup pintu apartemennya rapat-rapat. Jordi menatap Alice yang terlihat enggan untuk ikut Jordi ke dalam unit apartemennya lagi.“Udah, Jor … loe sama Hana duluan. Gue … gue mau ambil tas dulu.”Mata Alice seakan memberikan kode kepada Jordi. Ia tidak mau bermasalah dengan Hana nantinya.“Loe ikut gue!” tegas Jordi yang tidak mau dibantah oleh Alice.
Alice menggeleng.“Karena loe itu gak peduli penampilan loe yang blepotan saat makan. Loe gak pakai acara diet. Loe gak ribet soal makanan. Loe itu sederhana. Simple banget,” puji Jordi.“Ini loe lagi memuji apa ngehina?”“Gue ini serius memuji. Masa menghina sih?”Jordi mengelap bumbu kacang di bibir Alice dengan jempolnya lalu ia menjilat sendiri jempolnya yang terkena bumbu kacang. Entah kenapa rasa bumbu kacang itu terasa lebih enak. Mungkin kalau ia membersihkannya dari bibir Alice secara langsung dari bibirnya … akan terasa lebih enak lagi. “Ya ampun … pikiran mesum. Kenapa sih kalau lihat bibir Alice, rasanya gue ingin langsung menyambarnya saja?” rutuk Jordi di dalam hatinya sendiri.“Kenapa, Jor?”“E-enggak.”Pertanyaan dari Alice membuyarkan lamunan mesum Jordi.“Ya udah, gue pulang dulu ya. Sebentar lagi mama pulang.”“Kenapa cepet banget? Temenin gue disini lah.”“Enggak ah. Nanti mama loe datang terus ngelabrak gue lagi. Mateng dah.”“Ya elah. Gak usah takut lah. Kan loe b
Alice membuka pintu unit apartemen Jordi dan saat dibuka, betapa terkejutnya Alice dan Jordi. Ternyata Hana masih menunggu, duduk diam di samping pintu.“Ha-Hana …” Alice terperangah.Sudah hampir satu jam Alice berada di apartemen Jordi, ternyata Hana masih terus menunggunya untuk keluar. Alice sama sekali tidak menyangka.Hana bangkit berdiri. Matanya sudah dipenuhi oleh deraian air mata yang membasahi pipinya.“Apa yang kalian lakukan di dalam?” tanya Hana dengan matanya yang penuh dengan kecurigaan.“Gue tidak melakukan apapun.”“Bohong!” teriak Hana.“Tidak. Serius gue tidak melakukan apapun.”Alice masih mencoba meyakinkan Hana, tapi sepertinya Hana sama sekali tidak percaya terhadap dirinya.“Gue mau bicara sama loe! Berdua.” Hana dengan tatapan menyalangnya seakan mengancam Alice.“Apa yang mau loe bicarain dengan Alice?” Jordi menghentikan langkah Hana dengan menarik tangan Alice. Ia tidak mau ada pengancaman terhadap Alice sehingga nanti Alice bisa meninggalkannya karena tida
“Hah … maksudnya?” Hana tidak mengerti.“Jadi apa yang loe mau bicarakan dengan Alice?”“Gu-gue …”“Dengar ya, Hana. Hubungan kita yang aneh begini bukan salahnya Alice. Dia itu sahabat gue yang terbaik. Jadi gue harap loe gak mojokin Alice sama sekali.” Jordi menatap Hana dengan sangat tegas. Memastikan bahwa gadis itu tidak akan bertindak aneh-aneh terhadap kekasihnya yang masih dikatakan sebagai sahabat itu.“Tapi … gue itu tunangan loe, Jor. Harusnya …”“CALON TUNANGAN!” potong Jordi.“Iya. Calon TUNANGAN. Tapi itu artinya gue lebih berhak untuk mengurus loe waktu loe sakit. Bukan Alice,” protes Hana yang tidak terima.“Hmm … masalah pertunangan ini. Apa gak sebaiknya kita batalkan saja?”“Kenapa? Memang apa masalah di antara kita berdua?” Hana terkejut.“Gue rasa kita udah sama-sama dewasa. Kita juga tahu hati satu sama lain. Harusnya loe juga sangat bisa merasakan kalau gue gak ada hati sama sekali ke loe.”Hana terdiam.“Gue sama sekali gak bisa melanjutkan pertunangan tanpa hat
“Ya … gue minta putus. Gue minta mengakhiri bualan gak jelas ini, eh loe malah berpikir bisa menjadi istri yang terbaik buat gue. Aneh loe.”“Gue gak aneh. Gue itu …”“Udahlah. Gak usah diperpanjang lagi. Nanti gue akan bilang sama orang tua gue dan orang tua loe kalau gue mau membatalkan pertunangan kita sebulan lagi itu,” potong Jordi yang tidak mau semakin mendengar hal yang menurutnya tidak jelas itu. Malas rasanya Jordi mendengarkan semua ucapan Hana.Kalau bukan karena ingin membuat Alice pergi dengan tenang dan tanpa tekanan, Jordi tidak akan sudi membiarkan Hana masuk ke dalam apartemennya. Lebih baik Jordi tidur.“Jor … gak bisa gitu dong!” Hana tidak terima.“Kenapa juga gak bisa?”“Semua venue udah selesai hampir sembilan puluh persen.”“Gue bayar semuanya. Loe gak usah takut rugi. Lagipula … semua itu gue yang bayarkan? Maksudnya … mama gue.”Hana mengangguk.“Jadi harusnya loe gak rugi apapun dong.” Jordi sangat santai.“Ta-tapi … ”“Sudahlah, Han. Apa loe mau hidup dan me
“Gue gak percaya. Loe melakukan semua ini cuma supaya gue menjauh.”“Terserah sih loe mau percaya apa gak. Bukan urusan gue.”Jordi menggedikkan bahunya.Hana menarik nafas dalam-dalam. Otaknya sudah tidak berfungsi lagi. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan Jordi.Sementara Jordi, ia merasa sudah berada di atas angin. Seharusnya Hana menyerah dengan semua kata menyakitkan yang keluar dari mulut Jordi.Tidak disangka oleh Jordi, Hana malah berdiri. Membuka kancing kemejanya satu per satu hingga hampir sampai ke kancing paling bawah.“Loe mau apa?” hardik Jordi yang segera menghentikan apa yang akan dilakukan Hana selanjutnya.“Gue mau buktiin kalau loe beneran fuckboy seperti yang loe katakan tadi. Ayo … gue mau coba bercinta sama loe,” tantang Hana. Matanya sangat tajam saat menatap mata Jordi.GLEK!Terdengar Jordi menelan salivanya sendiri. Tangan Jordi masih berada di salah satu tangan Hana untuk menghentikan gadis itu membuka pakaiannya.“Gue gak tertarik sam