Hana terdiam mendengar ucapan Alice. Antara kesal dan sedih karena Alice sama sekali tidak mau membantu hubungannya dengan Jordi. Padahal Hana sangat mengharapkan hal itu. Kenapa tidak ada satupun orang yang bisa membantunya. Apakah Norita bisa?Alice pergi meninggalkan Hana sendiri. Ia sudah tidak mau tahu lagi urusan Hana dan Jordi. Bolehkah Alice egois satu kali ini saja? Ia sudah memendam perasaan kepada Jordi selama lebih dari enam tahun. Apakah satu kali kesempatan untuk mencintai Jordi juga tidak bisa?Apakah Alice memang tidak pantas? Apakah karena ia bukan orang berada sehingga ia tidak pantas untuk mencintai Jordi? Sungguh ... level kekayaan ini membuat Alice muak.Ia sebenarnya ingin menghubungi Jordi. Memeluk pria itu erat-erat dan tidak ingin melepaskannya lagi. Tapi ... rasa hati Alice sebagai wanita juga tidak tega dengan Hana."Ya Tuhan ... apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya pergi meninggalkan Jordi karena tidak mau ada wanita lain yang terluka karena saya?" gum
Tok! Tok! Tok!Jordi sudah mengetuk pintu rumah Alice dan Ranti yang membukakan pintu rumah."Wah ... nak Jordi. Pagi sekali sudah datang," sapa Ranti yang sedikit bingung dengan kedatangan Jordi yang terlalu pagi."Hehe ... saya mau mengantar Alice untuk interview, Tante."Jordi sudah rapi dengan kemeja dan celana bahannya. Tampak Jordi sangat tampan dan lebih dewasa daripada biasanya."Ayo masuk, Jor."Ranti mempersilahkan Jordi masuk ke dalam rumahnya."Uda sarapan?""Belum, Tante.""Ya udah, ayo kita makan bersama."Ranti mengajak Jordi menuju ke meja makan. Sarapan sederhana, hanya nasi goreng ikan asin saja. Tapi sudah menggugah selera Jordi.Tidak lama kemudian, Alice keluar dari kamarnya."Lah ... udah sampe?" Alice bingung karena melihat Jordi sudah berada di sekitar meja makan.Jordi membalas dengan cengiran saja."Yuk kita makan dulu. Hari ini kalian butuh tenaga banyak.""Ya, Ma."Alice duduk di hadapan Jordi. Mereka saling menatap satu sama lain.Alice memang hanya berpena
Jordi masih mencari cara untuk bermesraan di pagi hari dengan Alice. Tidak bertemu sebentar saja ia sudah rindu setengah mati. Fiuh ... andaikan mereka sudah menikah, pastinya Jordi tidak akan membiarkan Alice untuk keluar dari kamar sama sekali."Apalagi?" ketus Alice."Please, cium gue dulu. Gue udah gak tahan.""Otak mesum loe mesti dicuci, Jor!" balas Alice sambil menahan tawanya.Tanpa aba-aba. Jordi langsung memagut bibir Alice. Menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Alice, beradu lidah di sana. Jordi sudah tidak tahan. Ia menahan tengkuk Alice agar ia bisa memperdalam ciumannya. Sudah dari semalam ia menginginkan hal itu dan sekarang Jordi akan melakukannya.Pagutan itu berhenti ketika mereka berdua kehabisan nafas. Jordi menempelkan keningnya ke kening Alice."You make me crazy, Alice." Jordi mengecup bibir Alice lagi pelan.Bibir Jordi juga sudah berantakan dengan lipstik pink Alice. Sementara bibir Alice juga sedikit bengkak karena Jordi terlalu agresif."Bibir loe."Alice sege
"Ma-maaf, Pak." Alice menunduk minta maaf kepada orang yang ia tabrak itu."Tidak apa." Pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Alice bangun dari lantai.Alice melihat wajah pria itu. Pria dewasa, mungkin sekitar usia tiga puluh tahun. Pria yang tampan dan sangat terlihat matang. Alice segera menunduk lagi. Ia tidak berani melihat pria itu."Terima kasih, Pak. Permisi.""Ya. Hati-hati," ucap pria itu lembut."Ya, Pak."Alice segera pergi meninggalkan pria itu dan mencari keberadaan Jordi.Pria itu tersenyum melihat Alice."Siapa gadis itu?" tanya pria itu kepada asistennya. Pria itu bernama Nathan Tanuwijaya. CEO dari Tanuwijaya Group, perusahaan pusat dari perusahaan X yang sedang dilamar oleh Alice."Mungkin dia pelamar di sini, Pak," jawab asisten Nathan yang bernama Christian."Hmm ... cari tahu siapa dia dan saya ingin dia menjadi asisten pribadi nanti. Dia akan mendampingi saya untuk bekerja.""Baik, Pak."***Alice akhirnya pulang bersama Jordi. Rasanya lelah melakukan tes
Alice hanya bisa mengangguk.Setelah menyelesaikan makanan yang penuh peluh dan keringat, akhirnya mereka naik ke mobil sport milik Jordi. Memang jarak dari tempat itu ke apartemen Jordi lebih dekat daripada harus ke rumah Alice terlebih dahulu. "Perut gue agak melilit," ucap Jordi sambil memegangi perutnya."Tarik nafas ... buang nafas." Alice mencoba menenangkan gejolak di perut Jordi."Aduh ... nanti gue langsung ngibrit ya. Valet parking aja di apartemen.""Ok."Jordi menyetir seperti orang kesetanan. Ia menyalip sana sini sehingga banyak mobil maupun motor yang mengklakson mobil Jordi.Tidak lama kemudian, akhirnya mereka sampai ke lobi apartemen. Jordi segera memberikan kunci mobilnya kepada petugas valet dan ia menarik tangan Alice untuk segera pergi ke lift.Jordi sudah tidak tahan lagi. Untungnya lift yang ia ingin gunakan kooperatif. Jordi masuk ke dalam lift bersama Alice dengan memegang perutnya terus-terusan. Sementara Alice, ia sangat khawatir dengan Jordi. Level kepedas
Alice terdiam. Ia tidak berani mengatakan apapun kepada Norita."Tante sudah mengatakan kepadamu, kamu boleh menjadi teman Jordi, tapi tidak lebih dari itu. Apalagi mencampuri urusan pribadi Jordi."Hana tersenyum puas melihat Alice yang dimarahi dan disindir oleh Norita.Alice hanya bisa diam saja."Sebentar lagi Jordi akan bekerja di kantor dan ia akan bertunangan dengan Hana. Tante harap kamu lebih menjaga jarak dengan Jordi. Jangan pernah temui Jordi lagi!" seru Norita yang sudah tidak mau dibantah oleh Alice.Alice diam seribu bahasa. Tidak menjawab apapun ucapan dari Norita. Ia sama sekali tidak berani menjawab semua ucapan yang menyakitkan dari Norita. Alice masih sangat menghargai Norita sebagai ibu kandung dari Jordi, kekasihnya yang baru itu.Sebisa mungkin Alice bersabar dan tidak mengakibatkan keributan yang akhirnya akan membuat hubungan Alice dan kekasihnya itu menjadi buruk. Meskipun semua kata-kata Norita itu terlalu mengintimidasi dan merendahkan Alice.Tidak perlu dib
"Sepertinya anak ibu ini kena infeksi usus. Kami akan mengeceknya."Norita mengangguk pasrah, yang terpenting Jordi segera sembuh saja. Ia terus memegang tangan Jordi yang sudah sangat dingin.Dokter dan suster segera memberi infus kepada Jordi serta memberikan pain killer agar meredakan sakitnya Jordi.Setelah diberikan pain killer, Jordi sudah bisa tenang. Ia tidak terlalu merasa sakit.Suster mengantarkan Jordi untuk cek darah dan usg untuk melihat masalah di perut Jordi. ***Sementara itu, Alice sudah pulang ke rumahnya. Sedih? Pastinya Alice sangat sedih. Tapi lebih tepatnya, Alice sangat khawatir dengan keadaan Jordi. Apakah Jordi baik-baik saja? Ia sangat ingin menghubungi Jordi, tapi ia tidak berani. Bagaimanapun, Norita sudah mengatakan bahwa Alice tidak boleh berada di dekat Jordi.Apakah ini artinya bahwa percintaan Alice dan Jordi sudah waktunya kandas? Apakah Alice harus menyerah?Tok! Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu di rumahnya membuyarkan lamunan Alice. Ia segera beranjak
"Saya ... saya bukan siapa-siapa, Nino. Saya ... saya hanya orang miskin. Sementara kamu ... kamu terlalu tinggi untuk saya."Rasa insecure dari Alice muncul lagi. Memang Nino tidak sekaya Jordi. Tapi setidaknya Nino berada di atas Alice. Keluarga Nino juga memiliki perusahaan walaupun Nino memutuskan untuk bekerja dengan perusahaan orang lain terlebih dahulu. Tentu saja Alice menjadi tambah minder. Apalagi setelah mendapatkan semua kata-kata pedas dari Norita. Alice sadar diri. Ia bukan siapa-siapa."Kenapa kamu tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Nino bingung.Alice terdiam."Apakah ada yang mengatakan hal itu kepadamu?"Alice masih diam seribu bahasa."Apakah ada dari keluarga saya yang mengatakan tidak enak kepadamu sehingga kamu menolak lamaran yang saya sampaikan itu?" Nino mengeraskan rahangnya.Nino tahu, orang tuanya sangat suka dengan Alice, tapi tantenya selalu memanas-manasi mama dari Nino sehingga mamanya Nino menjadi tidak suka dengan Alice. Awalnya mereka tidak tahu bah