Alice mematung. Tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada Hana yang terlihat sangat kecewa. Ia memahami, bahkan sangat memahami Hana yang sangat kecewa. Jika Alice berada di posisi Hana, pastinya Alice sangat kecewa terhadap Jordi. Apalagi pertunangan mereka sudah sangat dekat. Tapi sekarang, Jordi malah minta putus.Pastinya Hana sangat sedih dan putus asa. Tapi ... apa juga yang bisa diperbuat Alice? Jordi juga tidak mencintai Hana. Jikapun mereka berdua bertunangan dan menikah, bukankah akan membuat mereka berdua menderita? Pusing rasanya kepala Alice sekarang.Bisakah Alice kabur saja dari pembicaraan ini? Sekarang ia mulai menyesal karena menyetujui Hana untuk bertemu. Andaikan tadi Alice tidak mau pergi bertemu dengan Hana, pastinya ia tidak akan diintimidasi seperti ini."Gue harap loe jauh-jauh dari Jordi!" bentak Hana yang membuat seisi cafe melihat ke arah Alice. Pandangan mata seisi cafe itu seperti mengatakan bahwa Alice adalah pelakor.Alice terdiam. Ia tidak bisa melawa
Hana terdiam mendengar ucapan Alice. Antara kesal dan sedih karena Alice sama sekali tidak mau membantu hubungannya dengan Jordi. Padahal Hana sangat mengharapkan hal itu. Kenapa tidak ada satupun orang yang bisa membantunya. Apakah Norita bisa?Alice pergi meninggalkan Hana sendiri. Ia sudah tidak mau tahu lagi urusan Hana dan Jordi. Bolehkah Alice egois satu kali ini saja? Ia sudah memendam perasaan kepada Jordi selama lebih dari enam tahun. Apakah satu kali kesempatan untuk mencintai Jordi juga tidak bisa?Apakah Alice memang tidak pantas? Apakah karena ia bukan orang berada sehingga ia tidak pantas untuk mencintai Jordi? Sungguh ... level kekayaan ini membuat Alice muak.Ia sebenarnya ingin menghubungi Jordi. Memeluk pria itu erat-erat dan tidak ingin melepaskannya lagi. Tapi ... rasa hati Alice sebagai wanita juga tidak tega dengan Hana."Ya Tuhan ... apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya pergi meninggalkan Jordi karena tidak mau ada wanita lain yang terluka karena saya?" gum
Tok! Tok! Tok!Jordi sudah mengetuk pintu rumah Alice dan Ranti yang membukakan pintu rumah."Wah ... nak Jordi. Pagi sekali sudah datang," sapa Ranti yang sedikit bingung dengan kedatangan Jordi yang terlalu pagi."Hehe ... saya mau mengantar Alice untuk interview, Tante."Jordi sudah rapi dengan kemeja dan celana bahannya. Tampak Jordi sangat tampan dan lebih dewasa daripada biasanya."Ayo masuk, Jor."Ranti mempersilahkan Jordi masuk ke dalam rumahnya."Uda sarapan?""Belum, Tante.""Ya udah, ayo kita makan bersama."Ranti mengajak Jordi menuju ke meja makan. Sarapan sederhana, hanya nasi goreng ikan asin saja. Tapi sudah menggugah selera Jordi.Tidak lama kemudian, Alice keluar dari kamarnya."Lah ... udah sampe?" Alice bingung karena melihat Jordi sudah berada di sekitar meja makan.Jordi membalas dengan cengiran saja."Yuk kita makan dulu. Hari ini kalian butuh tenaga banyak.""Ya, Ma."Alice duduk di hadapan Jordi. Mereka saling menatap satu sama lain.Alice memang hanya berpena
Jordi masih mencari cara untuk bermesraan di pagi hari dengan Alice. Tidak bertemu sebentar saja ia sudah rindu setengah mati. Fiuh ... andaikan mereka sudah menikah, pastinya Jordi tidak akan membiarkan Alice untuk keluar dari kamar sama sekali."Apalagi?" ketus Alice."Please, cium gue dulu. Gue udah gak tahan.""Otak mesum loe mesti dicuci, Jor!" balas Alice sambil menahan tawanya.Tanpa aba-aba. Jordi langsung memagut bibir Alice. Menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Alice, beradu lidah di sana. Jordi sudah tidak tahan. Ia menahan tengkuk Alice agar ia bisa memperdalam ciumannya. Sudah dari semalam ia menginginkan hal itu dan sekarang Jordi akan melakukannya.Pagutan itu berhenti ketika mereka berdua kehabisan nafas. Jordi menempelkan keningnya ke kening Alice."You make me crazy, Alice." Jordi mengecup bibir Alice lagi pelan.Bibir Jordi juga sudah berantakan dengan lipstik pink Alice. Sementara bibir Alice juga sedikit bengkak karena Jordi terlalu agresif."Bibir loe."Alice sege
"Ma-maaf, Pak." Alice menunduk minta maaf kepada orang yang ia tabrak itu."Tidak apa." Pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Alice bangun dari lantai.Alice melihat wajah pria itu. Pria dewasa, mungkin sekitar usia tiga puluh tahun. Pria yang tampan dan sangat terlihat matang. Alice segera menunduk lagi. Ia tidak berani melihat pria itu."Terima kasih, Pak. Permisi.""Ya. Hati-hati," ucap pria itu lembut."Ya, Pak."Alice segera pergi meninggalkan pria itu dan mencari keberadaan Jordi.Pria itu tersenyum melihat Alice."Siapa gadis itu?" tanya pria itu kepada asistennya. Pria itu bernama Nathan Tanuwijaya. CEO dari Tanuwijaya Group, perusahaan pusat dari perusahaan X yang sedang dilamar oleh Alice."Mungkin dia pelamar di sini, Pak," jawab asisten Nathan yang bernama Christian."Hmm ... cari tahu siapa dia dan saya ingin dia menjadi asisten pribadi nanti. Dia akan mendampingi saya untuk bekerja.""Baik, Pak."***Alice akhirnya pulang bersama Jordi. Rasanya lelah melakukan tes
Alice hanya bisa mengangguk.Setelah menyelesaikan makanan yang penuh peluh dan keringat, akhirnya mereka naik ke mobil sport milik Jordi. Memang jarak dari tempat itu ke apartemen Jordi lebih dekat daripada harus ke rumah Alice terlebih dahulu. "Perut gue agak melilit," ucap Jordi sambil memegangi perutnya."Tarik nafas ... buang nafas." Alice mencoba menenangkan gejolak di perut Jordi."Aduh ... nanti gue langsung ngibrit ya. Valet parking aja di apartemen.""Ok."Jordi menyetir seperti orang kesetanan. Ia menyalip sana sini sehingga banyak mobil maupun motor yang mengklakson mobil Jordi.Tidak lama kemudian, akhirnya mereka sampai ke lobi apartemen. Jordi segera memberikan kunci mobilnya kepada petugas valet dan ia menarik tangan Alice untuk segera pergi ke lift.Jordi sudah tidak tahan lagi. Untungnya lift yang ia ingin gunakan kooperatif. Jordi masuk ke dalam lift bersama Alice dengan memegang perutnya terus-terusan. Sementara Alice, ia sangat khawatir dengan Jordi. Level kepedas
Alice terdiam. Ia tidak berani mengatakan apapun kepada Norita."Tante sudah mengatakan kepadamu, kamu boleh menjadi teman Jordi, tapi tidak lebih dari itu. Apalagi mencampuri urusan pribadi Jordi."Hana tersenyum puas melihat Alice yang dimarahi dan disindir oleh Norita.Alice hanya bisa diam saja."Sebentar lagi Jordi akan bekerja di kantor dan ia akan bertunangan dengan Hana. Tante harap kamu lebih menjaga jarak dengan Jordi. Jangan pernah temui Jordi lagi!" seru Norita yang sudah tidak mau dibantah oleh Alice.Alice diam seribu bahasa. Tidak menjawab apapun ucapan dari Norita. Ia sama sekali tidak berani menjawab semua ucapan yang menyakitkan dari Norita. Alice masih sangat menghargai Norita sebagai ibu kandung dari Jordi, kekasihnya yang baru itu.Sebisa mungkin Alice bersabar dan tidak mengakibatkan keributan yang akhirnya akan membuat hubungan Alice dan kekasihnya itu menjadi buruk. Meskipun semua kata-kata Norita itu terlalu mengintimidasi dan merendahkan Alice.Tidak perlu dib
"Sepertinya anak ibu ini kena infeksi usus. Kami akan mengeceknya."Norita mengangguk pasrah, yang terpenting Jordi segera sembuh saja. Ia terus memegang tangan Jordi yang sudah sangat dingin.Dokter dan suster segera memberi infus kepada Jordi serta memberikan pain killer agar meredakan sakitnya Jordi.Setelah diberikan pain killer, Jordi sudah bisa tenang. Ia tidak terlalu merasa sakit.Suster mengantarkan Jordi untuk cek darah dan usg untuk melihat masalah di perut Jordi. ***Sementara itu, Alice sudah pulang ke rumahnya. Sedih? Pastinya Alice sangat sedih. Tapi lebih tepatnya, Alice sangat khawatir dengan keadaan Jordi. Apakah Jordi baik-baik saja? Ia sangat ingin menghubungi Jordi, tapi ia tidak berani. Bagaimanapun, Norita sudah mengatakan bahwa Alice tidak boleh berada di dekat Jordi.Apakah ini artinya bahwa percintaan Alice dan Jordi sudah waktunya kandas? Apakah Alice harus menyerah?Tok! Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu di rumahnya membuyarkan lamunan Alice. Ia segera beranjak
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d