Alice menggeleng.“Karena loe itu gak peduli penampilan loe yang blepotan saat makan. Loe gak pakai acara diet. Loe gak ribet soal makanan. Loe itu sederhana. Simple banget,” puji Jordi.“Ini loe lagi memuji apa ngehina?”“Gue ini serius memuji. Masa menghina sih?”Jordi mengelap bumbu kacang di bibir Alice dengan jempolnya lalu ia menjilat sendiri jempolnya yang terkena bumbu kacang. Entah kenapa rasa bumbu kacang itu terasa lebih enak. Mungkin kalau ia membersihkannya dari bibir Alice secara langsung dari bibirnya … akan terasa lebih enak lagi. “Ya ampun … pikiran mesum. Kenapa sih kalau lihat bibir Alice, rasanya gue ingin langsung menyambarnya saja?” rutuk Jordi di dalam hatinya sendiri.“Kenapa, Jor?”“E-enggak.”Pertanyaan dari Alice membuyarkan lamunan mesum Jordi.“Ya udah, gue pulang dulu ya. Sebentar lagi mama pulang.”“Kenapa cepet banget? Temenin gue disini lah.”“Enggak ah. Nanti mama loe datang terus ngelabrak gue lagi. Mateng dah.”“Ya elah. Gak usah takut lah. Kan loe b
Alice membuka pintu unit apartemen Jordi dan saat dibuka, betapa terkejutnya Alice dan Jordi. Ternyata Hana masih menunggu, duduk diam di samping pintu.“Ha-Hana …” Alice terperangah.Sudah hampir satu jam Alice berada di apartemen Jordi, ternyata Hana masih terus menunggunya untuk keluar. Alice sama sekali tidak menyangka.Hana bangkit berdiri. Matanya sudah dipenuhi oleh deraian air mata yang membasahi pipinya.“Apa yang kalian lakukan di dalam?” tanya Hana dengan matanya yang penuh dengan kecurigaan.“Gue tidak melakukan apapun.”“Bohong!” teriak Hana.“Tidak. Serius gue tidak melakukan apapun.”Alice masih mencoba meyakinkan Hana, tapi sepertinya Hana sama sekali tidak percaya terhadap dirinya.“Gue mau bicara sama loe! Berdua.” Hana dengan tatapan menyalangnya seakan mengancam Alice.“Apa yang mau loe bicarain dengan Alice?” Jordi menghentikan langkah Hana dengan menarik tangan Alice. Ia tidak mau ada pengancaman terhadap Alice sehingga nanti Alice bisa meninggalkannya karena tida
“Hah … maksudnya?” Hana tidak mengerti.“Jadi apa yang loe mau bicarakan dengan Alice?”“Gu-gue …”“Dengar ya, Hana. Hubungan kita yang aneh begini bukan salahnya Alice. Dia itu sahabat gue yang terbaik. Jadi gue harap loe gak mojokin Alice sama sekali.” Jordi menatap Hana dengan sangat tegas. Memastikan bahwa gadis itu tidak akan bertindak aneh-aneh terhadap kekasihnya yang masih dikatakan sebagai sahabat itu.“Tapi … gue itu tunangan loe, Jor. Harusnya …”“CALON TUNANGAN!” potong Jordi.“Iya. Calon TUNANGAN. Tapi itu artinya gue lebih berhak untuk mengurus loe waktu loe sakit. Bukan Alice,” protes Hana yang tidak terima.“Hmm … masalah pertunangan ini. Apa gak sebaiknya kita batalkan saja?”“Kenapa? Memang apa masalah di antara kita berdua?” Hana terkejut.“Gue rasa kita udah sama-sama dewasa. Kita juga tahu hati satu sama lain. Harusnya loe juga sangat bisa merasakan kalau gue gak ada hati sama sekali ke loe.”Hana terdiam.“Gue sama sekali gak bisa melanjutkan pertunangan tanpa hat
“Ya … gue minta putus. Gue minta mengakhiri bualan gak jelas ini, eh loe malah berpikir bisa menjadi istri yang terbaik buat gue. Aneh loe.”“Gue gak aneh. Gue itu …”“Udahlah. Gak usah diperpanjang lagi. Nanti gue akan bilang sama orang tua gue dan orang tua loe kalau gue mau membatalkan pertunangan kita sebulan lagi itu,” potong Jordi yang tidak mau semakin mendengar hal yang menurutnya tidak jelas itu. Malas rasanya Jordi mendengarkan semua ucapan Hana.Kalau bukan karena ingin membuat Alice pergi dengan tenang dan tanpa tekanan, Jordi tidak akan sudi membiarkan Hana masuk ke dalam apartemennya. Lebih baik Jordi tidur.“Jor … gak bisa gitu dong!” Hana tidak terima.“Kenapa juga gak bisa?”“Semua venue udah selesai hampir sembilan puluh persen.”“Gue bayar semuanya. Loe gak usah takut rugi. Lagipula … semua itu gue yang bayarkan? Maksudnya … mama gue.”Hana mengangguk.“Jadi harusnya loe gak rugi apapun dong.” Jordi sangat santai.“Ta-tapi … ”“Sudahlah, Han. Apa loe mau hidup dan me
“Gue gak percaya. Loe melakukan semua ini cuma supaya gue menjauh.”“Terserah sih loe mau percaya apa gak. Bukan urusan gue.”Jordi menggedikkan bahunya.Hana menarik nafas dalam-dalam. Otaknya sudah tidak berfungsi lagi. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan Jordi.Sementara Jordi, ia merasa sudah berada di atas angin. Seharusnya Hana menyerah dengan semua kata menyakitkan yang keluar dari mulut Jordi.Tidak disangka oleh Jordi, Hana malah berdiri. Membuka kancing kemejanya satu per satu hingga hampir sampai ke kancing paling bawah.“Loe mau apa?” hardik Jordi yang segera menghentikan apa yang akan dilakukan Hana selanjutnya.“Gue mau buktiin kalau loe beneran fuckboy seperti yang loe katakan tadi. Ayo … gue mau coba bercinta sama loe,” tantang Hana. Matanya sangat tajam saat menatap mata Jordi.GLEK!Terdengar Jordi menelan salivanya sendiri. Tangan Jordi masih berada di salah satu tangan Hana untuk menghentikan gadis itu membuka pakaiannya.“Gue gak tertarik sam
“Apa loe pernah bercinta dengan Alice?” tuduh Hana yang matanya semakin merah.Terus terang, Hana memang paling cemburu dengan kedekatan Alice dan Jordi.“Gak.”Tentu saja ucapan Jordi itu bohong. Alice adalah wanita pertama yang pernah bercinta dengan Jordi dan ia ingin mengulanginya lagi. Jika bersama Alice, semuanya terasa menyenangkan dan tanpa beban.“Lantas dimana loe mencari cewek untuk bersenang-senang?” selidik Hana.“Ya dimana aja bisa,” bohong Jordi untuk kesekian kalinya.“Terus loe pake pengaman?”“Ya iya lah. Gue bukan orang yang suka bertanggung jawab untuk kehamilan perempuan yang gue tidurin,” bohong Jordi lagi.“Ya udah. Sekarang gue mau tidur sama loe. Loe juga gak perlu bertanggung jawab atas kehamilan gue nanti,” ucap Hana yang mulai ngawur.“Loe gila ya?” ketus Jordi sambil memutar bola matanya.Ia tidak habis pikir kenapa Hana menjadi se-desperate ini.“Lebih baik loe pulang. Minum obat, tidur,” usir Jordi yang sudah tidak mau berurusan lagi dengan Hana.“Gak. Gu
Hana teus menangis di atas sofa di apartemen Jordi sampai ia bisa menenangkan dirinya sendiri."Jor ... gue pulang dulu." Hana mengucapkan di balik pintu kamar Jordi yang tertutup rapat. Harga dirinya sudah tercabik-cabik dengan penolakan yang diberikan oleh Jordi. Ia merasa menjadi wanita yang tidak menarik sama sekali di hadapan Jordi.Hana berjalan gontai menuju ke pintu unit apartemen. Ia lemas dan pikirannya sudah kalut. Entah bagaimana hubungannya dengan Jordi nanti.Sementara itu, Jordi hanya diam di dalam kamar dengan pikirannya yang cukup kalut. Apakah ia bisa bercerita semua masalah ini kepada Alice? Jordi bingung.***Alice sudah sampai di rumahnya dengan menggunakan ojek. Untungnya Ranti belum sampai ke rumah, sehingga Alice bisa menyempatkan diri untuk pergi ke apotik untuk membeli pil kontrasepsi darurat.Tentu saja Alice tidak mau hamil sekarang karena keteledorannya dengan Jordi.Ia segera meminum obat itu, tidak boleh sampai Ranti curiga. Alice membuang bungkus pil itu
Alice segera memesan ojek online. Tidak mungkin ia menaiki angkutan umum karena pastinya akan memakan waktu yang cukup lama untuk sampai di cafe X di daerah Sudirman itu. Daerah yang sangat padat apabila sudah jam pulang kantor.Tidak lama kemudian, ojek online itu tiba dan Alice ikut menumpang. Mereka berdua membelah jalan ibu kota yang sangat padat pada jam pulang kerja. Setelah sampai ke depan cafe, Alice turun dan segera memasuki cafe itu.Cafe yang terbilang mewah dan kelas atas. Alice sama sekali tidak pernah masuk ke dalamnya jika tanpa Jordi. Tentu saja tidak bisa, semua makanan dan minuman di sana sangatlah mahal. Sangat tidak cocok dengan kantong Alice yang sangat tipis.Alice segera melihat ke sekeliling dan mendapati Hana sedang duduk di pojokkan jendela. Terlihat Hana sangat anggun dan berkelas. Pantas saja Norita sangat memaksa Jordi untuk bersama Hana. Mereka memang ... selevel. Sangat berbeda jauh dari Alice yang terlalu miskin. Perbedaan sosial mereka berdua sangatlah