Alice begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Nino. Ia mencoba membangunkan Nino dari lantai, tapi Nino bersikeras."Bangun dong, No.""Saya gak akan bangun sebelum kamu cerita apa yang terjadi!" Nino bersikeras."Gak ada yang terjadi. Saya sadar sendiri koq.""Apa ada orang yang mengatakan tentang perbedaan antara kaya dan miskin kepada kamu?"Nino menatap penuh selidik di mata Alice.Dengan sangat terpaksa, Alice mengangguk."Siapa?""Mamanya Jordi."Nino terperangah. Masalah dengan Jordi kenapa ia yang kena imbas? Mamanya Jordi membuat Alice menjadi insecure tentang perbedaan strata sosial. Sungguh ... Nino sangat kesal dengan mamanya Jordi."Ayo bangun, No." Alice sangat tidak enak dengan perlakuan Nino. Terlalu baik untuknya. Wanita itu merasa ia sangat jahat kepada Nino. Nino segera duduk kembali di sofa dan menatap mata Alice."Apa yang terjadi dengan mamanya Jordi? Kenapa dia bisa mengatakan hal jahat kepadamu?""Ja-jadi ..." Sebenarnya Alice sedikit ragu untuk bercer
Satu bulan lalu ...Saat Nino berada di Surabaya, mama dan tantenya Nino mendatangi Alice di kampus."Alice," panggil Ratna, mama dari Nino di telepon."Ya, Tante.""Bisa kita bertemu?""Baik, Tante. Kita bertemu dimana?""Di kantin kampusmu saja.""Baik, Tante."Alice segera berpamitan dengan Jordi, ia harus menemui Ratna di kantin. Alice berlari menuju ke kantin, ia tidak ingin Ratna menunggunya terlalu lama. Setelah sampai ke kantin, mata Alice memindai dimana Ratna berada dan akhinya ia menemukan Ratna dan Vika, tante dari Nino.Alice segera datang dan tersenyum manis kepada dua orang wanita paruh baya itu."Selamat siang, Tante," sapa Alice yang baru saja berada di hadapan Ratna dan Vika."Siang, Alice. Silahkan duduk."Alice segera duduk di hadapan dua orang wanita itu. Ia tersenyum ramah sebisanya."Jadi begini, Alice. Tante tidak ingin berbasa-basi dengan kamu," ujar Ratna to the point.Alice mendengarkan dengan seksama."Tante minta, tolong kamu putus dengan Nino.""Pu-putus?
Nino menatap Alice dengan tatapan yang sangat tajam. Penolakan Alice. Rasanya sangat sakit di hati Nino.Alice membawa orang tua Nino dalam percakapan ini. Tapi kenapa Alice bisa mengatakan bahwa orang tua Nino tidak setuju dengan Alice? Apa yang terjadi? Karena semua anggota keluarganya terlihat biasa saja. Tidak ada omongan apapun."Maksud kamu apa ya, Alice? Kenapa bisa orang tua saya tidak setuju dengan kamu?" Nino berharap penjelasan dari Alice.Alice bingung. Apakah Tante Ratna tidak mengatakan apapun kepada Nino tentang mengharuskan Alice putus dengan anaknya itu? Apakah memang harus Alice yang mengatakannya?Sebenarnya dalam waktu satu bulan ini, Alice sudah tidak terlalu berkomunikasi dengan Nino, seperti biasanya. Alice juga jarang membalas pesan ataupun telepon dari Nino. Alice pikir, Nino sudah harusnya menjauh karena pasti Ratna sudah mengatakannya. Tapi sekarang, Alice bingung sendiri.Ada sih rasa bersalah karena sudah memberikan mahkotanya kepada Jordi. Tapi mau bagaima
"Nah ... kamu bingung bukan? Gak ada alasan untuk putus dengan saya." Nino tersenyum penuh kemenangan.Sudahlah ... yang terjadi maka terjadilah. Alice sudah tidak mau ambil pusing lagi. Yang terpenting ia putus dengan Nino sekarang."Saya gak pernah mencintai kamu. Jadi sebaiknya kamu cari wanita lain yang mencintai kamu!" Alice menatap tajam mata Nino."Hah ..." Nino terkejut dengan ucapan Alice. Sangat sakit rasanya mendengarkan kata-kata itu keluar dari gadis yang sangat ia puja dan ia cintai."Maaf, Nino." Alice menunduk. Ia tidak berani menatap Nino. Rasanya tidak enak telah membuat orang lain patah hati."Lantas ... sebelas bulan yang kita jalani bersama itu ... apa tidak ada artinya bagi kamu?" lirih Nino dengan suara paraunya.Alice menundukkan kepalanya. Ia sama sekali tidak berani menatap sorot mata yang tajam dari Nino."Saya berterima kasih untuk sebelas bulan bersama kamu.""Terima kasih?" Nada Nino meninggi. Ia tidak terima dengan ucapan terima kasih dari Alice. Hubungan
Rumah SakitJordi sudah terkulai lemas, ia sudah didiagnosa mengalami infeksi usus. Mual, muntah dan tidak bisa makan membuat Jordi sama sekali tidak banyak bergerak. Kepalanya juga sangat pusing."Jor ... gimana keadaan loe sekarang?" tanya Hana yang sangat khawatir. Sudah semalaman ia menunggui Jordi di rumah sakit."Kenapa loe gak pulang? Mama mana?""Tante Norita lagi pulang ke rumah buat ambil baju ganti.""Ponsel gue mana?""Ah ... ponsel loe ketinggalan di apartemen."Jordi sudah malas berbicara lagi dengan Hana. Ia hanya memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat Hana."Mau makan?" tawar Hana yang terlihat telaten untuk mengurusi Jordi yang sakit.Hana ingin membuktikan kepada Jordi bahwa ia bisa menjadi orang yang perhatian dan merawat Jordi saat sakit. Tidak hanya Alice saja. Hana juga bisa. Bahkan Hana bisa lebih dari Alice."Enggak. Loe pulang aja. Gue bisa sendiri di sini." Jordi tetap memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat wajah Hana.Pikiran Jordi sedang berkelana ke
"Loh ... kamu mau kemana, Al?" tanya Ranti yang bingung. Sudah malam tapi seperti Alice mau keluar rumah."Ini, Ma. Jordi masuk rumah sakit.""Loh ... sakit apaan?" Ranti juga khawatir dengan sahabat baik dari putrinya itu."Saya belum tahu, Ma. Mungkin salah makan, soalnya tadi kita makan ayam geprek yang super pedas.""Ya ampun. Ya udah. Kamu hati-hati ya.""Iya, Ma."Alice segera pergi meninggalkan Ranti. Ia sudah memesan ojek online untuk pergi ke apartemen Jordi terlebih dahulu."Oh my God. Gue lupa kartu aksesnya." Alice hanya bisa menepuk keningnya. Entahlah ... apa bisa masuk ke lift apartemen Jordi kalau tidak menggunakan kartu akses itu. Hmm ... tapi waktu itu kan Hana bisa naik ya. Gimana caranya?Alice berpikir keras.Setelah tiga puluh menit perjalanan menuju ke apartemen Jordi, akhirnya Alice turun dari motor. Ia segera menuju ke lobi dan ada satpam yang sangat mengenal Alice."Pak Sidik," panggil Alice kepada satpam yang berjaga malam itu."Ya, Non Alice. Ada apa?""Ini
Jordi segera mengambil tangan Alice dan mendekatkan Alice kapada dirinya. "Gue lebih ok kalau ada loe di sisi gue." Jordi mencium tangan Alice."Alahmak ... lagi sakit aja bisa gombal," ledek Alice cekikikkan."Gue gak gombal. Gue sangat serius.""Dokter bilang apa?" Alice menatap Jordi dengan sangat khawatir."Infeksi usus," lirih Jordi."Maafin gue ya, Jor." Alice menyesal."Gue gak bisa maafin loe begitu aja." Jordi pura-pura jual mahal."Yah ... jangan gitu dong. Gue ngerasa bersalah banget nih.""Ok, gue maafin. Tapi ada syaratnya.""Apa?""Cium gue dulu. Baru gue maafin." Jordi merengek bak anak kecil."Ya elah." Allice dalam mode menyindir. Dia pikir syaratnya berat. Tahunya hanya kemesuman Jordi saja. Parah."Please. Gue kangen banget.""Ya ampun. Baru gak ketemu beberapa jam udah kangen segala," ledek Alice dengan sangat sengaja."Buruan. Nanti keburu ada orang datang.""Iya ... iya."CUP!Alice mengecup bibir Jordi dengan sangat cepat. Ia takut ada orang lain yang datang. Bi
"Kenapa?""Tungguin di sini. Gue pipis sebentar.""Ya ampun, Jor ... masa loe pipis gue temenin sih," protes Alice sambil memutar bola matanya. Ia membalikkan tubuhnya, tidak mau melihat kegiatan Jordi berikutnya."Loe udah liat semuanya juga. Jadi gak usah malu."Rasanya Alice ingin menertawakan Jordi. Apakah Jordi masih bocah? Kenapa juga tidak tahu malunya sudah lebih dari ambang batas. Piipis saja masih harus ditemani.Setelah menyelesaikan panggilan alamnya, Jordi mencuci tangannya, tapi tentunya tidak terkena tempat infus yang ada di tangannya.Tiba-tiba dari belakang, Jordi memeluk tubuh Alice. Mencium tengkuk Alice yang tidak tertutupi oleh rambut gadis cantik itu."Hei ... ini toilet, Jor," Alice mencoba melepaskan diri dari Jordi."Sebentar aja. Gue butuh loe. Gue kangen."Alice diam. Ia membiarkan Jordi memeluknya sepuasnya. Ya sudah ... pasrah saja."Alice.""Hmm ...""Abis keluar dari rumah sakit, kita nikah ya.""Woow ... cepet amat.""Gue udah gak tahan. Gue gak mau berj