Arnita gadis dari keluarga biasa saja yang tiba-tiba kehidupannya berubah saat ada seorang pria dari keluarga kaya raya melamarnya untuk dijadikan seorang istri. Lalu bagaimana kehidupan Arnita selanjutnya, apakah akan bahagia atau sebaliknya?
View MoreArnita menundukkan kepalanya menatap lantai marmer yang ia pijak. Biasanya seorang pengantin akan merasa sangat senang di hari pernikahan mereka tiba. Tapi Arnita tidak merasakannya. Lima belas jam yang lalu ia telah resmi menjadi nyonya Sebastian. Dan lima belas menit yang lalu mereka telah selesai merampungkan acara resepsi pernikahan. Malam ini Arnita terlihat sangat cantik seperti putri raja. Jujur saja ini adalah pesta pernikahan impiannya, tapi ia tidak tahu kenapa ia merasa tidak senang.
Apa karena ia harus terpaksa menikah dengan Arman? Apa itu alasannya ia tidak merasa senang di hari pernikahannya. Arman sosok pria yang baik walaupun sedikit cuek. Mengingat dua minggu yang lalu dimana Arman mendatangi tempat Arnita bekerja dan tiba-tiba saja laki-laki itu melamar Arnita. Arnita tidak mengenalnya, yang Arnita tahu Arman hanyalah pelanggan tetap di toko bunga tempat ia bekerja. Tidak sampai disitu, Arman seperti melakukan segala cara untuk menjadikan Arnita sebagai istrinya. Arman bahkan melunasi semua hutang-hutang keluarganya agar ayah Arnita tidak masuk penjara. Dan karena rasa berterima kasihlah Arnita akhirnya menerima pinangan Arman. Kalian tahu apa yang Arman jawab saat Arnita bertanya kenapa laki-laki itu keras kepala ingin melamarnya?"Karena kamu baik, saya yakin kamu bisa menjadi istri yang baik untuk saya." Mereka menikah bukan karena cinta, tapi lebih kepada membutuhkan dan rasa berterima kasih. Arman tidak mencintainya, itu yang Arman katakan kepadanya dimalam setelah laki-laki itu melamarnya."Setelah menikah kita akan seperti suami istri pada umumnya." ujar Arman sambil menatap langit dari teras kecil rumah Arnita."Kenapa kamu ingin sekali menikahiku? Apa kamu menyukaiku?" Arnita memberanikan dirinya untuk bertanya mengenai perasaan laki-laki itu kepadanya.Hening beberapa detik. Sepertinya Arman sedang merangkai kata-kata untuk membalas pertanyaan yang Arnita berikan. Atau mungkin Arman bingung untuk menjawabnya."Apa jika saya mengatakan saya tidak mencintai kamu, apa kamu akan menyesal telah menerima lamaran saya?" Arman bertanya balik. Kali ini ia menatap wajah Arnita agar ia tahu bagaimana reaksi perempuan itu saat ia mengatakan yang sejujurnya. Arnita menggelengkan kepalanya pelan. "Apa aku punya pilihan? Kamu bahkan tidak memberiku pilihan." Arnita tahu Arman pasti memiliki alasan kenapa menjadikannya istri laki-laki itu. Suatu hari nanti Arnita akan tahu apa alasan dibalik pernikahan ini. CeklekSuara pintu kamar yang dibuka membuyarkan lamunan Arnita. Arnita mendongakkan kepalanya menatap Arman yang baru saja masuk ke dalam kamar. "Kau belum mengganti pakaianmu?" Arman mengernyitkan dahinya melihat Arnita yang masih memakai gaun pesta tadi. Arman pikir saat ia masuk ke dalam kamar Arnita sudah tertidur."Aku lupa tidak membawa pakaian ganti." cicit Arnita dengan wajah malu-malu. Jujur ini pertama kalinya ia berada di kamar dengan seorang laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya.Arman menggaruk kepalanya mendengar ucapan polos Arnita. "Kau bisa memakai kaos ku untuk sementara. Aku akan menyuruh bi Ami membawakan pakaian untukmu." Arman memberikan kaosnya kepada Arnita sebelum laki-laki itu kembali hilang di balik pintu kamar.Pintu kamar kembali tertutup dan kembali menyisakan kesunyian. Arnita memandang kaos putih yang Arman berikan. Kaos ini bahkan bisa sampai lututnya jika Arnita pakai. Arnita juga kenapa bisa-bisanya melupakan pakaian gantinya. Padahal ia sudah menyiapkannya sebelum pergi ke hotel tempat pernikahan mereka. Bunyi pintu kamar yang akan dibuka membuat Arnita langsung meloncat ke atas tempat tidur. Segera ia tarik selimut tebal itu sampai menutupi setengah bagiannya. Tanpa sepatah kata Arman melewatinya begitu saja menuju kamar mandi. "Kau masih belum tidur?" setengah jam kemudian Arman keluar dari kamar mandi.Arnita menggelengkan kepalanya membalas pertanyaan Arman. Arnita menggigit bibirnya melihat wajah Arman yang terlihat lebih segar dari sebelumnya. Arman mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. "Maaf sudah memaksamu untuk menikah denganku." Tiba-tiba suasana bertambah canggung saat Arman mulai membahas masalah itu lagi. Arnita hanya diam mendengarkan Arman sampai laki-laki itu menyelesaikan ucapannya."Jika kau butuh sesuatu, ku bisa beritahu aku. Dan kau bisa gunakan kartu ini untuk membeli semua yang kau butuhkan." Arman mengeluarkan salah satu kartu kreditnya."Sudah malam, tidurlah." Arman mengambil tempat di samping Arnita dan ikut menarik selimut hingga menutupi kakinya. Arnita ikut memejamkan matanya. Mulai besok ia akan mulai memainkan perannya sebagai seorang istri dan menantu.***"Nit?" Arman menyentuh bahu Arnita."Mas, mas kapan pulangnya?" tanya Arnita dengan bingung."Kamu dari tadi duduk di balkon nggak lihat saya masuk?" kini gantian Arman yang bingung.Sebab Arnita sudah duduk di balkon kamar cukup lama tapi tidak melihat mobil Arman masuk ke halaman. Arman juga tadi sempat memanggil Arnita saat masuk ke dalam kamar, tetapi Arnita tidak menjawabnya. Dan akhirnya Arman menemukan Arnita duduk termenung di balkon kamar."Kamu nggak papa? Apa yang kamu pikirkan sampai nggak denger saya panggil." tiba-tiba Arnita memeluk pinggang Arman sambil menyandarkan kepalanya di perut Arman."Kamu mikirin apa hmm?" tanya Arman lagi karena masih belum mendapat balasan dari Arnita."Tadi mbak Jenny datang ke rumah." gumam Arnita di perut Arman. Arnita tahu jika ucapannya pasti tidak akan terdengar jelas di telinga Arman."Hmm?" Arman bergumam mendengar ucapan Arnita yang kurang jelas.Arman menangkup wajah Arnita dan menjauhkannya dari perutnya. "Coba ulangi lagi tadi ng
Dewa merangkul pinggang Mawar sambil tersenyum lebar ke arah semua tamu. Dewa membawa Mawar semakin masuk ke dalam pesta. Mata Dewa menjelajahi setiap tamu yang datang ke pesta itu. Satu sudut bibirnya terangkat ketika melihat targetnya tertangkap oleh penglihatannya. Dewa menarik Mawar ke arah meja tersebut. Matanya tak lepas menatap laki-laki yang berdiri di kerumunan itu."Pak Dewa." sapa laki-laki paruh baya yang berada di kerumunan itu."Selamat malam pak Albert." Dewa balas menyapa pria paruh baya itu dengan ramah."Selamat malam pak Atlas." sapa Dewa dengan menekan nama laki-laki di depannya itu.Dewa merasakan atmosfer disekitarnya berubah menjadi canggung dan tegang. Ia menatap Atlas di depannya yang terlihat kikuk saat melihat kehadirannya."Selamat malam pak Dewa." balas Atlas.Beberapa kali Dewa menangkap tatapan Atlas yang mencuri lirik ke arah istrinya. Dewa menatap istri Atlas yang terlihat seperti tidak tahu apa-apa yang sudah diperbuat suaminya di belakangnya."Bagaim
Arnita menunggu Arman di meja makan. Kepalanya terus menatap ke arah pintu menunggu kedatangan Arman. Dua porsi sate yang tadi ia beli sudah disiapkan di piring. Karena Arman terlalu lama berada diluar, Arnita jadi berpikir untuk memanggil Arman untuk segera masuk ke dalam. Perutnya sudah lapar minta diisi."Mas Arman." panggil Arnita sambil kepalanya celingukan mencari keberadaan suaminya itu.Seketika Arnita sadar jika mobil suaminya yang tadi terparkir di halaman rumah sekarang sudah tidak ada lagi disana. Arnita terdiam berpikir apa yang sebenarnya sudah terjadi. Apa Arman pergi lagi setelah mengangkat telepon tadi? Sepertinya memang ada hal penting yang Arman lakukan saat ini.Dengan langkah lesu Arnita kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia kembali membungkus sate milik Arman dan menyimpannya. Arnita kemudian menghabiskan seporsi sate ayam seorang diri di meja makan.Selesai makan Arnita menunggu Arman pulang di depan tv. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh mala
Kandungan Arnita sudah memasuki bulan ketiga kehamilan. Tak terasa perut Arnita semakin membesar. Seperti menjadi kebiasaan baru Arman, setiap kali Arnita berada di dekatnya ia selalu mengelus perut istrinya itu. Hingga kadang Arnita kesal kepadanya karena risih dengan sikapnya itu.Hingga sampai sekarang Arman belum memberitahu mamanya tentang kehamilan Arnita. Tapi rencananya Arman akan memberitahu mamanya dalam waktu dekat. Ia akan membawa Arnita ke rumah.Arman menggeser layar tab nya. Keningnya berkerut melihat berita sebuah agensi model yang ia ketahui Jenny menjadi salah satu model disana itu sedang terjerat kasus penipuan. Arman membuka artikel berita tersebut dan mencari tahu kebenarannya. Ia tercengang jika agensi tersebut benar-benar melakukan tindakan penipuan. Bukan hanya menipu modelnya saja, tetapi juga menipu pengusaha lain yang menggunakan jasa modelling perusahaan tersebut. Kasus itu juga ikut menyeret para model di perusahaan tersebut dan Arman melihat nama Jenny ju
"Makasih ya Ar udah mau temani aku makan." ujar Jenny."Hmm." "Istri kamu nggak akan marah kan?" tanya Jenny hati-hati. Arman menggelengkan kepalanya."Oh iya untuk perpanjang kontrak yang kamu tawarkan sepertinya aku nggak bisa ambil." tangannya memainkan pisau dan garpu di atas steaknya.Arman mendongakkan sedikit kepalanya untuk menatap perempuan di depannya. "Kenapa?" "Emm, bukannya aku nggak tertarik mau ambil perpanjangan kontrak yang kamu tawarkan. Tapi aku mau mencoba untuk ekspor modelling yang beda dari sebelumnya.""Manajer aku bilang kalau ada salah satu merk fashion ternama di Indonesia yang nawarin kerja sama dengan aku. Aku harap kamu nggak tersinggung sama keputusan aku."Arman menganggukkan kepalanya pelan. Ia mengerti jika Jenny ingin mencoba dunia modelling lain yang ada di negara ini. Itu juga akan mempermudah karirnya di negara ini."Bagus kalau kamu mau ekspor dunia modelling disini." balas Arman.Jenny lega mendengar jawaban Arman yang mendukung keputusannya.
Arman menyandarkan kepalanya ke bahu Arman. Kakinya diluruskan sampai ujung kakinya menyentuh batas ujung sofa yang ia duduki. Tangannya asik menggeser layar ponselnya. Disisi lain Arman terlihat sibuk dengan tab di tangannya. Ia tidak sama sekali tidak kelihatan pegal saat Arnita menyandarkan tubuhnya ke tubuh Arman. Arman melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan meletakkan tab di tangannya ke atas meja. Ia sedikit menggerakkan tubuhnya dengan pelan."Kamu sudah minum susu hamilnya?" tanya Arman."Belum." balas Arnita pelan seperti gumaman."Kenapa belum? Ayo minum susunya dulu." Arman mengambil ponsel yang ada di genggaman Arnita.Arnita sempat memasang wajah kesalnya saat Arman tiba-tiba mengambil ponselnya. Namun segera ia merubah raut wajahnya saat Arman menatapnya dengan tatapan tajam. "Jangan main ponsel terus. Ayo saya buatkan susu." Arman menggandeng lengan Arnita ke dapur. Ia menyuruh Arnita untuk duduk sambil menunggunya selesai membuatkan susu untuk Arnita."Mi
Mawar berjalan berlenggak-lenggok memasuki lobi hotel. Dengan masker dan kacamata hitam yang menghiasi wajahnya tidak akan membuat orang lain mengenalinya. Mawar berjalan ke arah meja resepsionis."Ada yang bisa saya bantu bu?" tanya resepsionis hotel tersebut dengan ramah."Saya ingin ambil kunci nomor 506." ujar Mawar."Atas nama siapa bu?" "Pak Atlas." "Tunggu sebentar ya bu." "Silahkan di isi data diri ibu disini." resepsionis wanita tersebut menyerahkan buku tamu kepada Mawar.Setelah mendapatkan kunci kamar milik Atlas, Mawar masuk ke dalam lift menuju lantai lima hotel tersebut. Langkahnya berhenti di depan pintu bernomor 506. Dengan menempelkan kartu akses, pintu itu sudah bisa terbuka.Mawar masuk ke dalam kamar itu. Matanya menyoroti setiap sudut ruangan. Satu sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk sebuah senyum miring. Diambilnya pigura foto yang ada di atas meja. Terlihat sebuah keluarga bahagia di foto itu. Tiitt tittSuara seseorang yang baru saja menempelkan kar
Alif dan Arnita menengokkan kepalanya ke belakang secara bersamaan. Terlihat mobil Arman yang berhenti tepat di belakang mereka. Arman berjalan cepat menghampiri mereka berdua dengan tergesa-gesa. Arnita meneguk ludahnya dengan susah payah ketika melihat Arman terus menatap Alif dengan begitu intens."Kaki kamu kenapa?" tanya Arman dengan khawatir."Ini tadi nggak sengaja nginjek pecahan kaca mas." ujar Arnita sambil menunjuk ke pecahan kaca yang sudah Alif singkirkan ke tepi jalan."Kamu kenapa bisa disini?" "Aku tadi habis ikut penyuluhan RT terus pulangnya mampir ke warung es dawet di depan. Ini aku baru mau pulang ke rumah." jelas Arnita menceritakannya dengan singkat dan jelas."Kamu bisa jalan?" tanya Arman lagi. Pandangannya tidak lepas dari kaki Arnita yang terluka."Bisa kok mas." Arnita berjalan pelan menunjukkannya kepada Arman."Bisa dari mana? Kamu jalan aja kesusahan." Arman sedikit membungkukan badannya. Satu tangannya ia selipkan di belakang dengkul Arnita."Mas!" Arn
Arnita berusaha menahan tawanya agar tidak mengeluarkan suara yang mengganggu tidur Arman. Sudah hampir sepuluh menit Arnita terbangun. Pertama ia terbangun ia terkejut dengan Arman yang memakai piyama hello kitty miliknya. Pagi ini piyama berwarna ungu itu sudah tidak berbentuk lagi. Dua kancing piyama di bagian tengah terlepas entah kemana. Mungkin karena terlalu sempit di tubuh Arman hingga membuat kancing piyama itu terlepas dengan sendirinya. Arnita merasa kasihan dengan Arman yang terlihat tidak nyaman memakai piyama miliknya. Tangan Arnita bergerak membuka satu persatu kancing piyama. Ia hanya ingin membukakan kancing piyama itu agar Arman bisa bergerak dengan nyaman dalam tidurnya. "Hmm." tanpa sepengetahuan Arnita, Arman terbangun dari tidurnya karena gerakan tangan Arnita.Arman menundukkan pandangannya ke bawah di mana Arnita sedang sibuk membuka kancing piyama yang ia pakai. Tangan Arman langsung memegang tangan Arnita. Arnita yang sebelumnya sedang terfokus membuka kan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments