Alice terdiam. Ia tidak berani mengatakan apapun kepada Norita."Tante sudah mengatakan kepadamu, kamu boleh menjadi teman Jordi, tapi tidak lebih dari itu. Apalagi mencampuri urusan pribadi Jordi."Hana tersenyum puas melihat Alice yang dimarahi dan disindir oleh Norita.Alice hanya bisa diam saja."Sebentar lagi Jordi akan bekerja di kantor dan ia akan bertunangan dengan Hana. Tante harap kamu lebih menjaga jarak dengan Jordi. Jangan pernah temui Jordi lagi!" seru Norita yang sudah tidak mau dibantah oleh Alice.Alice diam seribu bahasa. Tidak menjawab apapun ucapan dari Norita. Ia sama sekali tidak berani menjawab semua ucapan yang menyakitkan dari Norita. Alice masih sangat menghargai Norita sebagai ibu kandung dari Jordi, kekasihnya yang baru itu.Sebisa mungkin Alice bersabar dan tidak mengakibatkan keributan yang akhirnya akan membuat hubungan Alice dan kekasihnya itu menjadi buruk. Meskipun semua kata-kata Norita itu terlalu mengintimidasi dan merendahkan Alice.Tidak perlu dib
"Sepertinya anak ibu ini kena infeksi usus. Kami akan mengeceknya."Norita mengangguk pasrah, yang terpenting Jordi segera sembuh saja. Ia terus memegang tangan Jordi yang sudah sangat dingin.Dokter dan suster segera memberi infus kepada Jordi serta memberikan pain killer agar meredakan sakitnya Jordi.Setelah diberikan pain killer, Jordi sudah bisa tenang. Ia tidak terlalu merasa sakit.Suster mengantarkan Jordi untuk cek darah dan usg untuk melihat masalah di perut Jordi. ***Sementara itu, Alice sudah pulang ke rumahnya. Sedih? Pastinya Alice sangat sedih. Tapi lebih tepatnya, Alice sangat khawatir dengan keadaan Jordi. Apakah Jordi baik-baik saja? Ia sangat ingin menghubungi Jordi, tapi ia tidak berani. Bagaimanapun, Norita sudah mengatakan bahwa Alice tidak boleh berada di dekat Jordi.Apakah ini artinya bahwa percintaan Alice dan Jordi sudah waktunya kandas? Apakah Alice harus menyerah?Tok! Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu di rumahnya membuyarkan lamunan Alice. Ia segera beranjak
"Saya ... saya bukan siapa-siapa, Nino. Saya ... saya hanya orang miskin. Sementara kamu ... kamu terlalu tinggi untuk saya."Rasa insecure dari Alice muncul lagi. Memang Nino tidak sekaya Jordi. Tapi setidaknya Nino berada di atas Alice. Keluarga Nino juga memiliki perusahaan walaupun Nino memutuskan untuk bekerja dengan perusahaan orang lain terlebih dahulu. Tentu saja Alice menjadi tambah minder. Apalagi setelah mendapatkan semua kata-kata pedas dari Norita. Alice sadar diri. Ia bukan siapa-siapa."Kenapa kamu tiba-tiba bicara seperti itu?" tanya Nino bingung.Alice terdiam."Apakah ada yang mengatakan hal itu kepadamu?"Alice masih diam seribu bahasa."Apakah ada dari keluarga saya yang mengatakan tidak enak kepadamu sehingga kamu menolak lamaran yang saya sampaikan itu?" Nino mengeraskan rahangnya.Nino tahu, orang tuanya sangat suka dengan Alice, tapi tantenya selalu memanas-manasi mama dari Nino sehingga mamanya Nino menjadi tidak suka dengan Alice. Awalnya mereka tidak tahu bah
Alice begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Nino. Ia mencoba membangunkan Nino dari lantai, tapi Nino bersikeras."Bangun dong, No.""Saya gak akan bangun sebelum kamu cerita apa yang terjadi!" Nino bersikeras."Gak ada yang terjadi. Saya sadar sendiri koq.""Apa ada orang yang mengatakan tentang perbedaan antara kaya dan miskin kepada kamu?"Nino menatap penuh selidik di mata Alice.Dengan sangat terpaksa, Alice mengangguk."Siapa?""Mamanya Jordi."Nino terperangah. Masalah dengan Jordi kenapa ia yang kena imbas? Mamanya Jordi membuat Alice menjadi insecure tentang perbedaan strata sosial. Sungguh ... Nino sangat kesal dengan mamanya Jordi."Ayo bangun, No." Alice sangat tidak enak dengan perlakuan Nino. Terlalu baik untuknya. Wanita itu merasa ia sangat jahat kepada Nino. Nino segera duduk kembali di sofa dan menatap mata Alice."Apa yang terjadi dengan mamanya Jordi? Kenapa dia bisa mengatakan hal jahat kepadamu?""Ja-jadi ..." Sebenarnya Alice sedikit ragu untuk bercer
Satu bulan lalu ...Saat Nino berada di Surabaya, mama dan tantenya Nino mendatangi Alice di kampus."Alice," panggil Ratna, mama dari Nino di telepon."Ya, Tante.""Bisa kita bertemu?""Baik, Tante. Kita bertemu dimana?""Di kantin kampusmu saja.""Baik, Tante."Alice segera berpamitan dengan Jordi, ia harus menemui Ratna di kantin. Alice berlari menuju ke kantin, ia tidak ingin Ratna menunggunya terlalu lama. Setelah sampai ke kantin, mata Alice memindai dimana Ratna berada dan akhinya ia menemukan Ratna dan Vika, tante dari Nino.Alice segera datang dan tersenyum manis kepada dua orang wanita paruh baya itu."Selamat siang, Tante," sapa Alice yang baru saja berada di hadapan Ratna dan Vika."Siang, Alice. Silahkan duduk."Alice segera duduk di hadapan dua orang wanita itu. Ia tersenyum ramah sebisanya."Jadi begini, Alice. Tante tidak ingin berbasa-basi dengan kamu," ujar Ratna to the point.Alice mendengarkan dengan seksama."Tante minta, tolong kamu putus dengan Nino.""Pu-putus?
Nino menatap Alice dengan tatapan yang sangat tajam. Penolakan Alice. Rasanya sangat sakit di hati Nino.Alice membawa orang tua Nino dalam percakapan ini. Tapi kenapa Alice bisa mengatakan bahwa orang tua Nino tidak setuju dengan Alice? Apa yang terjadi? Karena semua anggota keluarganya terlihat biasa saja. Tidak ada omongan apapun."Maksud kamu apa ya, Alice? Kenapa bisa orang tua saya tidak setuju dengan kamu?" Nino berharap penjelasan dari Alice.Alice bingung. Apakah Tante Ratna tidak mengatakan apapun kepada Nino tentang mengharuskan Alice putus dengan anaknya itu? Apakah memang harus Alice yang mengatakannya?Sebenarnya dalam waktu satu bulan ini, Alice sudah tidak terlalu berkomunikasi dengan Nino, seperti biasanya. Alice juga jarang membalas pesan ataupun telepon dari Nino. Alice pikir, Nino sudah harusnya menjauh karena pasti Ratna sudah mengatakannya. Tapi sekarang, Alice bingung sendiri.Ada sih rasa bersalah karena sudah memberikan mahkotanya kepada Jordi. Tapi mau bagaima
"Nah ... kamu bingung bukan? Gak ada alasan untuk putus dengan saya." Nino tersenyum penuh kemenangan.Sudahlah ... yang terjadi maka terjadilah. Alice sudah tidak mau ambil pusing lagi. Yang terpenting ia putus dengan Nino sekarang."Saya gak pernah mencintai kamu. Jadi sebaiknya kamu cari wanita lain yang mencintai kamu!" Alice menatap tajam mata Nino."Hah ..." Nino terkejut dengan ucapan Alice. Sangat sakit rasanya mendengarkan kata-kata itu keluar dari gadis yang sangat ia puja dan ia cintai."Maaf, Nino." Alice menunduk. Ia tidak berani menatap Nino. Rasanya tidak enak telah membuat orang lain patah hati."Lantas ... sebelas bulan yang kita jalani bersama itu ... apa tidak ada artinya bagi kamu?" lirih Nino dengan suara paraunya.Alice menundukkan kepalanya. Ia sama sekali tidak berani menatap sorot mata yang tajam dari Nino."Saya berterima kasih untuk sebelas bulan bersama kamu.""Terima kasih?" Nada Nino meninggi. Ia tidak terima dengan ucapan terima kasih dari Alice. Hubungan
Rumah SakitJordi sudah terkulai lemas, ia sudah didiagnosa mengalami infeksi usus. Mual, muntah dan tidak bisa makan membuat Jordi sama sekali tidak banyak bergerak. Kepalanya juga sangat pusing."Jor ... gimana keadaan loe sekarang?" tanya Hana yang sangat khawatir. Sudah semalaman ia menunggui Jordi di rumah sakit."Kenapa loe gak pulang? Mama mana?""Tante Norita lagi pulang ke rumah buat ambil baju ganti.""Ponsel gue mana?""Ah ... ponsel loe ketinggalan di apartemen."Jordi sudah malas berbicara lagi dengan Hana. Ia hanya memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat Hana."Mau makan?" tawar Hana yang terlihat telaten untuk mengurusi Jordi yang sakit.Hana ingin membuktikan kepada Jordi bahwa ia bisa menjadi orang yang perhatian dan merawat Jordi saat sakit. Tidak hanya Alice saja. Hana juga bisa. Bahkan Hana bisa lebih dari Alice."Enggak. Loe pulang aja. Gue bisa sendiri di sini." Jordi tetap memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat wajah Hana.Pikiran Jordi sedang berkelana ke
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d