Jordi masih mencari cara untuk bermesraan di pagi hari dengan Alice. Tidak bertemu sebentar saja ia sudah rindu setengah mati. Fiuh ... andaikan mereka sudah menikah, pastinya Jordi tidak akan membiarkan Alice untuk keluar dari kamar sama sekali."Apalagi?" ketus Alice."Please, cium gue dulu. Gue udah gak tahan.""Otak mesum loe mesti dicuci, Jor!" balas Alice sambil menahan tawanya.Tanpa aba-aba. Jordi langsung memagut bibir Alice. Menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Alice, beradu lidah di sana. Jordi sudah tidak tahan. Ia menahan tengkuk Alice agar ia bisa memperdalam ciumannya. Sudah dari semalam ia menginginkan hal itu dan sekarang Jordi akan melakukannya.Pagutan itu berhenti ketika mereka berdua kehabisan nafas. Jordi menempelkan keningnya ke kening Alice."You make me crazy, Alice." Jordi mengecup bibir Alice lagi pelan.Bibir Jordi juga sudah berantakan dengan lipstik pink Alice. Sementara bibir Alice juga sedikit bengkak karena Jordi terlalu agresif."Bibir loe."Alice sege
"Ma-maaf, Pak." Alice menunduk minta maaf kepada orang yang ia tabrak itu."Tidak apa." Pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Alice bangun dari lantai.Alice melihat wajah pria itu. Pria dewasa, mungkin sekitar usia tiga puluh tahun. Pria yang tampan dan sangat terlihat matang. Alice segera menunduk lagi. Ia tidak berani melihat pria itu."Terima kasih, Pak. Permisi.""Ya. Hati-hati," ucap pria itu lembut."Ya, Pak."Alice segera pergi meninggalkan pria itu dan mencari keberadaan Jordi.Pria itu tersenyum melihat Alice."Siapa gadis itu?" tanya pria itu kepada asistennya. Pria itu bernama Nathan Tanuwijaya. CEO dari Tanuwijaya Group, perusahaan pusat dari perusahaan X yang sedang dilamar oleh Alice."Mungkin dia pelamar di sini, Pak," jawab asisten Nathan yang bernama Christian."Hmm ... cari tahu siapa dia dan saya ingin dia menjadi asisten pribadi nanti. Dia akan mendampingi saya untuk bekerja.""Baik, Pak."***Alice akhirnya pulang bersama Jordi. Rasanya lelah melakukan tes
Alice hanya bisa mengangguk.Setelah menyelesaikan makanan yang penuh peluh dan keringat, akhirnya mereka naik ke mobil sport milik Jordi. Memang jarak dari tempat itu ke apartemen Jordi lebih dekat daripada harus ke rumah Alice terlebih dahulu. "Perut gue agak melilit," ucap Jordi sambil memegangi perutnya."Tarik nafas ... buang nafas." Alice mencoba menenangkan gejolak di perut Jordi."Aduh ... nanti gue langsung ngibrit ya. Valet parking aja di apartemen.""Ok."Jordi menyetir seperti orang kesetanan. Ia menyalip sana sini sehingga banyak mobil maupun motor yang mengklakson mobil Jordi.Tidak lama kemudian, akhirnya mereka sampai ke lobi apartemen. Jordi segera memberikan kunci mobilnya kepada petugas valet dan ia menarik tangan Alice untuk segera pergi ke lift.Jordi sudah tidak tahan lagi. Untungnya lift yang ia ingin gunakan kooperatif. Jordi masuk ke dalam lift bersama Alice dengan memegang perutnya terus-terusan. Sementara Alice, ia sangat khawatir dengan Jordi. Level kepedas
Alice terdiam. Ia tidak berani mengatakan apapun kepada Norita."Tante sudah mengatakan kepadamu, kamu boleh menjadi teman Jordi, tapi tidak lebih dari itu. Apalagi mencampuri urusan pribadi Jordi."Hana tersenyum puas melihat Alice yang dimarahi dan disindir oleh Norita.Alice hanya bisa diam saja."Sebentar lagi Jordi akan bekerja di kantor dan ia akan bertunangan dengan Hana. Tante harap kamu lebih menjaga jarak dengan Jordi. Jangan pernah temui Jordi lagi!" seru Norita yang sudah tidak mau dibantah oleh Alice.Alice diam seribu bahasa. Tidak menjawab apapun ucapan dari Norita. Ia sama sekali tidak berani menjawab semua ucapan yang menyakitkan dari Norita. Alice masih sangat menghargai Norita sebagai ibu kandung dari Jordi, kekasihnya yang baru itu.Sebisa mungkin Alice bersabar dan tidak mengakibatkan keributan yang akhirnya akan membuat hubungan Alice dan kekasihnya itu menjadi buruk. Meskipun semua kata-kata Norita itu terlalu mengintimidasi dan merendahkan Alice.Tidak perlu dib
"Sepertinya anak ibu ini kena infeksi usus. Kami akan mengeceknya."Norita mengangguk pasrah, yang terpenting Jordi segera sembuh saja. Ia terus memegang tangan Jordi yang sudah sangat dingin.Dokter dan suster segera memberi infus kepada Jordi serta memberikan pain killer agar meredakan sakitnya Jordi.Setelah diberikan pain killer, Jordi sudah bisa tenang. Ia tidak terlalu merasa sakit.Suster mengantarkan Jordi untuk cek darah dan usg untuk melihat masalah di perut Jordi. ***Sementara itu, Alice sudah pulang ke rumahnya. Sedih? Pastinya Alice sangat sedih. Tapi lebih tepatnya, Alice sangat khawatir dengan keadaan Jordi. Apakah Jordi baik-baik saja? Ia sangat ingin menghubungi Jordi, tapi ia tidak berani. Bagaimanapun, Norita sudah mengatakan bahwa Alice tidak boleh berada di dekat Jordi.Apakah ini artinya bahwa percintaan Alice dan Jordi sudah waktunya kandas? Apakah Alice harus menyerah?Tok! Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu di rumahnya membuyarkan lamunan Alice. Ia segera beranjak
"Saya ... saya bukan siapa-siapa, Nino. Saya ... saya hanya orang miskin. Sementara kamu ... kamu terlalu tinggi untuk saya."Rasa insecure dari Alice muncul lagi. Memang Nino tidak sekaya Jordi. Tapi setidaknya Nino berada di atas Alice. Keluarga Nino juga memiliki perusahaan walaupun Nino memutuskan untuk bekerja dengan perusahaan orang lain terlebih dahulu. Tentu saja Alice menjadi tambah minder. Apalagi setelah mendapatkan semua kata-kata pedas dari Norita. Alice sadar diri. Ia bukan siapa-siapa."Kenapa kamu tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Nino bingung.Alice terdiam."Apakah ada yang mengatakan hal itu kepadamu?"Alice masih diam seribu bahasa."Apakah ada dari keluarga saya yang mengatakan tidak enak kepadamu sehingga kamu menolak lamaran yang saya sampaikan itu?" Nino mengeraskan rahangnya.Nino tahu, orang tuanya sangat suka dengan Alice, tapi tantenya selalu memanas-manasi mama dari Nino sehingga mamanya Nino menjadi tidak suka dengan Alice. Awalnya mereka tidak tahu bah
Alice begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Nino. Ia mencoba membangunkan Nino dari lantai, tapi Nino bersikeras."Bangun dong, No.""Saya gak akan bangun sebelum kamu cerita apa yang terjadi!" Nino bersikeras."Gak ada yang terjadi. Saya sadar sendiri koq.""Apa ada orang yang mengatakan tentang perbedaan antara kaya dan miskin kepada kamu?"Nino menatap penuh selidik di mata Alice.Dengan sangat terpaksa, Alice mengangguk."Siapa?""Mamanya Jordi."Nino terperangah. Masalah dengan Jordi kenapa ia yang kena imbas? Mamanya Jordi membuat Alice menjadi insecure tentang perbedaan strata sosial. Sungguh ... Nino sangat kesal dengan mamanya Jordi."Ayo bangun, No." Alice sangat tidak enak dengan perlakuan Nino. Terlalu baik untuknya. Wanita itu merasa ia sangat jahat kepada Nino. Nino segera duduk kembali di sofa dan menatap mata Alice."Apa yang terjadi dengan mamanya Jordi? Kenapa dia bisa mengatakan hal jahat kepadamu?""Ja-jadi ..." Sebenarnya Alice sedikit ragu untuk bercer
Satu bulan lalu ...Saat Nino berada di Surabaya, mama dan tantenya Nino mendatangi Alice di kampus."Alice," panggil Ratna, mama dari Nino di telepon."Ya, Tante.""Bisa kita bertemu?""Baik, Tante. Kita bertemu dimana?""Di kantin kampusmu saja.""Baik, Tante."Alice segera berpamitan dengan Jordi, ia harus menemui Ratna di kantin. Alice berlari menuju ke kantin, ia tidak ingin Ratna menunggunya terlalu lama. Setelah sampai ke kantin, mata Alice memindai dimana Ratna berada dan akhinya ia menemukan Ratna dan Vika, tante dari Nino.Alice segera datang dan tersenyum manis kepada dua orang wanita paruh baya itu."Selamat siang, Tante," sapa Alice yang baru saja berada di hadapan Ratna dan Vika."Siang, Alice. Silahkan duduk."Alice segera duduk di hadapan dua orang wanita itu. Ia tersenyum ramah sebisanya."Jadi begini, Alice. Tante tidak ingin berbasa-basi dengan kamu," ujar Ratna to the point.Alice mendengarkan dengan seksama."Tante minta, tolong kamu putus dengan Nino.""Pu-putus?