Rumah SakitJordi sudah terkulai lemas, ia sudah didiagnosa mengalami infeksi usus. Mual, muntah dan tidak bisa makan membuat Jordi sama sekali tidak banyak bergerak. Kepalanya juga sangat pusing."Jor ... gimana keadaan loe sekarang?" tanya Hana yang sangat khawatir. Sudah semalaman ia menunggui Jordi di rumah sakit."Kenapa loe gak pulang? Mama mana?""Tante Norita lagi pulang ke rumah buat ambil baju ganti.""Ponsel gue mana?""Ah ... ponsel loe ketinggalan di apartemen."Jordi sudah malas berbicara lagi dengan Hana. Ia hanya memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat Hana."Mau makan?" tawar Hana yang terlihat telaten untuk mengurusi Jordi yang sakit.Hana ingin membuktikan kepada Jordi bahwa ia bisa menjadi orang yang perhatian dan merawat Jordi saat sakit. Tidak hanya Alice saja. Hana juga bisa. Bahkan Hana bisa lebih dari Alice."Enggak. Loe pulang aja. Gue bisa sendiri di sini." Jordi tetap memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat wajah Hana.Pikiran Jordi sedang berkelana ke
"Loh ... kamu mau kemana, Al?" tanya Ranti yang bingung. Sudah malam tapi seperti Alice mau keluar rumah."Ini, Ma. Jordi masuk rumah sakit.""Loh ... sakit apaan?" Ranti juga khawatir dengan sahabat baik dari putrinya itu."Saya belum tahu, Ma. Mungkin salah makan, soalnya tadi kita makan ayam geprek yang super pedas.""Ya ampun. Ya udah. Kamu hati-hati ya.""Iya, Ma."Alice segera pergi meninggalkan Ranti. Ia sudah memesan ojek online untuk pergi ke apartemen Jordi terlebih dahulu."Oh my God. Gue lupa kartu aksesnya." Alice hanya bisa menepuk keningnya. Entahlah ... apa bisa masuk ke lift apartemen Jordi kalau tidak menggunakan kartu akses itu. Hmm ... tapi waktu itu kan Hana bisa naik ya. Gimana caranya?Alice berpikir keras.Setelah tiga puluh menit perjalanan menuju ke apartemen Jordi, akhirnya Alice turun dari motor. Ia segera menuju ke lobi dan ada satpam yang sangat mengenal Alice."Pak Sidik," panggil Alice kepada satpam yang berjaga malam itu."Ya, Non Alice. Ada apa?""Ini
Jordi segera mengambil tangan Alice dan mendekatkan Alice kapada dirinya. "Gue lebih ok kalau ada loe di sisi gue." Jordi mencium tangan Alice."Alahmak ... lagi sakit aja bisa gombal," ledek Alice cekikikkan."Gue gak gombal. Gue sangat serius.""Dokter bilang apa?" Alice menatap Jordi dengan sangat khawatir."Infeksi usus," lirih Jordi."Maafin gue ya, Jor." Alice menyesal."Gue gak bisa maafin loe begitu aja." Jordi pura-pura jual mahal."Yah ... jangan gitu dong. Gue ngerasa bersalah banget nih.""Ok, gue maafin. Tapi ada syaratnya.""Apa?""Cium gue dulu. Baru gue maafin." Jordi merengek bak anak kecil."Ya elah." Allice dalam mode menyindir. Dia pikir syaratnya berat. Tahunya hanya kemesuman Jordi saja. Parah."Please. Gue kangen banget.""Ya ampun. Baru gak ketemu beberapa jam udah kangen segala," ledek Alice dengan sangat sengaja."Buruan. Nanti keburu ada orang datang.""Iya ... iya."CUP!Alice mengecup bibir Jordi dengan sangat cepat. Ia takut ada orang lain yang datang. Bi
"Kenapa?""Tungguin di sini. Gue pipis sebentar.""Ya ampun, Jor ... masa loe pipis gue temenin sih," protes Alice sambil memutar bola matanya. Ia membalikkan tubuhnya, tidak mau melihat kegiatan Jordi berikutnya."Loe udah liat semuanya juga. Jadi gak usah malu."Rasanya Alice ingin menertawakan Jordi. Apakah Jordi masih bocah? Kenapa juga tidak tahu malunya sudah lebih dari ambang batas. Piipis saja masih harus ditemani.Setelah menyelesaikan panggilan alamnya, Jordi mencuci tangannya, tapi tentunya tidak terkena tempat infus yang ada di tangannya.Tiba-tiba dari belakang, Jordi memeluk tubuh Alice. Mencium tengkuk Alice yang tidak tertutupi oleh rambut gadis cantik itu."Hei ... ini toilet, Jor," Alice mencoba melepaskan diri dari Jordi."Sebentar aja. Gue butuh loe. Gue kangen."Alice diam. Ia membiarkan Jordi memeluknya sepuasnya. Ya sudah ... pasrah saja."Alice.""Hmm ...""Abis keluar dari rumah sakit, kita nikah ya.""Woow ... cepet amat.""Gue udah gak tahan. Gue gak mau berj
Alice membulatkan matanya. Ternyata semua ini belum berakhir. Ia segera pergi ke kantin, menunggu Norita di sana.Lima belas menit kemudian, Norita sudah ada di hadapan Alice. Ia duduk dengan anggunnya dan menatap Alice dengan sangat tajam."Saya to the point saja sama kamu ya."Norita sudah tidak mau berbasa-basi lagi terhadap Alice. Ia tidak mau membuang waktu untuk gadis seperti Alice.Alice menyimak. Ia sudah tahu pasti akan dimarahi lagi oleh Norita karena berada di dekat Jordi."Saya sudah bilang kalau kamu tidak boleh berada di dekat Jordi! Apakah kamu tuli?" hina Norita."Saya hanya ...""Apa? Kamu mau mengambil keuntungan saat Jordi sakit? Jordi itu sakit itu karena kamu!" tegas Norita."Maaf, Tante." Alice menundukkan kepalanya."Karena kamu selalu mengajari Jordi untuk makan makanan yang jorok!" hina Norita lagi."Maaf, Tante." Tidak ada kata lain yang bisa diucapkan Alice kepada Norita. Hanya maaf saja."Saya harap, ini peringatan terakhir saya untuk kamu! Saya tidak mau k
"Gue takut loe hilang.""Yuks duduk dulu."Alice dan Jordi sama-sama melepaskan pelukkan mereka. Alice menuntun pria itu untuk duduk di sofa."Sebentar, gue ambil minum dulu."Alice segera ke dapur dan mengambil minum untuk Jordi. Terlihat sekali pria itu sangat lelah dan haus. Setelah Alice meletakkan segelas air minum di hadapan Jordi, pria itu langsung meminumnya hingga tandas. Tidak bersisa."Mama kemana?" tanya Jordi yang memindai rumah Alice yang begitu kosong."Mama pergi ke pasar. Mau beli bahan untuk pesanan baju.""Oh.""Loe balik lagi ya ke rumah sakit. Loe kan belum sembuh bener," bujuk Alice. Ia sangat khawatir dengan pucatnya wajah Jordi."Gue gak mau. Gue mau disini sama loe." Jordi tetap bersikukuh dengan pendiriannya."Hmm ... lapar?"Perut Jordi terdengar keroncongan.Dengan senyumnya yang canggung, Jordi mengangguk."Sebentar, gue tadi ada masak."Alice ke dapur lagi dan mengambilkan beberapa makanan yang tidak bersifat go
"Jiah ... gombal abis." Alice cekikikkan."I love you, Alice." Jordi menarik tangan Alice dengan segenap kekuatannya yang masih tersisa hingga membuat Alice jatuh di atas tubuh Jordi."Ish ... mesum loe!" protes sambil memukul pelan dada bidang Jordi."Kiss me, Please." Jordi menatap manik indah Alice. Tersenyum dengan penuh kebahagiaan."Nanti mama gue datang," tolak Alice.Pintu kamar dan jendela Alice tidak ditutup. Maka tidak menutup kemungkinan mereka bisa terlihat oleh siapa saja. Alice tidak mau hal itu terjadi. Apalagi kalau Ranti melihat mereka. Bisa bahaya dan Alice akan diceramahi habis-habisan untuk tidak dekat dengan Jordi."Sebentar. Gue butuh energi tambahan," bujuk Jordi yang terus mendekap erat Alice yang berada di atas tubuhnya."Sebentar aja ya. Abis itu ... lepasin gue.""Ok."Alice menurunkan wajahnya dan kemudian mencium bibir Jordi. Hanya sekilas. Tapi memang sudah ada niat buruk dari Jordi sehingga pria itu menahan
Karena terlalu lama dan lelah menunggu, akhirnya Alice juga jadi ketiduran di atas sofa. Ia tidak berani masuk ke kamarnya sendiri. Di dalam kamar ada Jordi, Alice takut jika Jordi macam-macam dan akhirnya mama Ranti memarahi Alice. Lebih baik Alice mengalah saja."Al," panggil Ranti karena merasa sangat kasihan kepada Alice yang terlihat sangat lelah hingga ketiduran."Ya," jawab Alice dengan suara paraunya, khas orang yang masih tertidur tapi dipaksakan untuk menjawab panggilan orang lain."Kamu tidur gih. Masuk ke kamar.""Hmm ..."Alice dengan kepala yang masih pusing karena baru bangun tidur sama sekali tidak ingat bahwa Jordi masih ada di kamarnya. Ia membuka pintu kamar dan naik ke atas ranjang.Anggaplah Alice sama sekali tidak terlalu sadar karena rasa kantuknya lebih besar daripada apapun. Dan akhirnya, Alice dan Jordi sama-sama tertidur di atas kasur Alice yang hanya berukuran seratus dua puluh sentimeter kali seratus sentimeter. Sempit? Pastinya sempit.
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d