Alice segera memesan ojek online. Tidak mungkin ia menaiki angkutan umum karena pastinya akan memakan waktu yang cukup lama untuk sampai di cafe X di daerah Sudirman itu. Daerah yang sangat padat apabila sudah jam pulang kantor.Tidak lama kemudian, ojek online itu tiba dan Alice ikut menumpang. Mereka berdua membelah jalan ibu kota yang sangat padat pada jam pulang kerja. Setelah sampai ke depan cafe, Alice turun dan segera memasuki cafe itu.Cafe yang terbilang mewah dan kelas atas. Alice sama sekali tidak pernah masuk ke dalamnya jika tanpa Jordi. Tentu saja tidak bisa, semua makanan dan minuman di sana sangatlah mahal. Sangat tidak cocok dengan kantong Alice yang sangat tipis.Alice segera melihat ke sekeliling dan mendapati Hana sedang duduk di pojokkan jendela. Terlihat Hana sangat anggun dan berkelas. Pantas saja Norita sangat memaksa Jordi untuk bersama Hana. Mereka memang ... selevel. Sangat berbeda jauh dari Alice yang terlalu miskin. Perbedaan sosial mereka berdua sangatlah
Alice mematung. Tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada Hana yang terlihat sangat kecewa. Ia memahami, bahkan sangat memahami Hana yang sangat kecewa. Jika Alice berada di posisi Hana, pastinya Alice sangat kecewa terhadap Jordi. Apalagi pertunangan mereka sudah sangat dekat. Tapi sekarang, Jordi malah minta putus.Pastinya Hana sangat sedih dan putus asa. Tapi ... apa juga yang bisa diperbuat Alice? Jordi juga tidak mencintai Hana. Jikapun mereka berdua bertunangan dan menikah, bukankah akan membuat mereka berdua menderita? Pusing rasanya kepala Alice sekarang.Bisakah Alice kabur saja dari pembicaraan ini? Sekarang ia mulai menyesal karena menyetujui Hana untuk bertemu. Andaikan tadi Alice tidak mau pergi bertemu dengan Hana, pastinya ia tidak akan diintimidasi seperti ini."Gue harap loe jauh-jauh dari Jordi!" bentak Hana yang membuat seisi cafe melihat ke arah Alice. Pandangan mata seisi cafe itu seperti mengatakan bahwa Alice adalah pelakor.Alice terdiam. Ia tidak bisa melawa
Hana terdiam mendengar ucapan Alice. Antara kesal dan sedih karena Alice sama sekali tidak mau membantu hubungannya dengan Jordi. Padahal Hana sangat mengharapkan hal itu. Kenapa tidak ada satupun orang yang bisa membantunya. Apakah Norita bisa?Alice pergi meninggalkan Hana sendiri. Ia sudah tidak mau tahu lagi urusan Hana dan Jordi. Bolehkah Alice egois satu kali ini saja? Ia sudah memendam perasaan kepada Jordi selama lebih dari enam tahun. Apakah satu kali kesempatan untuk mencintai Jordi juga tidak bisa?Apakah Alice memang tidak pantas? Apakah karena ia bukan orang berada sehingga ia tidak pantas untuk mencintai Jordi? Sungguh ... level kekayaan ini membuat Alice muak.Ia sebenarnya ingin menghubungi Jordi. Memeluk pria itu erat-erat dan tidak ingin melepaskannya lagi. Tapi ... rasa hati Alice sebagai wanita juga tidak tega dengan Hana."Ya Tuhan ... apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya pergi meninggalkan Jordi karena tidak mau ada wanita lain yang terluka karena saya?" gum
Tok! Tok! Tok!Jordi sudah mengetuk pintu rumah Alice dan Ranti yang membukakan pintu rumah."Wah ... nak Jordi. Pagi sekali sudah datang," sapa Ranti yang sedikit bingung dengan kedatangan Jordi yang terlalu pagi."Hehe ... saya mau mengantar Alice untuk interview, Tante."Jordi sudah rapi dengan kemeja dan celana bahannya. Tampak Jordi sangat tampan dan lebih dewasa daripada biasanya."Ayo masuk, Jor."Ranti mempersilahkan Jordi masuk ke dalam rumahnya."Uda sarapan?""Belum, Tante.""Ya udah, ayo kita makan bersama."Ranti mengajak Jordi menuju ke meja makan. Sarapan sederhana, hanya nasi goreng ikan asin saja. Tapi sudah menggugah selera Jordi.Tidak lama kemudian, Alice keluar dari kamarnya."Lah ... udah sampe?" Alice bingung karena melihat Jordi sudah berada di sekitar meja makan.Jordi membalas dengan cengiran saja."Yuk kita makan dulu. Hari ini kalian butuh tenaga banyak.""Ya, Ma."Alice duduk di hadapan Jordi. Mereka saling menatap satu sama lain.Alice memang hanya berpena
Jordi masih mencari cara untuk bermesraan di pagi hari dengan Alice. Tidak bertemu sebentar saja ia sudah rindu setengah mati. Fiuh ... andaikan mereka sudah menikah, pastinya Jordi tidak akan membiarkan Alice untuk keluar dari kamar sama sekali."Apalagi?" ketus Alice."Please, cium gue dulu. Gue udah gak tahan.""Otak mesum loe mesti dicuci, Jor!" balas Alice sambil menahan tawanya.Tanpa aba-aba. Jordi langsung memagut bibir Alice. Menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Alice, beradu lidah di sana. Jordi sudah tidak tahan. Ia menahan tengkuk Alice agar ia bisa memperdalam ciumannya. Sudah dari semalam ia menginginkan hal itu dan sekarang Jordi akan melakukannya.Pagutan itu berhenti ketika mereka berdua kehabisan nafas. Jordi menempelkan keningnya ke kening Alice."You make me crazy, Alice." Jordi mengecup bibir Alice lagi pelan.Bibir Jordi juga sudah berantakan dengan lipstik pink Alice. Sementara bibir Alice juga sedikit bengkak karena Jordi terlalu agresif."Bibir loe."Alice sege
"Ma-maaf, Pak." Alice menunduk minta maaf kepada orang yang ia tabrak itu."Tidak apa." Pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Alice bangun dari lantai.Alice melihat wajah pria itu. Pria dewasa, mungkin sekitar usia tiga puluh tahun. Pria yang tampan dan sangat terlihat matang. Alice segera menunduk lagi. Ia tidak berani melihat pria itu."Terima kasih, Pak. Permisi.""Ya. Hati-hati," ucap pria itu lembut."Ya, Pak."Alice segera pergi meninggalkan pria itu dan mencari keberadaan Jordi.Pria itu tersenyum melihat Alice."Siapa gadis itu?" tanya pria itu kepada asistennya. Pria itu bernama Nathan Tanuwijaya. CEO dari Tanuwijaya Group, perusahaan pusat dari perusahaan X yang sedang dilamar oleh Alice."Mungkin dia pelamar di sini, Pak," jawab asisten Nathan yang bernama Christian."Hmm ... cari tahu siapa dia dan saya ingin dia menjadi asisten pribadi nanti. Dia akan mendampingi saya untuk bekerja.""Baik, Pak."***Alice akhirnya pulang bersama Jordi. Rasanya lelah melakukan tes
Alice hanya bisa mengangguk.Setelah menyelesaikan makanan yang penuh peluh dan keringat, akhirnya mereka naik ke mobil sport milik Jordi. Memang jarak dari tempat itu ke apartemen Jordi lebih dekat daripada harus ke rumah Alice terlebih dahulu. "Perut gue agak melilit," ucap Jordi sambil memegangi perutnya."Tarik nafas ... buang nafas." Alice mencoba menenangkan gejolak di perut Jordi."Aduh ... nanti gue langsung ngibrit ya. Valet parking aja di apartemen.""Ok."Jordi menyetir seperti orang kesetanan. Ia menyalip sana sini sehingga banyak mobil maupun motor yang mengklakson mobil Jordi.Tidak lama kemudian, akhirnya mereka sampai ke lobi apartemen. Jordi segera memberikan kunci mobilnya kepada petugas valet dan ia menarik tangan Alice untuk segera pergi ke lift.Jordi sudah tidak tahan lagi. Untungnya lift yang ia ingin gunakan kooperatif. Jordi masuk ke dalam lift bersama Alice dengan memegang perutnya terus-terusan. Sementara Alice, ia sangat khawatir dengan Jordi. Level kepedas
Alice terdiam. Ia tidak berani mengatakan apapun kepada Norita."Tante sudah mengatakan kepadamu, kamu boleh menjadi teman Jordi, tapi tidak lebih dari itu. Apalagi mencampuri urusan pribadi Jordi."Hana tersenyum puas melihat Alice yang dimarahi dan disindir oleh Norita.Alice hanya bisa diam saja."Sebentar lagi Jordi akan bekerja di kantor dan ia akan bertunangan dengan Hana. Tante harap kamu lebih menjaga jarak dengan Jordi. Jangan pernah temui Jordi lagi!" seru Norita yang sudah tidak mau dibantah oleh Alice.Alice diam seribu bahasa. Tidak menjawab apapun ucapan dari Norita. Ia sama sekali tidak berani menjawab semua ucapan yang menyakitkan dari Norita. Alice masih sangat menghargai Norita sebagai ibu kandung dari Jordi, kekasihnya yang baru itu.Sebisa mungkin Alice bersabar dan tidak mengakibatkan keributan yang akhirnya akan membuat hubungan Alice dan kekasihnya itu menjadi buruk. Meskipun semua kata-kata Norita itu terlalu mengintimidasi dan merendahkan Alice.Tidak perlu dib